PEWILAYAHAN DAN KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG KABUPATEN BANTUL

dc.contributor.authorMulyono, Joko
dc.contributor.authorNugroho, Hery
dc.contributor.otherBPTP Jambien_US
dc.date.accessioned2019-02-27T01:23:19Z
dc.date.available2019-02-27T01:23:19Z
dc.date.issued2016-05-31
dc.description.abstractJagung merupakan salah satu komoditas strategis yang memiliki peran sebagai bahan pangan dan sebagai bahan baku industri pakan ternak. Pencapaian swasembada jagung menjadi sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019. Jagung juga digunakan sebagai bahan tepung maizena, olahan minyak goreng, etanol dan lainnya. Menurut Kementerian Perindustrian (2015), kebutuhan jagung pada tahun 2016 diperkirakan mengalami peningkatan mencapai 13,8 juta ton terdiri dari 8,6 juta ton untuk kebutuhan industri pakan dan 5,2 juta ton untuk pangan. Pada tahun sebelumnya, kebutuhan jagung mencapai 13,1 juta ton yang terbagi menjadi 8,3 juta untuk industri pakan dan 4,1 juta ton untuk pangan atau konsumsi. Swastika et al. (2011), komponen pakan terutama pakan komplit 50 % berasal dari jagung. Kandungan energi, protein dan gizi lain pada jagung sangat sesuai untuk kebutuhan ternak, terutama untuk unggas dan babi. Komoditas jagung dibudidayakan di semua kecamatan di Kabupaten Bantul. Pada tahun 2013, luas panen jagung mencapai 3.371 ha dengan produksi 19.077 ton dan produktivitas 5,66 ton/ha. Luas panen jagung terluas di Kecamatan Dlingo, yaitu 1.329 dan luas panen terendah di Kecamatan Kretek 20 ha. Dibandingkan dengan luas panen tahun 2012 mengalami penurunan 873 ha (4.244 ha), demikian juga produksinya turun 4.227 ton (23.304 ton). Produksi jagung di Provinsi Yogyakarta mencapai 289.580 ton dengan produktivitas 4,09 ton/ha. Luas panen jagung di Kabupaten Bantul cenderung mengalami penurunan rata -rata 4 % per tahun. Kementan (2015), luas panen jagung di jawa, luar jawa dan nasional juga cenderung mengalami penurunan. Di jawa penurunan luas panen mencapai 2,13 %, di luar jawa 1,36 % dan di tingkat nasional mencapai 1,77 % per tahun. Penyebab menurunnya luas panen di Kabupaten Bantul dimungkinkan akibat alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke non pertanian, adanya persaingan penggunaan lahan dengan komoditas lainnya dan produktivitas yang rendah dimana masih ada kesenjangan produktivitas di tingkat petani dengan potensi yang mencapai 10 ton/ha. Irawan dan Friyatno (2002), dalam kurun waktu 1981-1998 alih fungsi lahan sawah ke non sawah di Kabupaten Bantul 1.412 ha. Sudirman (2012), luas lahan pertanian yang terkonversi menjadi bangunan permanen tahun 1996-2006 di Bantul 3.863,5 ha. Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan identifikasi wilayah yang menjadi basis jagung sebagai komoditas unggulan, sehingga program-program yang dijalankan oleh pemerintah tepat sasaran dan sesuai dengan potensi wilayahnya dalam rangka menjaga dan mempertahankan luas panen dan produksi jagung di Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan wilayah kecamatan yang merupakan basis komoditas jagung, menyusun peta pewilayahan komoditas jagung dan menganalisis kelayakan usahatani jagung sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Bantul.en_US
dc.identifier.isbn978-602-1276-17-4
dc.identifier.urihttps://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/6799
dc.language.isootheren_US
dc.publisherBB Pengkajian Teknologi Pertanianen_US
dc.subjectUsahatani Jagungen_US
dc.titlePEWILAYAHAN DAN KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG KABUPATEN BANTULen_US
dc.typeArticleen_US
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
sosek 3.pdf
Size:
622.13 KB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
1.71 KB
Format:
Item-specific license agreed upon to submission
Description: