Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan melalui Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi pada Kawasan Pertanian

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 5 of 89
  • Item
    VARIANT-3 MESIN EKSTRAKSI PATI SAGU TIPE STIRRER ROTARY BALADE BERTENAGA MOTOR BAKAR BENSIN
    (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Darma; Santoso, Budi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat
    Walaupun Papua Barat memiliki potensi sagu yang sangat besar, namun sampai saat ini produksi dan pemanfaatannya masih sangat rendah dibandingkan dengan potensinya. Hal ini terutama disebabkan karena sebagian besar proses pengolahan sagu oleh petani masih dilakukan secara tradisional dengan efektivitas dan efisiensi rendah. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan prototype mesin ekstraksi pati sagu tipe stirrer rotary blade untuk meningkatkan kinerjanya. Pengembangan dilakukan terutama pada komponen saringan. Pada percobaan ini digunakan saringan dengan lubang yang lebih halus yaitu 60 mesh yang diuji pada 3 periode waktu ekstraksi yaitu 10, 20 dan 30 menit. Evaluasi kinerja dilakukan dengan mengukur variabel kapasitas ekstraksi, rendemen pati, hasil pati dan persentase pati pada ampas. Hasil pengujian kinerja mesin menunjukkan bahwa semakin lama periode waktu ekstraksi, semakin rendah kapasitas ekstraksi, hasil pati dan persentase pati pada ampas sedangkan rendemen pati meningkat. Kinerja tertinggi diperoleh pada periode waktu ekstraksi 10 menit. Kinerja mesin pada kondisi tersebut adalah (a) Kapasitas ekstraksi 222 kg ela/jam, (b) Rendemen pati 45.2%, (c) Hasil pati 100 kg/jam dan (d) Persentase pati pada ampas 5.5%
  • Item
    UPAYA PERBAIKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DAGING ITIK MELALUI PERSILANGAN ENTOG DENGAN ITIK
    (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Matitaputty, Procula R.; Nurfaizin; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat
    Peranan itik lokal di Maluku baru sebatas sebagai sumber penghasil telur, sedangkan dagingnya belum banyak dimanfaatkan. Itik potong yang dijual berasal dari itik petelur jantan atau betina afkir. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan, produksi daging ternak itik, entog dan hasil persilangan (entog dan itik) serta efek heterosis. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan (jenis itik) dan masing-masing perlakuan 5 ulangan. Penelitian menggunakan d.o.d itik, entog dan hasil persilangan, sebanyak 75 ekor yang terdiri atas 25 ekor itik; 25 ekor entog dan 25 ekor hasil persilangan. Umur pemeliharaan sampai pemotongan selama 12 minggu. Hasil penelitian menujukkan bahwa Pemeliharaan selama 12 minggu, pertambahan bobot badan akhir ternak itik (1.332,47g); entog (1.894,70g) dan hasil persilangan (1.584,56g). Untuk bobot karkas entog sebarat 1.499,33g (45%) paling tinggi (p<0.05), dibandingkan itik 800,00g (24%) dan hasil persilangan, sementara hasil persilangan 1.005,12 (31%) lebih tingg (p<0.05) dibandingkan itik. Persentase potongan karkas bagian dada, paha, punggung dan sayap terjadi perbedaan nyata antar jenis ternak, entog lebih tinggi (p<0.05) dibandingkan dengan hasil persilangan dan itik, begitu pula hasil persilangan lebih tinggi (p<0.05) dari itik. Nilai heterosis pada ukuran tubuh ternak persilangan terhadap tetua murni menunjukkan nilai positif, pada bagian panjang punggung, panjang sayap, dan panjang tibia dengan persentase tinggi, sedangkan lebar paruh, panjang sternum, dan lebar dada memiliki nilai lebih kecil. Ukuran-ukuran tubuh ternak ini sangat menunjang pertumbuhan ternak potong, dan sebagai tempat melekatnya otot daging bagi ternak tersebut.
