15. Pemanfaatan Limbah Ternak Untuk Membangun Sistem Budidaya Padi Organik Guna Mendukung Pertanian Bioindustri

dc.contributor.authorJoko, Pramono
dc.contributor.authorAmbarsari, Indrie
dc.contributor.authorAbadi
dc.contributor.otherBalai Besar Penelitian Tanaman Padien_US
dc.date.accessioned2022-10-19T03:33:41Z
dc.date.available2022-10-19T03:33:41Z
dc.date.issued2015-10
dc.description11 hlm.; 4 tabelen_US
dc.description.abstractTuntutan konsumen terhadap bahan pangan yang berkualitas, beragam dan dengan citarasa yang bervariasi, merupakan tantangan yang tidak mudah untuk direalisasikan. Di negara-negara maju dengan tingkat pendapatan tinggi dan kesadaran pola hidup sehat, tuntutan akan produk pangan yang aman bagi kesehatan sangat tinggi. Kondisi tersebut telah mendorong berkembangnya “Pertanian Organik” di negara-negara agraris termasuk di kawasan Asia seperti Thailand, Jepang, Philipina dan Indonesia. Pengkajian inisiasi budidaya padi organik telah dilakukan selama 5 musim tanam (MT) di Desa Blimbing, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal. Lokasi kegiatan merupakan desa kegiatan MP3MI sejak tahun 2011, dan telah diintroduksikan ternak kambing, kerbau dan sapi melalui berbagai program. Pada tahun 2011 telah dikembangkan unit pengelola pupuk organik (UPPO) yang difasilitasi oleh pemerintah pusat. Salah satu pemanfaatan produk pupuk organik adalah untuk inisiasi budidaya padi organik di desa tersebut. Pada MT pertama sampai ke empat, hasil tanaman padi yang hanya mengandalkan penggunaan pupuk organik berupa kompos dengan takaran 2 t/ha dan pupuk organik cair (POC) yang dibuat petani dari bahan-bahan lokal hanya mampu menghasilkan gabah pada kisaran 2 t/ha GKG. Kendala selama empat musim antara lain adalah hama tikus, penggerek batang dan burung. Pada MT ke lima, di lahan yang sama telah dicoba membuat perlakuan aras penggunaan kompos 4, 6, dan 8 t/ha. Sebagai kontrol adalah pola petani dengan penggunaan pupuk 200 kg Urea dan 750 kg/ha pupuk kandang. Varietas padi yang digunakan adalah “Mentik Wangi”. Hasil gabah padi organik tertinggi dicapai pada perlakuan pupuk organik 8 t/ha dengan hasil mencapai 5,41 t/ha GKG sedikit lebih tinggi dari pola non organik sebagai kontrol yang mencapai 5,16 t/ha GKG. Keberhasilan ini membuat semangat petani pelaksana bertambah dan kemudian bergabung dengan Kelompok Petani Organik “Boja Mandiri” yang telah memiliki sertifi kat organik dari Inofi ce.en_US
dc.identifier.urihttps://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/17785
dc.language.isoiden_US
dc.publisherBalai Besar Penelitian Tanaman Padien_US
dc.subjectPADIen_US
dc.subjectORGANIKen_US
dc.subjectRAMAH LINGKUNGANen_US
dc.subjectBIOINDUSTRIen_US
dc.title15. Pemanfaatan Limbah Ternak Untuk Membangun Sistem Budidaya Padi Organik Guna Mendukung Pertanian Bioindustrien_US
dc.title.alternativeProsiding Semnas 2014(Buku 1) – Inovasi Teknologi Padi Mendukung Pertanian Bioindustrien_US
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
15. Pemanfaatan Limbah Ternak Untuk Membangun Sistem Budidaya Padi Organik Guna Mendukung Pertanian Bioindustri - Joko Pramono, Indrie Ambarsari dan Abadi (BPTP JATENG).pdf
Size:
34.73 KB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
1.71 KB
Format:
Item-specific license agreed upon to submission
Description: