PENGARUH CARA INOKULASI Synchytrium pogostemonis TERHADAP GEJALA BUDOK DAN PERTUMBUHAN NILAM

dc.contributorBALAI PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBATen-US
dc.creatorIdris, Herwita
dc.creatorNasrun, Nasrun
dc.date2016-09-27
dc.date.accessioned2018-06-04T07:17:53Z
dc.date.available2018-06-04T07:17:53Z
dc.date.issued2009
dc.descriptionPenyakit budok disebabkan oleh patogen Synchytrium pogostemonis, merupakan salah satu masalah penting dalam budidaya nilam (Pogostemon cablin). Sampai saat ini aspek biologi dari penyakit ini belum banyak diketahui. Sehubungan dengan masalah ter-sebut, penelitian pengaruh cara inokulasi S. pogostemonis terhadap gejala budok dan pertumbuhan nilam dilakukan di rumah kaca KP. Laing Solok Sumatera Barat sejak Pebruari sampai Oktober 2007. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dalam pola faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah tempat inokulasi (batang dan daun) dan faktor kedua adalah umur inokulum S. pogostemonis (1; 24; 48; dan 72 jam). Parameter pengamatan adalah masa inkubasi gejala penyakit, intensitas penyakit, penyum-batan pembuluh kayu, dan pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi S. pogostemonis pada batang dan daun nilam mempunyai pengaruh yang sama terhadap masa inkubasi gejala penyakit, inten-sitas penyakit, jumlah penyumbatan pembuluh kayu, dan pertumbuhan tanaman. Sebaliknya faktor umur inkulum S. pogostemonis inokulum paling tua (72 jam) mempunyai masa inkubasi gejala penyakit lebih lama (yaitu 6 minggu setelah inokulasi) dan intensitas penyakit lebih rendah (yaitu 2,25-2,35%) dibandingkan inokulum paling muda (1 jam) yang mempunyai masa inkubasi gejala penyakit yaitu 2 minggu setelah inokulasi dan intensitas penyakit yaitu 90,24-98,25%. Selan-jutnya inokulum paling tua mempunyai penyumbatan pembuluh kayu lebih rendah (2,16-3,87%) dibandingkan inokulum paling muda (52,60-59,00%). Sebaliknya inokulum paling muda mempunyai pertumbuhan tanaman lebih rendah (tinggi tanaman 0,38-0,70 cm; jumlah cabang 0,20 cabang; dan pertam-bahan tunas 1,40-1,80 tunas) dibandingkan inokulum paling tua dengan tinggi tanaman 1,02-1,34 cm; cabang 1,00-1,20 cabang; dan pertambahan tunas 6,00-6,80 tunas. en-US
dc.formatapplication/pdf
dc.identifierhttp://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/bultro/article/view/1900
dc.identifier10.21082/bullittro.v20n2.2009.%p
dc.identifier.urihttps://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/3668
dc.languageeng
dc.publisherPusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunanen-US
dc.relationhttp://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/bultro/article/view/1900/5572
dc.source2527-4414
dc.source0215-0824
dc.sourceBuletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat; Vol 20, No 2 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT; 157-166en-US
dc.sourceBuletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat; Vol 20, No 2 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT; 157-166id-ID
dc.subjecten-US
dc.titlePENGARUH CARA INOKULASI Synchytrium pogostemonis TERHADAP GEJALA BUDOK DAN PERTUMBUHAN NILAMen-US
dc.typeinfo:eu-repo/semantics/article
dc.typeinfo:eu-repo/semantics/publishedVersion
dc.typePeer-reviewed Articleen-US
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
PENGARUH CARA INOKULASI SYNCHYTRIUM POGOSTEMONIS TERHADAP GEJALA BUDOK DAN PERTUMBUHAN NILAM.pdf
Size:
257.92 KB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
0 B
Format:
Item-specific license agreed upon to submission
Description: