Tanaman Tahunan dan Penyegar

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 5 of 37
  • Item
    Teknologi Budidaya Panili
    (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Asnawi, Robet; Arief, Ratna Wylis; Ernawati, Rr.
    Tananam panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan komoditas ekspor yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Hasil olahan buah panili banyak digunakan untuk bahan penyegar, penyedap dan pengharum makanan, permen, ice cream, dan campuran bahan pembuat obat-obatan. Ekportir menjual panili dalam bentuk panili kering (panili olahan), sedangkan petani sebagian besar menjual dalam bentuk buah panili basah. Di Lampung, sebagian besar panili dikembangkan secara tradisional dalam bentuk perkebunan rakyat. Permasalahan umum pada usahatani panili antara lain adalah rendahnya produktivitas (250 gr panili basah/pohon), sementara potensi hasil klon panili unggul berkisar 1.029- 1.408 gr panili basah/pohon. Produktivitas yang masih rendah antara lain disebabkan oleh belum diterapkannya teknologi budidaya secara benar seperti penggunaan bahan tanaman, pemangkasan, pemupukan, dan pengendalian serangan hama/penyakit. Masalah lainnya dalam usaha tani panili adalah rendahnya mutu panili yang dihasilkan. Mutu panili dipengaruhi oleh umur panen, panjang buah dan proses pengolahan buah panili. Buku ini menginformasikan teknik budidaya panili dan penanganan pasca panen sesuai anjuran sehingga bisa diperoleh produksi yang lebih tinggi dan mutu panili yang lebih baik.
  • Item
    Teknologi Budidaya Karet
    (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Purwanta, Jamhari Hadi; Kiswanto; Slameto
    Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali pada umur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Kayu tanaman karet, bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain. Produk-produk karet tersebut umumnya diekspor. Ekspor karet Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti ban, komponen, dan sebagainya.
  • Item
    Teknologi Budidaya Kakao
    (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Firdausil AB; Nasriati; Yani, Alvi
    Kakao (Theobroma cacao) adalah tanaman perkebunan. Tanaman tahunan ini dapat mulai berproduksi pada umur 18 bulan (1,5 tahun). Tanaman ini menghasilkan biji kakao yang selanjutnya bisa diproses menjadi bubuk coklat. Umumnya perkebunan rakyat, seperti di Propinsi Lampung, produktivitasnya masih rendah dan mutu produk yang dihasilkan belum memenuhi standar ekspor. Produktivitas rata-rata tanaman kakao di Lampung sebesar 588,79 kg/ha. Apabila petani mau menerapkan teknologi budidaya secara benar produktivitas tanaman kakaonya bisa lebih tinggi yakni potensi produksinya bisa mencapai 1,5-3 ton/ha. Secara teknis, rendahnya produktivitas dan mutu kakao karena disebabkan beberapa hal, diantaranya: benih yang digunakan beragam dan lokal, pemeliharaan dilakukan seadanya dan belum dilakukannya fermentasi sebagai faktor penentu mutu kakao.
  • Item
    Lintasan 30 Tahun Pengembangan Kelapa Sawit
    (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010) Badrun, M.
    Tak pelak lagi, kelapa sawit telah menjadi isu internasional yang hangat di abad 21 ini. Bukan hanya kekuatannya sebagai subsitusi energi alternatif selain sebagai produk utama minyak nabati, namun juga kontroversi dan stigma yang menyertai. Yang pasti kelapa sawit bagi bangsa Indonesia adalah anugerah sekaligus tantangan. Buku kecil ini mengupas secara lugas peta permasalahan persawitan terkini.
  • Item
    Buku Saku Penanganan Pascapanen Kopi Secara Baik dan Benar (Good Handling Practices/GHP)
    (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2018) Sulistyorini, Henny; Abineno, Anggit Prastiwi; Asmoro, Helmi Putro
    Pascapanen tanaman merupakan langkah penting yang akan menentukan kualitas hasil. Hal ini berlaku pula untuk komoditas kopi. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran signifikan dalam menciptakan devisa melalui ekspor non migas. Tahun 2015 volume ekspor kopi Indonesia mencapai 458.694 Ton dengan nilai 1.191.926 USD. Kontribusi yang cukup signifikan tersebut perlu didukung dengan kesiapan teknologi dan sarana pascapanen yang tepat bagi petani untuk menghasilkan kopi yang berkualitas. Disamping itu, penanganan pascapanen yang tepat akan menghasilkan kopi dengan mutu Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan 2 yang tinggi. Sehingga produk kopi Indonesia akan lebih diuntungkan di kompetisi pasar global.