CEKAMAN ABIOTIK DAN PROVITAS PADI PADA AGROKOSISTEM LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DAN TADAH HUJAN DI PAPUA BARAT: Penerapan Inovasi Teknologi Badan Litbang Pertanian

dc.contributor.authorRouw, Aser
dc.contributor.otherBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Baraten_US
dc.date.accessioned2020-03-25T06:56:08Z
dc.date.available2020-03-25T06:56:08Z
dc.date.issued2018
dc.description.abstractKajian ini bertujuan menginformasikan cekaman abiotik kamasaman tanah dan kekeringan (El Nino), serta capaian provitas padi melalui penerapan inovasi teknologi di lahan sawah irigasi teknis di Masni, Manokwari dan tadah hujan di Malawele, Sorong Papua Barat. Kajian di Masni seluas 1 ha menerapkan paket teknologi: (i) varietas tenggang masam Inpara 1, 8, dan Inpari 34 dan (ii) pengairan inter-miten, serta dosis pupuk yang ditentukan dengan PUTS. Kajian di Malawele Sorong menggunakan: (i) varietas eksisting IR64 dan Sidenok, dan (ii) dosis pupuk rekomendasi katam terpadu. Pada kedua lokasi dilakukan analisis contoh tanah komposit sebelum penanaman. Di Masni dilakukan pengamatan gejala keracunan Fe pada petak sampel tanaman padi mulai 2MST-8MST berdasarkan definsi gejala keracunan Fe menurut IRI. Kajian cekaman kekeringan akibat El Nino dilakukan melalui pendekatan: (i) desk study untuk analisis skala regional dan lokal, dan (ii) survey lapagan. Analisis regional menggunakan data SST Nino 3.4 dikorelasikan dengan curah hujan 30 tahun (1985-2015) dari 60 pos hujan di Pulau Papua. Analisis lokal mengambil kasus El Nino dipertengahan tahun 2015 hingga awal 2016, dan perubahan curah hujan di stasiun lokal, serta kaitannya dengan provitas padi selama dua musim tanam. Hasil analisis sampel tanah memperlihatkan bahwa lokasi kajian bersifat masam, kandungan Fe-dd sangat tinggi, dan ketersediaan hara sangat rendah. Presentase gejala keracunan Fe pada tanaman padi di Masni meningkat tajam mulai 4 MST hingga 8 MST. Presentase gejala tertinggi pada Inpara 1, sedangkan akumulasi Fe dalam jaringan tanaman tertinggi pada Inpari 34. Namun provitas tertinggi dicapai oleh inpari 34, yaitu 2,6 t GKP/ha yang didukung oleh penambahan 1 ton kompos/ha. Di Malewele, Sorong provitas IR64 dan 4,7 t/ha dan Sidenok 4,3 t/ha, didukung oleh penggunaan kompos 2 ton/ha. Analisis regional memperlihatkan bahwa seluruh wilayah Papua dipengaruhi oleh El Nino. Anomali STT Nino 3.4 secara presisten dengan indeks 0,5-2 akan diikuti dengan penurunan curah hujan berkisar 15-30% dari kondisi normal di Papua. Kejadian El Nino di tahun 2015 dengan intensitas sedang menyebabkan penurunan curah hujan di 20-30 % di Sorong dan Manokwari. Pada lahan sawah tadah hujan di Sorong, 60 % tanaman padi mengalami gagal panen akibat cekaman kekeringan (El Nino).en_US
dc.identifier.urihttps://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/8801
dc.language.isoiden_US
dc.publisherBalai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanianen_US
dc.subjectCekaman abiotiken_US
dc.subjectKemasaman tanahen_US
dc.subjectKekeringanen_US
dc.subjectEl Ninoen_US
dc.subjectProvitas padien_US
dc.titleCEKAMAN ABIOTIK DAN PROVITAS PADI PADA AGROKOSISTEM LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DAN TADAH HUJAN DI PAPUA BARAT: Penerapan Inovasi Teknologi Badan Litbang Pertanianen_US
dc.typeArticleen_US
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
CEKAMAN ABIOTIK DAN PROVITAS PADI PADA AGROKOSISTEM LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DAN TADAH HUJAN DI PAPUA BARAT Penerapan Inovasi Teknologi Badan Litbang Pertanian - Aser Rouw.pdf
Size:
8.06 MB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
1.71 KB
Format:
Item-specific license agreed upon to submission
Description: