Browsing by Author "Adri"
Now showing 1 - 16 of 16
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis dan Rekayasa Kelembagaan Penunjang Teknologi Usahatani Padi di Kelurahan Aur Gading Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun Jambi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Suharyon; Minsyah, Nurimdah; Adri; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiDalam upaya mengembangkan sistem usahatani di suatu wilayah diperlukan pendekatan hubungan antara kelompok tani dengan kelembagaan lain yang mendukung. Dengan terjalinnya kerja sama kelembagaan yang mantap, masalah yang dihadapi petani bisa diserahkan sekaligus diharapkan terjadi difusi teknologi melalui lembaga atau institusi terkait di daerah. Dengan memberdayakan kelembagaan yang mendukung adopsi teknologi yang diberikan kepada kelompok tani Rantau Bayur Kecamatan Sarolangun dalam bentuk kerja sama akan membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi petani. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka perlu dilakukan kajian analisis rekayasa kelembagaan penunjang teknologi usahatani. Kegiatan ini dilaksanakan di Kelurahan Aur Gading Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun dengan tujuan menemukan perlakuan/ intervensi yang efektif dan meningkatkan pemberdayaan, serta kerja sama kelembagaan guna menjamin adopsi teknologi sistem usahatani lahan sawah yang berkelanjutan. Pendekatan yang digunakan adalah SWOT ANALYSIS yaitu identifi kasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Metodologi pengkajian dalam kegiatan dengan menerapkan metode Participatory Research Appraisal (PRA), untuk menggali masalah yang dihadapi oleh petani. Alternatif intervensi yaitu dibentuknya kelompok tani Desa Aur Gading, sosialisasi SUT (sistem usaha tani) di wilayah sekitar SL-PTT meneliti kebutuhan mendesak kelompok tani, dan menghubungkannya dengan lembaga pendukung. Berdasarkan hasil PRA maka permasalahan yang diprioritaskan adalah (1) serangan hama keong mas tanaman padi sawah, (2) varietas unggul baru (vub), (3) bibit bermutu dan sehat, (4) mendapatkan pupuk subsidi, dan (5) pemupukan berimbang
- ItemAnalisis Finansial Tumpangsari Jagung Perkebunan Karet Rakyat(BPTP Jambi, 2007) Adri; Firdaus; BPTP JambiPembangunan pertanian diartikan diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan
- ItemAnalisis Tumpangsari Jagung Pada Perkebunan Karet(BPTP Jambi, 2003) Adri; Firdaus; Hasan, Nusyirwan; BPTP JambiProgram pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan agribisnis. Peningkatan ketahanan pangan dapat ditempuh dengan ekstensifikasi. Jumlah penduduk yang selalu bertambah dan luas lahan untuk pertanian semakin berkurang. Lahan-lahan subur telah banyak dialih fungsikan untuk keperluan lain selain pertanian. Kebutuhan akan pangan dan penciutan lahan untuk keperluan diluar pertanian merupakan dua sisi yang bertolak belakang dan harus dipenuhi.
- ItemBPTP Jambi Selayang Pandang(BPTP Jambi, 2002) Hasa, Nuzirwan; Endrizal; Yusri, Ahmad; Adri; BPTP JambiBPTP Jambi merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
- ItemKAJIAN PENERAPAN MODEL TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TIKUS DI LAHAN PASANG SURUT MENDUKUNG UPSUS PAJALE KABUPATEN TANJUNG TABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Handoko, Sigid; Adri; B.S, Busyra; BPTP JambiPotensi sawah pasang surut di Kabuaten Tanjung Jabung Timur yaitu seluas 200.000 ha, sementara lahan yang telah dapat digunakan untuk pertanaman tanaman pangan seluas 90.000 ha. Pemanfaatan sebagai lahan sawah tanaman pangan didominasi oleh pertanaman padi pada musim penghujan (MT I), dan pertanaman jagung pada musim kemarau (MT II). Selain keberadaan air menjadi faktor pembatas dalam usaha tani padi, serangan hama tikus seringkali menjadi faktor utama kegagalan panen padi. Beberapa cara pengendalian hama tikus sawah berbasis penggunaan pestisida dalam bentuk umpan beracun dan pengemposan, diperoleh hasil kurang efektif di lapangan karena pelaksanaan aplikasinya setelah muncul serangan dalam kategori kerusakan sedang atau berat. Pengendalian hama tikus secara terpadu diperlukan dengan tujuan memperoleh keberhasilan dalam usaha tani padi dengan menekan kehilangan hasil di lapangan. Pengendalian hama tikus yang dilakukan yaitu: 1. Penggunaan teknik Trap barrier system (TBS) awal musim tanam, 2. Penggunaan teknik Linear trap barrier system (LTBS).Hasil kajian di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan teknik Trap barrier system (TBS) awal musim tanam dapat memerangkap 296 ekor tikus dengan perbandingan tikus jantan : betina sebesar 3:7. Penggunaan teknik Linear trap barrier system (LTBS) dapat memerangkap tikus yang melakukan migrasi antara lahan sawah dan habitat tikus, atau sebaliknya. Pengendalian hama tikus terpadu menggunakan TBS, LTBS, dan fumigasi dapat mengendalikan tikus di pertanaman padi pada musim tanam II tahun 2015, sehingga dapat terbebas dari serangan hama tikus.
