Browsing by Author "Asmara, Widya"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- Itemdiversity of myiasis fly, Chrysomya bezziana population in Indonesia based on mitochondrial DNA(Indonesian Animal Sciences Society, 2012-02-05) Wardhana, April H; Muharsini, S; Asmara, Widya
- ItemPedoman Umum Penggunaan Antibiotik di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan(Direktorat Kesehatan Hewan, 2021) Nasrullah; Rasa, Fadjar Sumping Tjatur; Isriyanthi, Ni Made Ria; Ratnasari, Yurike Elisadewi; Fauzi, Muhammad; Utomo, Gunawan Budi; Asmara, Widya; Naipospos, Tri Satya Putri; Mukartini, Sri; Patriana, Unang; Rahminiwati, Min; Munawaroh, Muhammad; Teruli, Bonifasius Suli; Darusalam, Huda Shalahudin; Andriyanto; Mustika, Aulia Andi; Fitriana, Ida; Rahman, Abdul; Subiyanti, Wiwit; Mucharini, Hany; Ardini, Pravita Sari Purnama; Desmayanti, Liys; Fari, Irawati; Tinora, Forlin; Wijanarko, Andi; Kusumanagandi, Dedi; Kompudu, Alfred; Nugroho, Erianto; SunandarResistansi antimikroba atau yang dikenal dengan istilah antimirobial resistance (AMR) adalah kemampuan mikroba untuk melawan efek obat yang pernah berhasil / efektif dalam mengobati penyakit yang disebabkan oleh mikroba tersebut. Resistansi antibiotik merupakan bagian dari AMR untuk bakteri yang menjadi resistan terhadap antibiotik. Resistansi antimikroba merupakan ancaman global bagi kesehatan masyarakat serta kesehatan hewan. Potensi munculnya bakteri yang resistan terhadap antibiotik (bakteri super) erat kaitannya dengan penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan tidak bertanggung jawab di sektor kesehatan manusia, pertanian, termasuk peternakan dan kesehatan hewan, produksi tanaman, dan perikanan. Penggunaan antimikroba yang sama di manusia dan hewan produksi, diduga sebagai salah satu penyebab timbul dan menyebarnya bakteri resistan. Resistansi antimikroba umumnya terjadi akibat penggunaan antimikroba untuk pencegahan penyakit atau pengobatan penyakit yang tidak mengikuti petunjuk dokter hewan (pengobatan mandiri). Tingginya intensitas penggunaan antibiotik yang tidak tepat sasaran serta penerapan standar kewaspadaan (standard precaution) yang tidak benar di tingkat peternakan dan fasilitas pelayanan kesehatan hewan merupakan faktor pemicu terjadinya resistansi yang dapat berdampak pada manusia maupun hewan, dan keamanan produksi pangan.
- ItemPerbandingan Keamanan dan Potensi Vaksin Septicaemia Epizootica Menggunakan Antigen Crude Product dan Antigen Murni(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Setyorinie, Evy Indah; Wahyuni, A.E.T.H.; Asmara, WidyaVaksin ajuvan minyak merupakan vaksin yang poten tetapi vaksin ajuvan minyak mempunyai viskositas yang tinggi, kadang menyebabkan kebengkakan, nekrosis serta shock sesudah vaksinasi. Usaha pengembangan vaksin ajuvan minyak diperlukan untuk mengurangi reaksi sesudah vaksinasi. Tujuan dari penelitian ini untuk membandingkan viskositas, keamanan dan potensi dari vaksin SE antigen crude product dan vaksin SE antigen murni dengan menggunakan ajuvan Montanide ISA 50. Kultur kuman disiapkan dari Pasteurella multocida strain Katha, yang di kultur pada media Casein Sucrose Yeast (CSY) kemudian di inaktivasi menggunakan formalin 0.5%. Antigen murni disiapkan dengan metode sentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm selama 20 menit, supernatan dibuang dan diganti dengan NaCl 0.9%. Antigen crude product disiapkan dengan tidak ada pemisahan antara antigen dan media cair. Kedua suspensi kemudian diformulasi dengan menggunakan ajuvan montanide ISA 50 dengan perbandingan 1:1. Vaksin diukur viskositasnya menggunakan viskometer, di uji keamanan dan potensi pada mencit. Uji potensi dilakukan dengan Active mouse protection test (AMPT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa viskositas vaksin SE antigen murni yaitu 200 cP dan vaksin SE antigen crude product 440 cP. Uji keamanan menunjukkan bahwa tidak ada kejadian syok sesudah vaksinasi, kematian pada mencit ataupun gejala SE pada mencit, tetapi pada satu mencit dari kelompok vaksin crude product terdapat kemerahan pada bekas tempat suntikan. Uji potensi dilakukan dengan metode AMPT dan didapatkan potensi vaksin SE antigen murni 5.2 log unit dan vaksin SE antigen crude product 4.2 log unit. Penelitian ini menunjukkan bahwa kedua vaksin baik itu vaksin SE antigen murni ataupun vaksin crude product aman digunakan, tetapi vaksin SE antigen murni mempunyai viskositas yang lebih rendahdan potensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan vaksin SE antigen crude product.
