Pembentukan Genotipe Padi Berumur Sangat Genjah melalui Kultur Antera

Abstract
Description
Development of Very Early Maturing Rice Genotypes through Anther Culture. Iswari S. Dewi, A. Dinar Ambarwati, Aniversari Apriana, Atmitri Sisharmini, Ida H. Somantri, Bambang Suprihatno, and Iman Ridwan. Rice is the most important food crop in Indonesia. Increase in production is needed due to population increase. Rice production in rainfed area is contributed the second after irrigated area. Rainfed condition requiring very early maturity (90-104 days) varieties. Rice anther culture can be applied to accelerate obtainment of doubled haploids (DHs) or pure lines needed in rice breeding. The experiment was aimed to obtain pure lines for developing very early maturing and high yielding rice varieties. Materials used for anther culture were F1s of Fatmawati/Kinamase, Inpari 1/Kinamase, Fatmawati/ Waseaikoku, Inpari 1/Waseaikoku, Fatmawati/IR71146, Inpari 1/IR71146, OM4495/Silugonggo, IR7146/Dodokan, and IR71730/OM1490. Anther culture media were N6 + NAA 2,0 mg/l + kinetin 0,5 mg/l for callus induction, MS+ NAA 0,5 mg/l + kinetin 2,0 mg/l for plantlet regeneration, and MS + 0,5 mg/l IBA for rooting. Putrescine 10-3 M was added to callus induction and regeneration media. The results shown that calli forming green plantlet (CFGP) were ranged from 0.25 to 83.33%. Fatmawati/Kinamase gave the highest CFGP (245 calli), followed by Inpari 1/Kinamase (78 calli) and Fatmawati/ Waseaikoku (68 calli). Total green plantlets obtained were 2.038 plantlets. After plantlet acclimatization and greenhouse grow-out, we obtained 507 DHs. The evaluation of 100 DHs at farmer field (Ciranjang District in Cianjur), based on their 50% heading date of 65 days, resulted in 33 lines cathegorized as very early maturing lines (+100 days). They were 18 lines from Fatmawati/Kinamase, 5 lines from Inpari 1/Kinamase, 8 lines from Fatmawati/Waseaikoku, and 2 lines from Inpari 1/ Waseaikoku. AbstrakPadi (Oryza sativa L.) merupakan komoditi pangan terpenting di Indonesia. Peningkatan produksi diperlukan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Lahan sawah tadah hujan merupakan lumbung padi kedua setelah sawah irigasi. Kondisi lahan sawah tadah hujan memerlukan varietas-varietas padi berumur sangat genjah (90-104 hari). Teknik kultur antera dapat digunakan untuk mempercepat perolehan tanaman dihaploid (DH) atau galur murni dalam pemuliaan padi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan galur-galur murni yang akan digunakan dalam perakitan padi berdaya hasil tinggi dan berumur sangat genjah. Bahan tanaman yang digunakan untuk kultur antera adalah malai dari tanaman F1 hasil persilangan Fatmawati/Kinamase, Inpari 1/Kinamase, Fatmawati/Waseaikoku, Inpari 1/Waseaikoku, Fatmawati/IR71146, Inpari 1/ IR71146, OM4495/Silugonggo, IR7146/Dodokan, dan IR71730/OM1490. Media kultur antera adalah N6 + NAA 2,0 mg/l + kinetin 0,5 mg/l untuk media induksi kalus, MS+ NAA 0,5 mg/l + kinetin 2,0 mg/l untuk media regenerasi, dan MS + 0,5 mg/l IBA untuk media perakaran. Putresine 10-3 M ditambahkan pada media induksi kalus dan regenerasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kalus yang menghasilkan tanaman hijau (KMTH) berkisar antara 0,25-83,33%. Persilangan Fatmawati/ Kinamase memberikan KMTH tertinggi (245 kalus), diikuti oleh Inpari 1/Kinamase (78 kalus) dan Fatmawati/ Waseaikoku (68 kalus). Total tanaman hijau yang diperoleh adalah 2.038 planlet dihaploid, namun diperoleh 507 tanaman setelah planlet diaklimatisasi dan tanaman ditumbuhkan di rumah kaca. Evaluasi terhadap 100 DH dilakukan di lahan petani Ciranjang, Cianjur. Berdasarkan hari berbunga 50% (65 hari setelah semai), diperoleh 33 galur yang termasuk kategori sangat genjah (dipanen +100 hari). Galur-galur tersebut adalah 18 galur dari persilangan Fatmawati/Kinamase, 5 galur dari persilangan Inpari 1/Kinamase, 8 galur dari persilangan Fatmawati/ Waseaikoku, dan 2 galur dari persilangan Inpari 1/ Waseaikoku.
Keywords
Citation