Pengendalian Hama Tikus Terpadu di Lahan Pasang Surut

Abstract
Tikus mampu merusak tanaman padi pada berbagai stadia pertumbuhan sampai menyerang hasil di tempat penyimpanan dan dalam waktu singkat dapat menimbulkan kehilangan hasil yang tinggi. Kerusakan padi di Indonesia yang disebabkan oleh hama tikus dapat mencapai 20% setiap tahunnya (Mukararni et al., 1990). Bahkan di lahan pasang surut meneapai 25% (Tharnrin et al., 1998). Hama ini sangat sulit dikendalikan karena mereka rnampu berkembangbiak dengan cepat dan mempunyui daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan serta memiliki indera peraba, perasa dan pendengaran yang baik sehingga digolongkan sebagai hewan yang cerdik (Rochman dan Sukarna, 1991; Priyambodo, 1995; Thamrin dan Hamijaya, 1991). Selain itu tikus mempunyai mobilitas yang sangat tinggi dan marnpu mernberikan reaksi atau respon terhadap tindakan pengendalian yang dilakukan oleh manusia. Sebagian besar lahan pasang surut ditanami padi hanya satu kali setahun dengan padi lokal yang berumur panjang, sedangkan lahan yang ditanami padi dua kali setahun dengan pola padi unggul - padi lokal hanya 30-40% saja. Kecilnya luas pertanaman padi unggul menyebabkan kerusakan padi yang lebih berat karena sernua populasi tikus hanya terkonsentrasi pada areal pertanaman padi tersebut. Selain itu, populasi tikus menjadi sangat tinggi karena siklus perkembangbiakan tikus tidak terpotong, akibat tersedianya makan yang terus menerus. Hama tikus sebenarnya dapat diatasi dengan teknologi pengendalian tikus terpadu (PTT) yaitu pengendalian yang masing-masing komponennya disesuaikan dengan stadia pertumbuhan padi dan kondisi lahan yang ada. Dengan melaksanakan PTT ini kerusakan akibat hama tikus pada pcrtanaman padi unggul dapat ditekan sedikitnya 15%. Dengan menerapkan teknologi ini secara tepat, diharapkan usaha menaikkan intcnsitas tanaman dari padi
Description
Keywords
Pengendalian Hama Tikus Terpadu di Lahan Pasang Surut
Citation
Collections