- ItemPotensi Vaksin Antraks Dengan Variasi Dosis dan Lama Penyimpanan(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Ristiana, Dina; Asmara, Widya; Wahyuni, A.E.T.H.Antraks adalah penyakit yang disebabkan oleh Bacillus anthracis. Antraks termasuk salah satu penyakit hewan strategis dan bersifat zoonosis. Pengendalian Antraks adalah dengan vaksinasi. Vaksinasi pada ternak kadang tidak dilakukan sesuai dosis anjuran, sehingga menimbulkan kematian pada kambing/domba dan keguguran pada sapi bunting trimester pertama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi vaksin Antraks apabila diberikan ½ dan ¼ dosis dengan lama penyimpanan sampai dengan 2 tahun pada suhu 2-8 °C berdasarkan jumlah kandungan spora dan uji tantang. Vaksin yang digunakan yaitu vaksin Anthravet® (Pusvetma) baru (kurang dari 3 bulan) dan lama (telah disimpan selama dua tahun). Penghitungan jumlah kandungan spora dilakukan dengan metode Total Plate Count (TPC), uji tantang digunakan hewan coba 70 marmut dewasa yang dibagi menjadi 7 kelompok yaitu kelompok I diberikan vaksin Antraks dosis ¼ penyimpanan lama, kelompok II dosis ¼ penyimpanan baru, kelompok III dosis ½ penyimpanan lama, kelompok IV dosis ½ penyimpanan baru, kelompok V dosis 1 penyimpanan lama, kelompok VI dosis 1 penyimpanan baru, dan kelompok kontrol diberikan NaCl fisiologis. Uji tantang dilakukan pada hari ke-21 setelah vaksinasi menggunakan 200 minimum lethal dose (MLD) B. anthracis strain 17JB. Pengamatan dilakukan terhadap daya hidup marmut sampai 10 hari setelah uji tantang. Hasil yang didapatkan, jumlah kuman per dosis pada vaksin lama 9,42x106 CFU/ml dan vaksin baru 9,34x106 CFU/ml. Hasil uji tantang dosis ¼ penyimpanan baru paling rendah(60%), berbeda nyata dengan dosis 1 penyimpanan lama dan dosis 1 penyimpanan baru yang menghasilkan protektivitas paling tinggi (100%). Kesimpulan yang dapat diambil yaitu jumlah kandungan spora dosis ¼ dan ½, pada vaksin baru dan lama masih memenuhi standar OIE (2012) dan FOHI (2013), namun untuk uji tantangnya tidak memenuhi syarat; potensi vaksin Antraks pada penyimpanan sampai dengan 2 tahun masih tetap bagus selama diberikan dalam dosis 1.
- ItemSequence variability of the β Tubulin isotype-1 genes in benzimidazole resistant strains of Haemonchus contortus, a nematode parasite of sheep(Indonesian Animal Sciences Society, 2012-02-05) Haryuningtyas, Dyah; Artama, wayan T; Asmara, Widya