Browsing by Author "Ashari"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemBioetika Menunjang Pembangunan Berkelanjutan(BB Biogen, 2009-12) Ashari; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianBioetika Menunjang Pembangunan Berkelanjutan. Bioetika lahir sejak keberadaan manusia di muka bumi ini dengan terbangunnya hubungan interaksi antar manusia dan dengan lingkungannya. Hubungan itu pada hakekatnya merupakan pernyataan pengakuan bahwa di tempat manusia berpijak ada berbagai ciptaan Tuhan, baik yang berupa makhluk hidup lain (biotik) maupun yang tidak hidup (abiotik), dalam kerangka mewujudkan terciptanya hubungan yang serasi yang sifatnya spesifik menurut lokasi dan kepercayaan maupun bersifat umum lintas lokasi dan kepercayaan. Budaya Jawa membagi hubungan interaksi tersebut, sebagai bentuk tata krama atau etika manusia terhadap penciptanya dan antar ciptaan Tuhan, menjadi tiga, yaitu (1) tata krama hubungan manusia dengan Tuhannya yang disebut moral, (2) tata krama hubungan manusia sebagai perorangan dengan negara disebut hukum, dan (3) tata krama manusia sebagai perorangan dengan sesama manusia dan dengan makhluk hidup lain serta lingkungan hidupnya disebut sopan santun. Sopan santun terdiri atas tiga pilar norma, yaitu unggah ungguh, empan papan, dan angon tinon, yang dalam budaya Bali disebut desa, kala, patra. Bioetika pertanian pada dasarnya merupakan hubungan manusia dengan sumber daya hayati di sekitarnya atau ekosistemnya guna memanfaatkan sumber daya tersebut untuk kebutuhan hidupnya. Nilai-nilai tersebut dijumpai dalam setiap agama yang berbeda dalam bentuk dan isinya. Agama yang sangat lekat dalam intensitas hubungan tersebut adalah Budha yang lebih pada “pernyataan” tidak membunuh sesama makhluk hidup, baik yang berpotensi sebagai sumber pangan maupun sebagai “musuh” alami, untuk tidak saling mengganggu. Dalam Islam, penyembelihan hewan tidak boleh terlalu membebani rasa sakit, sehingga ada persayratan untuk memotong ternak. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri untuk memenuhi kebutuhan manusia serta dalam perkembangan kesadaran masyarakat maju, perkembangan bioetika sebagai norma semakin menjadi tuntutan hidup. Tuntutan tersebut tetap dalam ruang lingkup hukum, moral, dan sopan santun, dengan muatan-muatan perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya bioteknologi dengan etika bisnisnya. Dinamika transaksi materi-materi biologik baik yang alami maupun hasil rekayasa genetik serta proses rekayasa genetik itu sendiri dituntut tetap dalam lingkup tata krama yang menunjang kesejahteraan serta kenyamanan hidup manusia dan lingkungannya. Berdasarkan telaah ruang lingkup, pengertian, dan perkembangan bioteknologi dapat disimpulkan bahwa: (1) bioetika berkembang dalam kehidupan sehari-hari baik dalam agama, budaya lokal, tradisional maupun dalam tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam hasanah hubungan manusia dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesama dan lingkungannya dan (2) bioetika dalam tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan merupakan cabang ilmu yang perlu digali dan dikembangkan agar menjadi rambu-rambu bagi umat manusia dalam memanfaatkan sumber daya hayati umumnya dan sumber daya pertanian khususnya, guna menunjang pembangunan pertanian secara berkelanjutan.