- ItemKeragaan Pembiayaan Usahatani Ternak Sapi(BPTP Jambi, 2008) Sugihartono; Adri; BPTP JambiThe necessity of capital for the community in village, especially livestock of farmer is very important to sustainable farm. Nevertheles, the problem of low capital will always appear to increase farm and income. So that, the reseach that give information about financing farm performance of livestock. Research show, that the acces of farmer to get credit which comes from formal institution financing, in fact that it doesn’t give any credit for livestock farmer. Besides that, the frequency of borrowing and values are still low. At first, cost of transaction is ecpected to become burden for the credit, it doesn’t have any influence to the borrower.
- ItemKlinik Teknologi Sebagai Wadah Konsultasi Dan Alih Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi(BPTP Jambi, 2005) Endrizal; Adri; Julistia Bobihoe; B. Prayudi; BPTP JambiBadan Penelitian dan Pengembangan telah banyak menghasilkan dan merekomendasikan paket teknologi pertanian spesifik lokasi, namun tingkat adopsi paket teknologi oleh petani masih rendah. Kurang atau tidak diadopsinya teknologi pertanian disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karakteristik teknologi, keterbatasan SDM (penyuluh pertanian), permohonan, kualifikasi penerima teknologi itu sendiri dan proses diseminasi. Kenyataan dilapangan keberhasilan penerapan/adopsi teknologi pertanian spesifik lokasi masih rendah. Untuk itu inovasi dan alih teknologi pertanian harus terus dikembangkan untuk merespon kebutuhan petani yang terus meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Suatu konsep untuk mempercepat alih teknologi pertanian yang mobilitasnya diterapkan oleh petani (telah berhasil dikembangkan oleh BPTP Sulawesi Utara) yang kemudian dikenal dengan KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN (KLITAN). KLITAN adalah suatu wadah yang dapat menampung serta memberikan solusi secara bertahap dan cepat suatu masalah yang dihadapi oleh petani atau pengguna lainnya dalam pengelolaan sistem usahatani.
- ItemKontribusi pendapatan Usaha Pembibitan Karet (Studi kasus di wilayah Prima Tani DesaSungai Merah Kab. Sarolangun)(BPTP Jambi, 2008) Adri; Supriyanto, Joko; BPTP JambiKaret merupakan komoditas unggulan Provinsi Jambi yang luasnya mencapai 557.042 ha. Rata-rata produktivitas karet rakyat masih rendah dibandingkan dengan potensi yang ada yaitu 714 kg KKK 100 %/ha/th. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyaknya karet rakyat yang sudah tua dan rusak serta bahan pertanaman berasal dari biji asalan. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Jambi menjalankan program pengembangan karet sejak tahun 2006 – 2010 seluas 155.950 ha, yang terdiri dari peremajaan seluas 130.656 ha dan perluasan 25.295 ha.
