KEARIFAN LOKAL DALAM BUDIDAYA PADI DI LAHAN PASANG SURUT

dc.contributor.authorAgus Supriyo, Achmadi Jumberi, Balittra
dc.date.accessioned2018-12-18T07:56:28Z
dc.date.available2018-12-18T07:56:28Z
dc.date.issued2007
dc.descriptionPeranan lahan rawa pasang surut bagi pengembangan pertanian tanaman pangan khususnya produksi padi untuk mendukung peningkatan ketahanan pangan nasional makin penting dan strategis bila dikaitkan dengan perkembangan penduduk dan industri serta berkurangnya lahan subur untuk berbagai penggunaan non pertanian (Alihamsyah, 2002). Luas areal lahan rawa pasang surut di Indonesia oleh Nugroho et al. (1992) diperkirakan mencapai 20,11 juta hektar. Dari luasan tadi, sekitar 4,186 juta hektar lahan pasang surut sudah direklamasi baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat secara swadaya yang diusahakan sebagai areal pertanian. Berbagai pengalaman dan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan mengelola secara benar melalui penerapan teknologi tepat guna, lahan rawa pasang surut yang dianggap marjinal dapat diubah menjadi lahan pertanian tanaman pangan khususnya tanaman padi. Namun demikian, karena lahannya rapuh terutama dengan adanya berbagai masalah fisiko-kimia tanahnya, maka pengembangannya untuk pertanian pada suatu kawasan luas perlu dilakukan secara cermat dan hati-hati dengan memilih teknologi yang sesuai dengan karakteristik wilayahnya. Menurut Widjaja-Adhi et al., (1998) kebijakan pemanfaatan lahan rawa pasang surut untuk pengembangan pertanian memerlukan banyak usaha dan dukungan dari penelitian. Dalam hal ini pola petani perlu dipelajari dan pola pemanfaatan berdasarkan tipologi dan tipe luapan dikaji. Pola tradisonal yang telah lama dikembangkan petani perlu dipelajari untuk menghindari kegagalan dalam pengelolaan lahan pasang surut menjadi lahan pertanian. Upaya ini juga penting untuk memperbaiki sistem yang telah dikembangkan petani agar dapat memperoleh lahan pertanian yang produktif dan berkelanjutan. Menurut Rambo (1984) dan Lovelace (1984) kepercayaan tradisional mengandung sejumlah besar data empirik potensial yang berhubungan dengan fenomena, proses dan sejarah perubahan lingkungan yang membawa implikasi bahwa sistem-sistem pengetahuan tradisional ini dapat menggambarkan informasi yang berguna bagi perencanaan dan proses pembangunan. Dalam hal ini, keyakinankeyakinan tradisional dipandang sebaqai sumber informasi empirik dan pengetahuan yang dapat ditingkatkan dan saling melengkapi dan -roemperkaya keseluruhan pemahaman ilmiah. ~ . Pengetahuan ilmiah yang diramu dengan psnqenalan dan pemahaman terhadap fenomena alam melalui penelusuran informasi versi masyarakat pengguna di daerah rawa diharapkan membuka wawasan yang dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mendayagunakan lahan rawa secara baik dan lestari (Maas, 2002).en_US
dc.identifier.isbn978-979-8253-64-5
dc.identifier.urihttps://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/6296
dc.publisherBalittraen_US
dc.subjectKEARIFAN LOKAL BUDIDAYA PADI LAHAN PASANG SURUTen_US
dc.titleKEARIFAN LOKAL DALAM BUDIDAYA PADI DI LAHAN PASANG SURUTen_US
dc.typeArticleen_US
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
10. kearifan lokal dalam budidaya padi di lahan pasang surut.pdf
Size:
9.43 MB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
1.71 KB
Format:
Item-specific license agreed upon to submission
Description:
Collections