TEKNIK PERLAKUAN AWAL DAN SAKARIFIKASI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT MENJADI GULA REDUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI BIOETANOL

Loading...
Thumbnail Image
Date
2017-10
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Abstract
Ketersediaan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) di Indonesia sangat berlimah. TKKS mengandung lignoseluloas tinggi (42,3% selulosa, 28.6% hemiselulosa, dan 22.4% lignin) yang berpotensi sebagai bahan baku produksi bioetanol. Masalah pokok dalam produksi bioetanol dari TKKS adalah belum optimumnya teknik perlakukan awal untuk menghidrolisis lignoselulosa menjadi gula reduksi yang siap dikonversi menjadi bioetanol oleh mikroba Saccaromycess. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan teknik hidrolisis lignoselulosa TKKS yang mampu menghasilkan kadar gula reduksi yang tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut, TKKS digiling sampai lembut (lolos saringan 40 mesh), direndam dalam larutan 0 – 1.0 M NaOH, kemudian dihidrolisi dengan enzim selulasse pada kosentrasi 0 – 15 FPU. Perlakuan yang paling baik dalam penelitian ini adalah perendaman TKKS dalam 1 M NaOH pada suhu 121 o C selama 15 menit untuk mendegrdasi lignin dan holoselulosa yang dihasilkan dihidrolisis dengan menggunakan 10 FPU enzim selulase pada suhu 50 o C, goyangan 100 rpm selama 18 jam. Gula reduksi yang dihasilkan dengan perlakuan tersebut adalah 16.4 g/L.
Description
Kebutuhan bahan bakar untuk transportasi semakin lama semakin meningkat. Saat ini 98% kebutuhan bahan bakar untuk transportasi dipenuhi oleh bahan bakar minyak (BBM) (Gomez et al., 2008). Kebutuhan BBM Indonesia pada tahun 2004 adalah 64.700.000 kilo liter (kL) (Hayun, 2008). Menurut Hayun (2008) perkiraan kebutuhan BBM pada tahun 2010 menjadi 97.100.000 kL, sedangkan pada tahun 2015 kebutuhan BBM menjadi 136.200.000. Sementara itu, cadanganminyakbumi yang dimilikioleh Indonesia terusmenyusut. Padatahun 1974, Indonesia memilikicadanganminyakbumi 15.000 metrikbarel (MB) danmenurunmenjadi 5.123 MB padatahun 2000, dan 4.301 MB padatahun 2005. Penurunan produksi ini disebabkan oleh sumur-sumur yang ada sudah tua, teknologi yang digunakan sudah ketinggalan dan iklim investasi disektor pertambangan minyak kurang kondusif sehingga tidak banyak perusahaan asing maupun nasional yang melakukan investasi di sektor perminyakan (Dartanto, 2005). Selain persediaannya terbatas(tidak terbarukan), penggunaan BBM mempunyai kelemahan dan salah satunya yaitu berdampak negatif terhadap lingkungan yang dikenal dengan efek rumah kaca (Brown et al., 1998).
Keywords
Tandan kososng kelapa sawit (TKKS), gula reduksi, enzim selulase, perlakuan awal NaOH.
Citation