- ItemPendekatan Penguatan Lembaga Keuangan Mikro Model KUM Menunjang Kegiatan Primatani di Prov. Jambi(BPTP Jambi, 2008) Sugihartono; Adri; BPTP JambiPermasalahan permodalan didalam pengembangan usaha pertanian, utamanya pada usaha mikro kecil pedesaan mempunyai peranan yang cukup berarti. Keterbatasan akumulasi modal dan kurang aksesnya terhadap sumber pembiayaan akan meyebabkan menurunnya produktivitas usaha dan pendapatan maupun tabungan yang akhirnya akan menghambat investasi kegiatan usaha. Didalam kegiatan Prima Tani dengan pendekatan kawasan, dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan petani yang ada didalam kawasan tersebut, maka kebutuhan modal mempunyai peranan yang sangat berarti. Berbagai skim skala mikro kecil telah banyak direalisasikan dimasyarakat untuk memenuhi kebutuhan modal usaha baik itu dalam bentuk program atau non program melalui sumber pembiayaan formal dan non formal.
- ItemPengelolaan Lahan Dan Tanaman Terpadu Pada Lahan Pasang Surut Di Provinsi Jambi(BPTP Jambi, 2005) Adri; Firdaus; Endrizal; Bambang Prayudi; BPTP JambiLuas lahan pasang surut di Provinsi Jambi sekitar 684.000 ha, berpotensi dikembangkan untuk pertanian 246.481 ha terdiri dari lahan pasang surut 206.852 ha dan lahan rawa lebak seluas 40.521 ha. Luas yang sudah direklamasi untuk lahan pertanian adalah 34.547 ha, yang tediri dari lahan potensial sulfat masam 16.387 ha dan lahan gambut 17.136 ha. Pada lahan telah dilaksanakan pengkajian Pengolahan Lahan dan Tanaman Terpadu berbasis tanaman pangan di Desa Lambur Luar, Kecamatan Muara Sabak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Permasalahan utama pada lahan ini adalah tingkat kesuburan lahan rendah, jaringan tata air mikro atau drainase tidak berfungsi dengan baik bahkan ada yang tidak ada, lapisan pirit yang meracun tanaman serta kendala budaya dan sosial ekonomi masyarakat. Pada kegiatan ini dibandingkan penerapan paket teknologi introduksi dengan pola petani dan paket teknologi yang diperbaiki. Kegiatan ini bertujuan untuk menguji paket teknologi spesifik lokasi lahan pasang surut dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paket teknologi introduksi dan paket teknologi yang diperbaiki memberikan hasil dan keuntungan lebih tinggi dibandingkan dengan pola petani. Produksi padi varietas Batanghari pada paket introduksi mencapai 5,5 ton/ha, pada paket yang diperbaiki 5.0 ton/ha, produksi padi varietas yang sama dengan pola petani hanya 3.0 ton/ha. Produksi padi varietas IR-42 pada paket introduksi mencapai 5 ton/ha, paket yang diperbaiki 4,5 ton/ha sementara pada pola petani hanya 2.5 ton/ha. Dengan adanya kegiatan PLTT pada lahan pasang surut, indek pertanaman (IP) dapat ditingkatkan dari 100 menjadi 200 dengan pola tanam palawijaya (jagung) dan padi. Di Lambur Luar produksi jagung dapat mencapai 7 ton/ha, sedang di Simbur Naik pada UPK dan UHP produksi jagung mencapai 5 ton/ha dan 4.8 ton/ha.
- ItemPENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN YANG BERDAYA SAING BERBASIS ZONA AGROEKOLOGI DALAM MENDUKUNG MEA DI KALIMANTAN BARAT(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Hatta, Muhammad; Adri; Permana, Dadan; BPTP JambiMasyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan integrasi ekonomi dalam wilayah kesatuan pasar dan basis produksi dengan tingkat kompetisi tinggi yang akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah besar. Kalimantan Barat berbatasan langsung dengan Negara Malaysia dan Brunei Darussalam, menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatn ekspor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Data dan informasi sumberdaya tanah/lahan mempunyai peranan penting di sektor pertanian dalam mendukung keberhasilan MEA di Kalimantan Barat. Kalimantan Barat mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan komoditas pertanian unggulan yang berdaya saing. Disamping fasilitas infrastruktur, informasi detail potensi sumberdaya lahan, baik komoditas pertanian unggulan maupun sentra -sentra pengembangan komoditas pertanian, sangat diperlukan dalam rangka mempercepat laju pembangunan wilayah dalam menghadapi MEA. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memanfaatkan data dan informasi sumberdaya lahan yang berbasis Zona Agro Ekologi (ZAE). Hasil analisis sumberdaya lahan dan analisis sosial ekonomi dituangkan kedalam peta ZAE yang menginformasikan jenis komoditas unggulan yang berdaya saing. Data sumberdaya lahan berbasis ZAE mampu memberikan informasi spasial tentang tingkat kesesuaian lahan, distribusi, luasan, potensi, dan kendala fisik penggunaan lahan untuk pertanian unggulan, serta alternatif teknologi pengelolaan lahan spesifik lokasi. Komoditas unggulan seperti lidah buaya, jeruk, lada, kelapa sawit dan lain-lain dengan produk derivatnya mempunyai daya saing yang tinggi. Data sumberdaya lahan berbasis ZAE dapat mendukung terbentuknya kawasan pertanian terpadu dalam menghadapi MEA sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang tinggi.