  • Item
    UJI POTENSI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH DALAM MENGHASILKAN BIJI BOTANI DI DATARAN TINGGI SULAWESI SELATAN
    (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Nurjanani; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat
    Penelitian bertujuan mengetahui satu sampai dua varietas bawang merah yang bisa menghasilkan biji botani (TSS) di atas 1 g/rumpun. Penelitian dilaksanakan di Desa Loka, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto dari bulan Maret hingga September 2015. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dengan empat perlakuan varietas, dan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan tinggi tanaman dan jumlah anakan empat varietas yaitu Trisula, Pancasona, Mentes dan Maja Cipanas tidak berbeda nyata. Varietas Trisula menunjukkan waktu berbunga tercepat (3-7 hari) dari varietas lainnya. Produksi biji tertinggi diperoleh pada varietas Trisula dan Pancasona yakni 4,90 g dan 4,18 g per rumpun. Hasil analisis R/C ratio menunjukkan bahwa produksi benih TSS kedua varietas tersebut layak diusahakan dengan R/C ratio 1,3. Hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) Varietas yang menghasilkan biji terbanyak adalah Trisula dan Pancasona masing-masing 4,90 g dan 4,18 g per rumpun, dengan persentase tanaman berbunga masing-masing 93% dan 90%. Sedangkan varietas Maja Cipanas dan Mentes menghasilkan biji masing-masing 1,85 g dan 1,49 g, namun persentase tanaman yang berbunga pada varietas Maja Cipanas hanya 60% dan varietas Mentes 30%. Sehingga dua varietas bawang merah yaitu Trisula dan Pancasona dapat direkomendasikan sebagai penghasil benih TSS bawang merah di dataran tinggi kering Sulawesi Selatan.
  • Item
    UJI EFEKTIVITAS BAHAN AKTIF FUNGISIDA UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BERCAK COKELAT PADA TANAMAN PADI
    (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Sipi, Surianto; Subiadi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat
    Penyakit bercak cokelat disebabkan oleh cendawan Bipolaris oryzae Breda de Hann (Sinonim: Helminthosporium oryzae Breda de Hann, anamorph (Cochliobolus miyabeanus Drechsler). B. oryzae menyerang pada semua fase tanaman padi, mulai dari persemaian sampai pada masa pematangan bulir dan merusak malai. Kerusakan akibat penyakit ini dapat menyebabkan penurunan hasil dari 6-90 % di Asia. Saat ini penggunaan fungisida untuk mengendalikan penyakit bercak cokelat masih menjadi salah satu teknik pengendalian yang paling efektif. Terdapat banyak bahan aktif fungisida yang beredar dipasaran. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian terhadap beberapa jenis bahan aktif fungisida yang paling dominan digunakan oleh petani pada dilokasi sekitar tempat penelitian. Hasil penelitian menunjukkan semua perlakuan berbeda nyata dengan petak kontrol pada pengamatan 4 MST. Sedangkan pada pengamatan 6 dan 8 MST berbeda nyata pada bahan aktif Benomil (6 MST = 43.5 %, 8 MST = 57,8 %) dan Difenoconazol (6 MST = 65,6 %, 8 MST = 62 %). Tidak berbeda nyata pada bahan aktif Tebuconazol (6 MST = 68,9 %, 8 MST = 69,3 %) dan Metil Tiofanat (6 MST = 69,3 %, 8 MST = 73,3 %). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahan aktif fungisida yang dapat menekan perkembangan penyakit bercak cokelat dari yang terbaik secara berturut-turut adalah Benomil, Difenoconazol, Metil Tiofanat dan Tebuconazol. Akan tetapi keempat bahan tersebut belum mampu menekan perkembangan secara efektif. Penyebabnya diduga akibat tingginya virulensi patogen dan kondisi lingkungan abiotik yang mendukung perkembangan penyakit.
  • Item
    UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU BAWANG MERAH DI DATARAN RENDAH, MANOKWARI - PAPUA BARAT
    (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Basundari, Fransiska R.A.; Krisdianto, Arif Y.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat
    Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan sayuran rempah yang memiliki nilai ekonomis tinggi, berfungsi sebagai penyedap rasa, dan dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional. Prospek pengembangan bawang merah sangat baik, yang ditandai dengan meningkatnya konsumsi bawang merah. Peningkatan ini belum dapat diikuti oleh peningkatan produksinya, karena teknologi perbenihan untuk peningkatan produktivitas belum dapat diadopsi oleh petani secara progresif. Teknologi yang mudah diaplikasikan oleh petani perlu diterapkan, diantaranya melalui pengaturan pemupukan, jarak tanam, dan varietas yang tepat dalam produksi umbi benih bawang merah. Perbedaan varietas tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, diantaranya pemupukan dan populasi tanaman. Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Juli 2016 di Kebun Percobaan di Anday, Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya adaptasi varietas yang diuji, yaitu varietas Bauji, Bima Brebes, Katumi, Mentes, Pikatan, Trisula, dan lokal sebagai kontrol. Penelitian dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan dan ketujuh varietas sebagai perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas yang memiliki hasil yang baik, dan dinilai mampu beradaptasi dengan baik adalah varietas Bauji, Bima Brebes, Mentes, dan Pikatan. Keempat varietas tersebut dinilai dapat dikembangkan untuk pengembangan bawang merah di lain di Papua Barat.