- ItemBioetika Pertanian dalam Kearifan Lokal di Indonesia(BB Biogen, 2009-12) Ashari; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianBioetika Pertanian dalam Karifan Lokal di Indonesia. Indonesia memiliki 746 bahasa daerah yang menunjukkan keanekaragaman bahasa mencerminkan keanekaragaman budaya yang disertai keberadaan kearifan-kearifan lokal dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya hayati dengan ekosistemnya yang bermuatan konsep konservasi. Kearifan-kearifan tersebut merupakan normanorma sosial yang berlaku dan dihormati baik oleh suatu komunitas maupun lintas komunitas. Banyak kearifan lokal yang bernilai luhur sebagai konsep ideal, tetapi beberapa di antaranya bermuatan “negatif” bagi semangat pembangunan. Nilai-nilai luhur dalam perspektif pembangunan pertanian disebut bioetika pertanian tradisional. Berdasarkan pengalaman dari interaksi tentang bioetika pertanian dalam kehidupan sehari-hari pada dengan masyarakat pedesaan dari Sabang hingga Merauke, perkembangan ilmu dan teknologi dan kemajuan di bidang industri pada umumnya masih kurang mendapat perhatian. Sesungguhnya nilai bioetika merupakan kekuatan dasar dalam pengembangan dan pembangunan dalam masyarakat. Lunturnya bahasa daerah yang mengandung nilai-nilai luhur terjadi akibat kurang pedulinya masyarakat setempat, sehingga terjadi erosi bahasa daerah. Nilai-nilai luhur bioetika pertanian yang ada hingga saat ini belum mendapat sentuhan yang memadai, terutama berkaitan dengan pengembangan dan pembangunan. Suatu komunitas kecil suku Marin di Merauke yang terisolir dari kemajuan telah menerapkan koonservasi untuk memelihara tanaman sago sebagai sumber pangan. Di sebelah utara kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera barat, terdapat aturan tentang cara panen ikan yang hanya dilakukan pada bulanbulan tertentu. Tanah ulayat yang merupakan konsep tradisional untuk mengamankan aset komunitas, saat ini dianggap menghambat pembangunan daerah. Ladang berpindah yang telah dilakukan secara luas oleh petani setempat, sesungguhnya mengandung konsep konservasi untuk memelihara keamanan produksi pangan. Suku Badui Dalam dengan kesederhanaannya selalu menjaga lingkungan biotik pertanian (taaman dan hewan) berdasarkan kearifan lokal. Komunitas di Bali dengan Sistim Subak, suatu sistem pengelolaan padi sawah pada komunitas di Bali juga merupakan kearifan lokal yang memiliki nilai bioetika yang luhur dan menjadi bagian yang mendukung konsep pembangunan. Suku Toraja sangat menghormati leluhurnya untuk berhubungan dengan Penciptanya, tetapi kurang diimbangi dengan pemikiran tentang kebutuhan masa depan keturunannya. Berdasarkan kearifan lokal dapat dijadikan sebagai dasar bioetika pertanian tradisional, maka dapat disimpulkan dan disarankan bahwa: (1) Banyak kearifan lokal yang luhur memiliki nilai positif dan ideal untuk pembangunan daerah, tetapi ada juga yang bersifat negatif bagi pembangunan. Kearifan yang bermuatan negatif, masih dapat dimanfaatkan sebagai terobosan dalam pembangunan daerah, jika dapat menyiasatinya secara sosial dan berkomunikasi secara efektif bagi kepetingan umum, melalui kewenangan pemerintah daerah dan adat. Yang bermuatan positif dapat merupakan konsep ideal bagi pembangunan daerah; (2) Bioetika pertanian dalam kearifan lokal suku-suku minoritas di pedalaman yang terbelakang dan jauh dari sentuhan budaya maju dijumpai konsep-konsep pembangunan yang menjadi kekayaan budaya dan perlu digali, dipelajari serta dilestarikan, (3) Perlu lebih diperhatikan potensi sosial budaya lokal dengan bahasa dan muatan kearifan-kearifan dalam bioetika pertanian yang dianutnya serta maknanya bagi pembangunan pertanian.
- ItemKORPORASI PETANI(Balittra, 2021) Syahyuti; Endro, Gunawan; Ashari; Rina, Yanti; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPengembangan kawasan sentra pangan atau food estate (FE) didasarkan kepada beberapa target penting, antara lain untuk peningkatan produksi pangan nasional, memperkuat ketahanan pangan daerah, pengembangan wilayah, serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Beberapa pertimbangan perlunya pengembangan FE di antaranya: (1) kebutuhan bahan pangan yang semakin meningkat akibat pertambahan penduduk; (2) berkurangnya daya pasok bahan pangan akibat alih fungsi lahan, terutama sawah-sawah irigasi untuk tujuan nonpertanian; (3) meningkatnya alokasi devisa negara untuk memenuhi kebutuhan beberapa komoditas strategis; (4) potensi lahan rawa di luar Pulau Jawa belum dimanfaatkan secara maksimal; dan (5) perlunya pelibatan investor dalam pengembangan FE.
- ItemMemahami, Mendalami, dan Menawarkan Solusi Masalah Petani, Pertanian dan Pedesaan: Sinopsis Hasil Penelitian PSE-KP Periode 1976-2012(IAARD Press, 2013) Syahyuti; Ashari; Agustin, Nur Khoiriyah; Nuryanti, Sri; Arrozi, Ahmad MakkySetelah tiga puluh tujuh tahun berkiprah, kini saatnya PSE-KP melakukan refleksi dengan mempertimbangkan berbagai lingkungan strategis yang ada, tantangan yang harus dihadapi ke depan, serta kapasitas yang ada saat ini. Penyusunan buku ini merupakan satu agenda dari rangkuman kegiatan Badan Litbang Pertanian dalam acara “Empat Puluh Tahun Badan Litbang Pertanian”. Buku yang berisi rangkuman penelitian-penelitian PSE-KP dari tahun ke tahun selama 37 tahun ini yang disusun atas topik-topik utama merupakan sumbangan penting untuk kemajuan pengetahuan sosial ekonomi pertanian di Indonesia, yang selama ini cenderung berjalan secara kurang terintegrasi. Jika seluruh lembaga penelitian sosial ekonomi di Indonesia melakukan hal serupa, maka akan diperoleh sebuah peta pengetahuan sosial ekonomi yang komprehensif, sehingga ke depan penelitian-penelitian di kementerian teknis, perguruan tinggi, dan berbagai lembaga penelitian swasta lain dapat berjalan secara lebih sistematis.
