Alternatif Teknik Konservasi Tanah untuk Kawasan Budidaya Sayuran di Lahan Kering Dataran Tinggi Beriklim Basah

dc.contributoren-US
dc.coverageen-US
dc.coverageen-US
dc.coverageen-US
dc.creatorHaryati, Umi; ICALRD, AARD,
dc.date2021-08-19
dc.date.accessioned2021-09-07T03:00:52Z
dc.date.available2021-09-07T03:00:52Z
dc.descriptionAbstrak. Kawasan budidaya sayuran di lahan kering dataran tinggi beriklim basah terletak pada ketinggian diatas 700 m dpl, topografi datar-berombak sampai bergunung dengan kemiringan > 25%, curah hujan 2.000 – 4.500 mm tahun-1 dengan jenis tanah Andisol, Inceptisols, Ultisols, Oxisols, dan Entisols. Luas lahan kering beriklim basah ini mencapai 31.715.064 ha atau 21,95% dari luas lahan kering di Indonesia. Kawasan ini pada umumnya diusahakan secara intensif dengan tanaman sayuran bernilai ekonomi tinggi dalam pola tanam monokultur dan atau tumpangsari dengan berbagai macam tanaman sayuran. Pola tanam yang biasa dilakukan petani sangat bervariasi secara spasial maupun temporal. Areal ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sentra produksi sayuran dataran tinggi, namun usahatani sayuran di kawasan ini sangat rawan erosi, sehingga teknik konservasi tanah mutlak diperlukan. Di lain pihak, petani di kawasan ini belum sepenuhnya menerapkan kaidahkaidah konservasi tanah yang baik pada sistem usahataninya. Makalah ini mengemukakan alternatif teknik konservasi tanah dan air yang dapat diterapkan di kawasan budidaya sayuran dataran tinggi beriklim basah berdasarkan: efektivitas teknik pengendalian erosi, hasil tanaman, efisiensi usahatani serta persepsi dan preferensi petani terhadap teknik konservasi tanah di dataran tinggi beriklim basah. Berdasarkan hal tersebut, maka alternatif teknik konservasi tanah yang dapat diimplementasikan pada kawasan budidaya sayuran di lahan kering dataran tinggi beriklim basah adalah : 1) teras bangku, dilengkapi dengan tanaman penguat teras; 2) bedengan searah lereng pada teras bangku miring; 3) bedengan searah kontur pada teras bangku miring; 4) bedengan searah lereng, dipotong gulud per 5 m panjang lereng; 5) bedengan searah lereng, dipotong gulud dan rorak per 5 m panjang lereng; 6) bedengan searah kontur; dan 7) bedengan searah kontur + mulsa plastik/jerami.en-US
dc.formatapplication/pdf
dc.formatapplication/pdf
dc.identifierhttp://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jsl/article/view/13477
dc.identifier10.21082/jsdl.v10n3.2016.33-46
dc.identifier.urihttps://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/13572
dc.languageeng
dc.publisherIndonesian Center for Agriculture Land Resource Developmenten-US
dc.relationhttp://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jsl/article/view/13477/pdf_04
dc.relationhttp://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jsl/article/view/13477/pdf_05
dc.rightsCopyright (c) 2021 Jurnal Sumberdaya Lahanen-US
dc.rightshttp://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0en-US
dc.sourceJurnal Sumberdaya Lahan; Vol 10, No 3 (2016): (Edisi Khusus); 33-46en-US
dc.source2722-7731
dc.source1907-0799
dc.subjecten-US
dc.subjectErosi / Efisiensi Usahatani / Preferensi Petani / Teknik Konservasi Tanah / Lahan Kering Dataran Tinggi Beriklim Basahen-US
dc.subjecten-US
dc.titleAlternatif Teknik Konservasi Tanah untuk Kawasan Budidaya Sayuran di Lahan Kering Dataran Tinggi Beriklim Basahen-US
dc.typeinfo:eu-repo/semantics/article
dc.typeinfo:eu-repo/semantics/publishedVersion
dc.typePeer-reviewed Articleen-US
dc.typeen-US
Files