Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 5 of 60
  • Item
    Prosiding Simposium V Tanaman Pangan Inovasi Teknologi Tanaman Pangan
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2008-12-16) A. Karim Makarim; Bambang Suprihatno; Zulkifli Zaini; Adi Widjono; I Nyoman Widiarta; Hermanto; Husni Kasim
    Tantangan dalam peningkatan produksi tanaman pangan makin beragam. Konversi lahan pertanian yang masih terus berlangsung di beberapa daerah, penurunan kualitas lahan dan lingkungan, organisme pengganggu tanaman yang terus berkembang, masih tingginya kehilangan hasil pada saat panen dan setelah panen, rendahnya gizi anak di beberapa daerah karena tidak mem- peroleh masukan yang memadai dari makanan yang dikonsumsi, dan tidak memadainya keuntungan yang diperoleh petani dari usahatani tanaman pangan adalah bagian penting dari tantangan perlu diatasi. Pengalaman selama ini membuktikan penerapan teknologi dapat memecahkan masalah teknis yang dihadapi dalam peningkatan produksi. Oleh karena itu Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan melalui unit pelaksana teknis penelitiannya senantiasa melakukan penelitian untuk menghasilkan inovasiteknologi yang mampu memberikankontribusi yang lebih besar bagi peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, perbaikan gizi masyarakat, dan peningkatan pendapatan petani. Untuk mengevaluasi inovasi teknologi yang dihasilkan melalui penelitian dalam beberapa tahun terakhir, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan menyelenggarakan Simposium V Penelitian Tanaman Pangan di Bogor pada 28-29 Agustus 2007. Informasi dari inovasi teknologi tersebut, yang diterbitkan dalam prosiding simposium ini, diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan tanaman pangan. Akhir kata, saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam Simposium V Tanaman Pangan dan penerbitan prosiding ini.
  • Item
    Linimasa Vol 1 2025
    (PUSAT PERAKITAN DAN MODERNISASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN, 2025-12-16) Dr. Nuning Argo Subekti, S.P., M.Sc; Kania Tresnawati, S.TP
    Linimasa, diadaptasi dari Bahasa Inggris timeline, adalah rangkaian peristiwa yang ditinjau berdasarkan kronologi waktu. Kata ini mewakili tak hanya dimensi masa namun juga rekam peristiwa yang ada di dalamnya. Filosofi inilah yang mendasari kami mengusung “LINIMASA“ sebagai nama majalah digital Pusat Perakitan dan Modernisasi Pertanian Tanaman Pangan yang terbit mulai tahun 2025 ini. Menyajikan rubrik-rubrik yang informatif dalam kemasan yang menarik, LINIMASA hadir dengan rekam kinerja institusi yang diramu sebagai informasi publik berbentuk artikel dan infografis. LINIMASA akan hadir secara berkala dua kali setahun pada setiap Bulan Juni dan Desember. Pada edisi perdana ini, kami sajikan sejumlah menu diantaranya Reportase Utama mengenai transformasi kelembagaan dan capaian peningkatan produksi beras Indonesia; Kilas Kinerja mengenai capaian produksi dan distribusi benih sumber tanaman pangan, statistika layanan laboratorium pengujian, serta SNI terbaru yang dihasilkan Komtek 65-11 Tanaman Pangan; Opini; serta rubrik Zona Integritas dan koleksi pilihan pustaka. Kami berharap LINIMASA dapat terus menghadirkan informasi yang valid, inklusif, dan tentunya bermanfaat bagi publik. Selamat membaca dan belajar dari sajian kami
  • Item
    PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI BERBASIS PADI (SUTPA) DI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG: KENDALA DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA
    (BPTP Karangploso, 2000) ROESMARKAM, S; E. Purnomo
    Pengkajian SUTPA di Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang dilaksanakan di 7 desa pada bulan Oktober 1996 sampai dengan September 1997. Teknologi yang diperkenalkan adalah varietas unggul, cara tanam Tabela dan Jajar Legowo, pemupukan berimbang serta pengendalian hama secara terpadu. Pengumpulan data dilakukan di lapang terhadap sifat agronomis tanaman dan hasil ubinan, sedang untuk hasil riel dan pendapatan petani dilakukan dengan menggunakan kuestioner dan FRK. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa adanya SUTPA dirasa sangat bermanfaat karena dapat mendorong peningkatan aktivitas kelompok sehingga mendorong peningkatan IP dari 250% menjadi 300%. Sistem Tabela mampu meningkatkan hasil, namun masih banyak masalah terutama keterampilan petani dan adanya hama tikus. Sistem Jajar Legowo tidak meningkatkan hasil walaupun mungkin bila dipadu dengan pemeliharaan azola akan lebih menguntungkan petani. Dengan sistem SUTPA B/C ratio berkisar 2,0-3,0, tetapi biaya produksi per kg gabah masih cukup tinggi.