- ItemPeran Gapoktan dalam usaha Agribisnis (Studi kasus Prima Tani Sarolangun)(BPTP Jambi, 2008) Adri; BPTP JambiRevitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) yang dicanangkan Presiden Republik Indonesia tanggal 11 Juni 2005 bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional dan menjaga kelestarian sumberdaya pertanian, perikanan, dan kehutanan. Arah dari RPPK adalah mewujudkan pertanian tangguh untuk pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani. Paling tidak ada tiga komponen dalam RPPK tersebut yaitu; teknologi, kelembagaan, dan kebijakan.
- ItemPerbaikan Teknologi Budidaya Karet Rakyat(BPTP Jambi, 2006) Adri; Prayudi, Bambang; Firdaus; Yardha; Edi, Syafri; Hasannu, Nusyirwan; Azwar; BPTP JambiTanaman karet (Harvea bransiliensis) merupakan komoditas unggulan daerah Provinsi Jambi. Andalan perkebunan karet masih bertumpu pada perkebunan karet rakyat yang luasnya 98,2 persen dari luas keseluruhan perkebunan karet di Provinsi Jambi dan sumber mata pencaharian utama lebih dari 190.133 kepala keluarga (KK).
- ItemProspek Pengembangan Klon Karet Unggul Di Provinsi Jambi(BPTP Jambi, 2005) Firdaus; Adri; Suharion; BPTP JambiBudidaya tanaman karet secara komersial di Indonesia telah dimulai sejak penanaman di Sumatera seluas 176 ha pada tahun 1902 dan di Jawa seluas 10.125 ha pada tahun 1906. Sampai saat ini kegiatan pemuliaan karet telah memasuki siklus seleksi yang keempat. Dari tiga siklus seleksi yang sudah selesai terdapat kemajuan genetik yang besar ditinjau dari peningkatan produktivitas tanaman yang mencapai enam kali lipat dari sekitar 500 kg/ha/th pada populasi awal menjadi 3000 kg/ha/th untuk klon unggul baru.
- ItemRekonstruksi Kelembagaan Pertanian Lahan Pasang Surut (Studi Kasus Di Desa Lambur Luar)(BPTP Jambi, 2003) Adri; Hasan, Nusyirwan; Azwar; Firdaus; Handoko, Sigid; BPTP JambiLahan pasang surut di Provinsi Jambi merupakan lahan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan bagi usaha pertanian baik, tanaman pangan, palawija, dan tanaman industri, namun pemanfaatannya belum optimal. Kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan dan pengembangan lahan pasang surut menyangkut masalah biofisik, sosial ekonomi dan kelembagaan. Hal ini terlihat dari tingkat produktivitas dan pendapatan petani yang masih rendah. Disamping itu, lahan pasang surut mempunyai keragaman yang cukup tinggi, maka pengelolaannya memerlukan kehari-harian dengan teknologi yang spesifik. Kesalahan dalam pengelolaan akan bisa berakibat fatal bagi kelangsungan usahatani di lahan pasang surut.
- ItemTeknologi Budidaya dan Pengelolaan Lahan Pasang Surut(BPTP Jambi, 2001) Adri; Izhar, Nurli; Endrizal; Jumakir; Yardha; BPTP JambiLahan pasang surut di Propinsi Jambi merupakan lahan yang cukup potensial untuk dimanfaatkan jika pengelolaannya dilakukan secara tetap sesuai dengan karakteristik lahan tersebut.