Browsing by Author "Aunillah, Asif"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemBiofuel B100 Menuju Energi Masa Depan(IAARD Press, 2019) Sulaiman, Andi Amran; Subagyono, Kasdi; Jufri, Fadjry; Simatupang, Pantjar; Soetopo, Deciyanto; Syukur, Mat; Pranowo, Dibyo; Herman, Maman; Aunillah, Asif; Prastowo, BambangIndonesia merupakan produsen dan pengekspor komoditi kelapa sawit serta turunannya termasuk CPO dengan nilai terbesar di dunia. Indonesia sudah unggul sebagai negara yang terbesar penggunaan B20 yang sudah digunakan dalam sektor industri maupun otomotif di dalam negeri maupun untuk kebutuhan ekspor. Melalui program B20 kita terbesar di Dunia dalam memanfaatkan pemakaian biodiesel, sementara saat ini Malaysia baru menuju B10 dari B7. Kita optimis ke depannya dapat mewujudkan B100 sesuai arahan Bapak Joko Widodo, Presiden RI. Penggunaan biofuel tidak hanya mengurangi impor bahan bakar fosil yang menyebabkan devisa kita lari ke luar negeri, namun juga menjaga kedaulatan energi dan ekonomi nasional. Saat ini kita telah memproduksi 46 juta CPO, dan mampu mengekspor 34 juta ton produk CPO. Menghadapi tekanan dunia internasional terhadap sawit kita yang masih negatif, apabila kita dapat mengurangi ekspor dan dimanfaatkan untuk biofuel, akan mengurangi ketergantungan dengan pasar internasional. Buku ini bertujuan sebagai pedoman bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk mengambil kebijakan dalam pengembangan biofuel dan menambah wawasan para pelaku usahauntuk berinvestasi di perkebunan kelapa sawit dan memproduksi biofuel.
- ItemPENAMPILAN FISIK BUAH DAN BIJI AKIBAT INFESTASI HAMA PENGGEREK BUAH PADA SEPULUH KLON KOPI ROBUSTA(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-04) Purwanto, Eko Heri; Aunillah, Asif; Wardiana, EdiSalah satu faktor yang menjadi penyebab menurunnya produksi dan mutu kopi adalah karena adanya infestasi hama penggerek buah kopi (PBKo), Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae: Scolytidae). Buah kopi yang terserang hama ini akan menjadi rusak serta akan menurun ukuran dan bobot bijinya. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan milik Pusat Penyuluhan Kopi di Lampung Barat, pada ketinggian tempat ± 800 m dpl dengan jenis tanah Latosol dan tipe iklim A menurut Schmidt dan Fergusson, mulai bulan Juni sampai Juli 2012. Tujuannya adalah untuk mengetahui penampilan komponen fisik buah dan biji kopi akibat adanya infestasi hama PBKo, serta mengidentifikasi keragaman tingkat infestasi hama PBKo pada 10 klon unggul kopi Robusta. Metode yang digunakan adalah observasi terhadap 10 klon kopi Robusta BP 534, BP 436, BP 936, BP 939, BP 288, BP 234, BP 935, BP 42, BP 397, dan BP 913, dengan teknik penentuan contoh buah secara acak sederhana. Peubah yang diukur adalah komponen fisik buah dan biji serta tingkat infestasi hama PBKo. Analisis data dilakukan dengan metode analisis ragam satu arah, analisis regresi, dan analisis diskriminan. Hasil penelitian menunjukkan pada populasi buah yang dipanen matang (buah merah), penurunan ukuran panjang, tebal, bobot segar dan kering buah dan biji, serta rendemen biji kopi Robusta secara nyata dipengaruhi oleh hama PBKo pada tingkat infestatsi 50-62% (klasifikasi D). Persentase buah terinfestasi hama PBKo sebesar 50-62% (klasifikasi D) didominasi oleh klon BP 234, sedangkan infestasi sebesar 24-36% (klasifikasi B) didominansi oleh klon BP 534 dan BP 939.Tidak ada satu klon pun yang secara dominan masuk ke dalam klasifikasi A (10-23%) maupun C (37-49%).
- ItemPROSPEK DAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO DI INDONESIA(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-04) Listyati, Dewi; Herman, Maman; Aunillah, AsifPada saat ini Indonesia merupakan pemasok ketiga kakao dunia setelah Pantai Gading dan Ghana karena komoditas yang dominan perkebunan rakyat ini masih menghadapi permasalahan produktivitas dan mutu produk. Indonesia berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia apabila permasalahan utama pada kakao seperti rendahnya produktivitas dan mutu produk dapat segera diatasi serta agribisnis kakao berkembang dan dikelola secara baik. Indonesia juga masih memiliki lahan potensial jutaan hektar yang belum di manfaatkan secara optimal. Kakao Indonesia banyak diminati negara-negara Eropa dan Amerika karena memiliki keunggulan tidak mudah meleleh dibandingkan dengan negara lain. Sebagai salah satu produsen kakao terbesar dunia Indonesia seharusnya mampu menjadi sentra industri kakao dunia namun realitanya hanya menempati peringkat ke 8. Setelah ada kebijakan pemerintah untuk mengembangkan industri kakao serta adanya peraturan bea keluar untuk ekspor biji kakao berdampak positif bagi pertumbuhan industri kakao di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri kakao, Indonesia masih perlu mengimpor biji kakao berkualitas tinggi karena produksi biji kakao nasional tidak mencukupi dan yang dihasilkan petani umumnya tidak difermentasi. Selain impor dalam bentuk biji, Indonesia juga cukup banyak mengimpor bentuk jadi. Untuk itu perlu ditingkatkan mutu biji kakao petani dengan fermentasi dan dikembangkan lebih banyak industri pengolah produk turunan kakao di dalam negeri serta ditingkatkan promosi produknya.