Browsing by Author "1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Arifin Fahmi"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN LAHAN GAMBUT(IAARD Press, 2014-11) 1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Arifin FahmiBerdasarkan sifat lahan gambut dan kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan dan pengelolaan untuk pertanian, pengembangan lahan gambut untuk tanaman pangan dan hortikultura diarahkan ke lahan gambut dangkal (tebaI0,5-1 m) sampai gambut sedang (2-3 m), baik yang berkembang maupun telantar. Sementara itu, pemanfaatan lahan gambut untuk pengembangan tanaman perkebunan, khususnya tanaman kelapa sawit dibatasi hanya untuk lahan gambut dangkal dan sedang (tebal < 3 m), sedangkan lahan gambut dalam (tebal > 3 m) diarahkan untuk konservasi dan restorasi dengan penanaman kembali tanaman hutan alami yang adaptif seperti jelutung atau sejenisnya (Permentan No. 14/2009).
- ItemLUAS, SEBARAN, DAN KARAKTERISTIK LAHAN GAMBUT(IAARD Press, 2014-11) 1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Arifin FahmiLahan gambut tropika mencakup areal seluas 38 juta ha dari total seluas 200 juta ha di dunia, di antaranya terdapat di Indonesia dengan luas 14,91 juta ha yang tersebar di empat pulau besar, yaitu Sumatera 6,44 juta ha, Kalimantan 4,78 juta ha, Papua 3,69 juta ha, dan Sulawesi < 0,10 juta ha. Berdasarkan ketebalan gambut, terdapat gambut dangkal (ketebalan 0,5-1 m) seluas 5,24 juta ha
- ItemPedoman Umum PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERTANIAN BERKELANJUTAN(IAARD Press, 2014-11) 1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Arifin FahmiLahan gambut menempati posisi strategis dalam pembangunan pertanian nasional karena kaya akan keanekaragaman hayati, memiliki atau dapat memberikan berbagai jasa lingkungan/environmental services (seperti pengatur tata air, penyerap dan penyimpan karbon agar perubahan iklim lokal maupun global dapat terkendali) kepada kita semua serta makhluk hidup lainnya. Selain itu, lahan gambut juga menjadi sumber bagi produksi dan penghasilan petani. Namun, kondisi lahan gambut Indonesia saat ini semakin memprihatinkan seiring dengan meningkatnya tekanan dan kerusakan yang dialami. Kondisi ini akan terus memburuk apabila tidak diatasi dengan upaya pencegahan kerusakan dan perbaikan terhadap lahan gambut yang telah terdegradasi. Rehabilitasi merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam memperbaiki lahan gambut yang telah terdegradasi tersebut.
- ItemPERUBAHAN IKLIM DAN DEGRADASI LAHAN GAMBUT(IAARD Press, 2014-11) 1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Arifin FahmiPerubahan iklim merupakan salah satu ancaman yang sangat serius terhadap sektor pertanian dan berpotensi mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan produksi pangan dan sistem produksi pertanian pada umumnya. Perubahan iklim adalah kondisi beberapa unsur iklim yang magnitude dan/atau intensitasnya cenderung berubah atau menyimpang dari dinamika dan kondisi rata-rata, menuju ke arah tertentu (meningkat atau menurun). Pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian bersifat multi dimensional, mulai dari sumber daya, infrastruktur pertanian, dan sistem produksi pertanian sampai aspek ketahanan dan kemandirian pangan, serta kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya. Pengaruh tersebut dibedakan atas dua indikator, yaitu kerentanan dan dampak. Secara harfiah, kerentanan terhadap perubahan iklim adalah kondisi yang mengurangi kemampuan (manusia, tanaman, dan ternak) beradaptasi dan/atau menjalankan fungsi fisiologis/biologis, perkembangan fenologi pertumbuhan dan produksi serta reproduksi secara optimal akibat cekaman perubahan iklim. Dampak perubahan iklim adalah gangguan atau kondisi kerugian dan keuntungan, baik secara fisik maupun sosial dan ekonomi, yang disebabkan oleh cekaman perubahan iklim (Balitbangtan, 20 IIa; Balitbangtan, 20II b).
- ItemTEKNOLOGI PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERTANIAN BERKELANJUTAN(IAARD Press, 2014-11) 1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Arifin FahmiPengelolaan lahan gambut berkelanjutan dipandang sebagai komponen dari pembangunan berkelanjutan dalam arti yang lebih luas (Noor, 20 I0; Radjagukguk, 2001). Pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai "pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka". Dengan demikian, budi daya pertanian yang dikembangkan di lahan gambut dapat diartikan sebagai praktikpraktik pengelolaan pertanian dan sistem budi daya tanaman yang memelihara atau meningkatkan (J) kelangsungan produksi tanaman secara ekonomi, (2) sumber daya alam sebagai basis faktor produksi, dan (3) ekosistem dan lingkungan yang digunakan dalam kegiatan budi daya pertanian.