Embriogenesis Somatik Tidak Langsung pada Tanaman Sagu (Metroxylon sagu Rottb.) Menggunakan Sistem Kultur Suspensi, Perendaman Sesaat, dan Media Padat

dc.contributoren-US
dc.creatorRiyadi, Imron; Indonesian Research Institute for Biotechnology and Bioindustry
dc.creatorEfendi, Darda; Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Bogor Agricultural University), Jl. Meranti Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
dc.creatorPurwoko, Bambang S.; Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas , Institut Bogor (Bogor Agricultural University), Jl. Meranti Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
dc.creatorSantoso, Djoko; Indonesian Research Institute for Biotechnology and Bioindustry
dc.date2018-02-13
dc.date.accessioned2019-10-09T09:40:36Z
dc.date.available2019-10-09T09:40:36Z
dc.descriptionMetode kultur in vitro yang tepat akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pada proses penggandaan kalus dan induksiembriogenesis somatik. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efektivitas tiga metode kultur jaringan, yaitu sistem kultursuspensi, sistem perendaman sesaat (SPS) atau temporary immersion system (TIS), dan media padat, untuk proliferasi kalusdan pembentukan embrio somatik secara tidak langsung pada tanaman sagu “Alitir” yang berasal dari Merauke, Papua. Bahantanaman atau eksplan awal yang digunakan adalah kalus remah hasil induksi dari kultur meristem pucuk tunas anakan sagu.Kalus tersebut dikulturkan pada media Murashige dan Skoog (MS) modifikasi dengan penambahan 2,4-D 5,0–15,0 mg/l dikombinasikandengan kinetin 0,1 mg/l menggunakan ketiga metode kultur sehingga terdapat dua belas kombinasi perlakuan.Hasil penelitian menunjukkan bobot segar kalus tertinggi sebesar 12,0 g/bejana dicapai pada metode kultur suspensi denganpenambahan 2,4-D 15,0 mg/l dikombinasikan dengan kinetin 0,1 g/l. Perolehan jumlah embrio somatik tertinggi dicapai padametode kultur suspensi dengan penambahan 2,4-D 5,0 mg/l dikombinasikan dengan kinetin 0,1 g/l sebesar 384,7 buah/bejana.Daya hidup kultur sagu terbaik dan tertinggi (100%) diperoleh pada metode kultur suspensi pada semua perlakuankonsentrasi 2,4-D. Selama proses induksi embrio somatik, terjadi perubahan warna kalus dari sebagian besar kekuninganmenjadi krem dan putih-kekuningan.en-US
dc.formatapplication/pdf
dc.identifierhttp://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/ja/article/view/8383
dc.identifier10.21082/jbio.v12n1.2016.p37-44
dc.identifier.urihttp://124.81.126.59/handle/123456789/7711
dc.languageeng
dc.publisherBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanianen-US
dc.relationhttp://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/ja/article/view/8383/7181
dc.rightsCopyright (c) 2018 Jurnal AgroBiogenen-US
dc.rightshttp://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0en-US
dc.sourceJurnal AgroBiogen; Vol 12, No 1 (2016): Juni; 37-44en-US
dc.source2549-1547
dc.source1907-1094
dc.subjectInduksi embrio somatik; metode kultur; Metroxylon sagu Rottb.; zat pengatur tumbuh; proliferasi kalus.en-US
dc.titleEmbriogenesis Somatik Tidak Langsung pada Tanaman Sagu (Metroxylon sagu Rottb.) Menggunakan Sistem Kultur Suspensi, Perendaman Sesaat, dan Media Padaten-US
dc.typeinfo:eu-repo/semantics/article
dc.typeinfo:eu-repo/semantics/publishedVersion
dc.typePeer-reviewed Articleen-US
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
8383-22979-1-PB.pdf
Size:
4.27 MB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
0 B
Format:
Item-specific license agreed upon to submission
Description: