Pengaruh Benzilaminopurin dan Boron Terhadap Pembungaan, Viabilitas Serbuk Sari, Produksi, dan Mutu Benih Bawang Merah di Dataran Rendah

Abstract
Description
Biji botani atau TSS (true shallots seed) merupakan salah satu sumber benih bawang merah yang potensial untuk dikembangkan sebagai bahan perbanyakan. Selama ini produksi TSS dilakukan di dataran tinggi. Dataran rendah dengan suhu yang tinggi tidak sesuai untuk menghasilkan pembungaan, namun ada indikasi bahwa dataran rendah menghasilkan pembentukan dan mutu benih TSS yang lebih baik dibandingkan dataran tinggi. Penelitian dilakukan untuk memproduksi benih bawang merah (TSS) di dataran rendah melalui peningkatan pembungaan dan viabilitas serbuk sari menggunakan BAP dan boron. Penelitian dilakukan  di Kebun Percobaan Wera, Subang, Jawa Barat (ketinggian 100 m dpl.), dari Bulan Maret sampai dengan Juni 2012. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu acak kelompok faktorial dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas dua faktor, yaitu aplikasi benzilaminopurin atau BAP (0, 50, 100, 150, dan 200 ppm) dan boron (0, 1, 2, 3, dan 4 kg/ha). Aplikasi BAP diberikan tiga kali pada umur 1, 3, dan 5 minggu setelah tanam (MST), dan boron pada umur 3, 5, dan 7 MST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian BAP dapat meningkatkan pembungaan dan viabilitas serbuk sari bawang merah, tetapi tidak meningkatkan produksi dan mutu benih TSS di dataran rendah Subang. Aplikasi BAP konsentrasi 50 ppm yang diaplikasikan pada umur 1, 3, dan 5 MST cukup memadai untuk meningkatkan pembungaan bawang merah di dataran rendah Subang. Sementara boron tidak memperbaiki tingkat pembungaan maupun produksi dan mutu benih TSS. Boron 4 kg/ha hanya dapat memperbaiki viabilitas serbuk sari bawang merah. Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa ada peluang untuk memperbaiki tingkat pembungaan yang lebih tinggi di dataran rendah, sedangkan tantangannya ialah peningkatan pembentukan kapsul/buah dan biji TSS.
Keywords
Citation