  • Item
    KERAGAAN DAN ANALISIS SISTIM USAHATANI BERBASIS PADI (SUTPA) BERWAWASAN AGRIBISNIS DI KECAMATAN KEPANJEN, KABUPATEN MALANG
    (BPTP Karangploso, 2000) SUNARSEDIONO; Suriyadi
    Sistim usahatani berbasis padi (SUTPA) berwawasan agribisnis telah dilaksanakan di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, meliputi 6 desa, yaitu Desa Mangunrejo, Panggungrejo, Jenggolo, Sengguruh, Kemiri, dan Penarukan. Target areal pengkajian SUTPA hamparan sawah seluas 500 ha, yang terdiri dari unit pengkajian khusus (UPK) seluas 25 ha sistim tanam benih langsung (TABELA) dengan jarak tanam antar barisan selebar 25 cm dan dalam barisan tidak teratur (sekitar 3-5 cm), dan 25 ha sistim tanam LEGOWO (tanam padi baris ganda dengan jarak (40 cm x 20 cm x 10 cm), serta 450 ha sistim tanam pindah (TAPIN) dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm atau yang biasa dilakukan oleh petani setempat pada unit hamparan pengkajian (UHP).Pelaksanaan dilakukan di sawah petani oleh petaninya sendiri. Tim SUTPA yang memandu petani secara langsung adalah dari unsur Staf BPTP (Peneliti dan Teknisi), Dinas Pertanian Tanaman Pangan (Mantri Pertanian), Penyuluh (BIPP, BPP, PPL), dan dari unsur BPTPH (Staf bagian SLPHT). Paket teknologi yang dianjurkan berupa sistim tanam benih langsung (TABELA), sistim tanam baris ganda (LEGOWO), dan benih varietas unggul baru Maros dan Memberamo. Pemupukan diupayakan berimbang, disesuaikan dengan hasil analisis tanah. Khusus petani yang ikut melaksanakan TABELA mendapatkan bantuan benih, sedangkan sarana produksi lainnya dengan swadana/swadaya. Penyediaan dana melalui KUT susah dicairkan karena masih banyak masalah/tunggakan KUT sebelumnya. Dari target areal pengkajian tersebut diatas pada MH 1996/1997 terealisir areal TABELA seluas 12 ha (48%), dan LEGOWO seluas 10 ha (40%), sedangkan untuk UHP seluas 450 ha memenuhi target. Tidak tercapainya target areal TABELA terutama disebabkan adanya serangan tikus sehingga petani tidak berani menanam padi cara TABELA. Disamping itu juga disebabkan oleh keterlambatan pengolah tanah sehubungan dengan kurangnya alat pengolahan tanah. Tidak tercapainya target areal tanam LEGOWO disebabkan karena pada tahap awal petani belum yakin apabila tanam sisitim legowo dapat meningkatkan hasil. Keragaan tanaman dan daya hasil serta keuntungan usahatani UPK lebih baik dari pada UHP, sedangkan yang UHP lebih baik dan lebih tinggi dari tanam pindah di luar SUTPA (LUHP). Data rata-rata dari 10 petani kooperator menunjukkan bahwa sistim TABELA memberikan hasil produksi 6,3 t/ha dan pendapatan bersih Rp 1,65 juta, sistim LEGOWO memberikan hasil 5,9 t/ha dan pendapatan bersih Rp 1,47 juta, sistim tanam pindah SUTPA (UHP) memberikan hasil 5,8 t/ha dan pendapatan bersih Rp 1,53 juta, sedangkan untuk LUHP memberikan hasil 4,6 t/ha dan dengan pendapatan bersih Rp 0,93 juta. Kendala teknis yang utama dalam pelaksanaan SUTPA II di Kepanjen terutama adalah serangan hama tikus yang merata hampir di semua lokasi. Selain itu, kekurangan dalam pelaksanaan LEGOWO pada musim hujan 1996/1997 adalah belum dilaksanakannya secara sepenuhnya, karena masih banyak yang LEGOWO 4:1, dan bahkan 6:1, sedangkan yang dianjurkan adalah 2:1. Kendala non teknis yang penting adalah kurang efektifnya kelompok tani dan juga pengaruh dominan dari para penebas yang sangat menentukan harga jual hasil panen petani sehingga sangat mempengaruhi proses adopsi teknologi petani terutama untuk penerimaan varietas unggul baru Maros dan Memberamo. Untuk menindak lanjuti pemasyarakatan varietas Maros/Memberamo dan teknologi TABELA/ LEGOWO perlu koordinasi/kerjasama yang lebih baik lagi antara lembaga terkait di dalam pelaksanaan SUTPA, terutama antara BPTP, BIPP, Dinas Pertanian Tanamam Pangan, dengan Kepala Wilayah setempat (Wedono, Camat, Lurah) dan dengan KTNA, Kelompok tani serta Tokoh-tokoh masyarakat (Pemimpin informal), yang menjadi kunci keberhasilan program SUTPA yang akan datang.