- ItemPengembangan Kelembagaan Kemitraan Usaha Hortikultura di Sumatera Utara, Jawa Barat dan Bali(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2006-09) Saptana; Hastuti, Endang L.; Indraningsih, Kurnia Suci; Ashari; Friyatno, Supena; Sunarsih; Darwis, Valeriana; Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan PertanianPotensi produksi nasional serta peluang pasar dalam negeri dan luar negeri komoditas hortikultura semestinya dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan nasional, baik sebagai penghasil devisa, kesempatan kerja maupun peningkatan pendapatan masyarakat petani. Namun pengembangan usaha hortikultura, khususnya di kawasan sentra produksi masih dihadapkan pada beberapa kendala, seperti belum terwujudnya ragam, kualitas, kesinambungan, pasokan, dan kuantitas sesuai permintaan pasar. Buku ini mengupas secara utuh pengembangan kelembagaan usaha hortikultura di Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat dan Bali sebagai sentra produksi hortikultura di Indonesia.
- ItemStrategi Kebijakan Pembangunan Pertanian Meningkatkan Peran Sektor Pertanian Ditengah Pandemi Covid-19(Kementerian Pertanian, 2022) Fahmid, Imam Mujahidin; Subagyono, Kasdi; Kariyasa, I Ketut; Mardianto, Sudi; Wahyudi; Agustian, Adang; Ashari; Chaidirsyah, Ranny Mutiara; Sumedi; Gunawan, Endro; Pramudia, Aris; Kadir; Muslim, Chairul; Darwis, Valleriana; Yofa, Rangga Ditya; Raharjo, Agung Saras Sri; Puspa P, Resty; Saefudin; Mucharam, Iim; Azis, Dani Abdul; Subekti, Eka SrieSalah satu tantangan besar pembangunan pertanian yaitu bagaimana pertumbuhan ekonomi yang dicapai dapat meningkatkan pendapatan petani yang sebagian besar memiliki lahan dengan luasan yang kurang dari setengah hektar. Untuk itu, peningkatan produksi komoditas pertanian dan peningkatan daya saing produk pertanian diarahkan mampu mendongkrak Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian dan hasilnya dirasakan oleh petani dengan adanya kenaikan tingkat kesejahteraan petani. Tantangan lainnya dalam pembangunan pertanian adalah bahwa pada tahun 2020, seluruh belahan dunia menghadapi pandemi Covid-19 yang berpengaruh terhadap berbagai sektor termasuk sektor pertanian. Meskipun untuk angkutan komoditas pangan tetap diizinkan, namun para pelaku distribusi (pedagang) memiliki kekhawatiran atas wabah pandemi ini sehingga tetap berpengaruh terhadap pergerakan barang komoditas pangan. Pasca mulai recoverynya dari pandemi Covid-19, yaitu sejak akhir Februari 2022 justru telah muncul konflik 2 negara yakni Rusia dan Ukraina yang telah menyebabkan kerusakan yang luas dan hilangnya nyawa dikedua negara. Dengan terdapatnya konflik/perang terbuka diantara dua negara tersebut akan memiliki banyak implikasi bagi pasar global dan ketahanan pangan. Hal ini akan menjadi tantangan bagi ketahanan pangan bagi banyak negara. Pada sisi lain tantangan perubahan iklim karena faktor alam juga akan berpengaruh terhadap sektor pertanian. Dalam menyikapi perubahan iklim tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara yang berkomitmen dalam penanggulangan perubahan iklim (climate action). Komitmen tersebut dituangkan dalam RPJMN 2020-2024 sebagai Prioritas Nasional, yang mengintegrasikan pembangunan rendah karbon yang berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam menyikapi tantangan dan peluang pengembangan sektor pertanian ke depan, maka para pelaku pembangunan pertanian khususnya bagi generasi muda harus berpikir untuk menjadikan pertanian modern sebagai profesi dan menggunakan teknologi pertanian yang sudah maju. Sebab potensi lahan Indonesia sangat luas dan jika dikelola oleh generasi milenial, dipastikan pertanian Indonesia semakin kuat dalam mencukupi kebutuhan pangan secara mandiri dan ke depan dapat menyuplai pangan untuk dunia. Buku ini mengupas beberapa aspek yang mencakup: (1) Strategi Meningkatkan Produksi Pangan ditengah Pandemi Covid-19; (2) Peran Input Produksi dan Harga dalam Pengembangan Produk Pertanian; (3) Pengembangan Kelembagaan Usaha Pertanian; dan (4) Strategi Peningkatan Daya Saing, Nilai Tambah dan Ekspor Komoditas Pertanian.