PERILAKU PETANI DALAM MENGGUNAKAN PESTISIDA DI SENTRA PRODUKSI BAWANG MERAH KABUPATEN BREBES

dc.contributor.authorPuspitasari
dc.contributor.authorMarendra Kiloes, Adhitya
dc.contributor.otherBalai Pengkajian Teknologi Pertanianen_US
dc.date.accessioned2019-08-07T03:58:30Z
dc.date.available2019-08-07T03:58:30Z
dc.date.issued2017-10
dc.descriptionKabupaten Brebes merupakan salah satu sentra produksi bawang merah dan sekaligus menjadi yang paling besar di Indonesia. Selama ini Kabupaten Brebes menyumbang sekitar 30% produksi bawang merah nasional. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark mengingat posisinya sebagai penghasil terbesar komoditi tersebut di tingkat nasional serta memilki brand image yang baik bagi konsumen bawang merah di Indonesia (Rosyadi et al 2016). Selain agroekosistemnya yang cocok untuk budidaya bawang merah, petani di Kabupaten Brebes juga berpengalaman selama bertahun-tahun dalam berbudidaya bawang merah. Hama atau penyakit yang sangat merusak bawang merah adalah ulat bawang (Spodoptera exigua) dan busuk batang fusarium (Fusarium oxysporum). Serangan hama dan penyakit tersebut setiap tahunnya terus meningkat. Penyebab utamanya adalah karena rusaknya agroekosistem bawang merah akibat penggunaan pestisida yang kurang terkendali, yang mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap hama dan penyakit tersebut, sehingga pada akhirnya penggunaan pestisida semakin meningkat dan lebih intensif lagi. Penggunaan pestisida secara masif akan berdampak pada meningkatnya biaya input produksi. Biaya input yang tinggi menyebabkan usahatani bawang merah menjadi tidak ekonomis. Nurasa dan Darwis (2007) dalam penelitiannya memberikan kesimpulan bahwa usahatani bawang merah di Kabupaten Brebes telah memberikan keuntungan, akan tetapi tingkat keuntungan yang diperoleh masih belum cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga petani. Selain itu Rosyadi (2009) melaporkan bahwa rata-rata efisiensi usahatani bawang merah di Kabupaten Brebes sebesar 64,84% yang berarti usahatani yang dilakukan oleh petani di lokasi penelitian tidak efisien, karena skor efisiensinya kurang dari 100 persen, atau keutungan yang diperoleh terhitung sangat kecil jika dibandingkan dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan.en_US
dc.description.abstractKabupaten Brebes merupakan sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia. Produksi bawang merah di kabupaten Brebes sekitar 30% dari total produksi nasional. Pemakaian pestisida di daerah ini dapat dikatakan intensif sehingga dapat menyebabkan akibat yang buruk baik itu bagi lingkungan ataupun kesehatan. Sebuah survey dilakukan untuk mengetahui perilaku petani dalam menggunakan pestisida. Perilaku yang diamati adalah bagaimana petani dalam menggunakan pestisida, perilaku tersebut terbentuk dari persepsi petani dalam menggunkan pestisida, motif memilih jenis pestisida, dan sikap petani dalam menggunakan pestisida. Selain itu dilihat juga penggunaan light trap, feromon exi dan penanganan hama secara manual dengan “nguler” untuk meminimalisir penggunaan pestisida. Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku yang terbentuk dalam penggunaan pestisida terutama dipengaruhi oleh persepsi untuk menghindari kegagalan panen akibat serangan hama dan penyakit.en_US
dc.identifier.isbn978-602-6954-16-9
dc.identifier.urihttps://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/7303
dc.publisherBalai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanianen_US
dc.subjectbawang merah, brebes, pestisidaen_US
dc.titlePERILAKU PETANI DALAM MENGGUNAKAN PESTISIDA DI SENTRA PRODUKSI BAWANG MERAH KABUPATEN BREBESen_US
dc.typeBooken_US
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
72. Revisi.143.Puspitasari.pdf
Size:
579.35 KB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
1.71 KB
Format:
Item-specific license agreed upon to submission
Description: