Aspek Nonteknis dan Indikator Efisiensi Sistem Pertanaman Tumpang Sari Sayuran Dataran Tinggi

No Thumbnail Available
Date
2004-12-12
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Indonesian Center for Horticulture Research and Development
Abstract
Description
Penelitian ini dilaksanakan di sentra produksi sayuran dataran tinggi Pangalengan, Jawa Barat pada bulan No vem ber2001. Observasi lapang dan survai for mal melalui wawancara dengan 23 orang petani responden diarahkan untukmemperoleh data/informasi dasar mencakup aspek non-teknis dan indikator efisiensi sistem pertanaman tumpangsaripada komunitas sayuran dataran tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas sayuran utama yangdiusahakan secara monokultur maupun tumpangsari di Pangalengan adalah kentang, kubis, petsai, cabai dan tomat.Petani mempersepsi kentang sebagai komoditas sayuran yang teknik budidayanya pal ing dikuasai serta pal ing dapatdiandalkan/menguntungkan. Sementara itu, tomat dan kubis dikategorikan sebagai jenis sayuran yang memiliki risikoproduksi pal ing tinggi (terutama dikaitkan dengan risiko kehilangan hasil panen akibat serangan hama penyakit).Sebagian besar petani responden cenderung lebih sering memilih sistem pertanaman tumpangsari berdasarkanpertimbangan (a) memberikan ruang gerak yang lebih leluasa bagi petani untuk menghindarkan kemungkinankehilangan hasil secara to tal serta kerugian finansial yang disebabkan oleh rendahnya harga salah satu komoditas yangditanam, (b) memanfaatkan lahan dan energi sinar matahari secara lebih efisien, (c) instabilitas hasil yang disebabkanoleh cekaman lingkungan maupun serangan hama penyakit secara keseluruhan dapat dikurangi oleh karena sistemterdiri dari dua atau lebih spesies tanaman yang berbeda, (d) memungkinkan penggunaan tenaga kerja dan modalproduksi secara lebih efisien, dan (e) dua atau lebih cabang usaha (jenis tanaman) yang menopang sistem tersebutdapat saling menutupi jika salah satu di antaranya mengalami kerugian. Sebagian besar petani responden cenderungmemberikan penilaian positif terhadap sta tus sistem pertanaman tumpangsari berkaitan dengan kemungkinanpeningkatan pendapatan usahatani, pengurangan risiko harga/hasil dan pemeliharaan/perbaikan kelestarianlingkungan. Evaluasi produktivitas sistem pertanaman tumpangsari menunjukkan bahwa nisbah kesetaraan lahanuntuk berbagai kombinasi tanaman, berkisar antara 1,13-2,10. Berdasarkan urutan kepentingannya, petanimempersepsi fluktuasi harga, ketersediaan modal dan insiden hama penyakit sebagai tiga kendala terpentingkeberhasilan sistem pertanaman tumpangsari sayuran dataran tinggi. Secara berturut-turut kemudian diikuti olehketersediaan lahan, ketersediaan pupuk/pestisida, ketersediaan air/pengairan, erosi tanah atau kesuburan tanah,ketersediaan informasi teknis dan ketersediaan tenaga kerjaABSTRACT. Adiyoga, W., R. Suherman, N. Gunadi dan A. Hidayat. 2002. Nontechnical aspects and efficiencyindicators of highland vegetable multiple cropping systems. This study was carried out in November 2001, in thehigland vegetable production center, Pangalengan, West Java. Field observation and formal survey to interview 23respondents were aimed to obtain information on non-technical aspects and efficiency indicators of highlandvegetable multiple cropping systems. Results indicate that potato, cabbage, chinese cabbage, hot pepper and tomatoare the most common vegetable crops grown in monocropping and multiple cropping systems. Farmers perceivepotato as the most familiar/manageable, in terms of cultural practices, and the most profitable crop. Tomato andcabbage are perceived as crops that have highest risk, in relation to pest and disease yield losses. There is an increasingtrend of the use of multiple cropping by farmers since (a) it may avoid the yield and financial total loss, (b) it couldutilize land and lights more efficiently, (c) it may reduce the yield instability caused by environmental stress andpests/diseases incidence, and (d) it may use labor and capital more efficiently. Most respondents are in favor of or inagreement with the multiple cropping system’s potential in increasing net income, reducing price and yield risks, andmaintaining and improving environmental conservation. Productivity evaluation of multiple cropping systems showsthat the land-equivalent ratio for some crop combinations is quite high (1.13-2.10). Based on its relative importance,farmers perceive price fluctuation, working capital availability and pest and disease incidence as the main threeconstraints that hamper the succesfulness of the highland vegetable multiple cropping systems. The other secondarycontraints are related to the availability of land, fertilizer and pesticide, water and irrigation, technical information,labor, and soil fertility and ero sion.
Keywords
Citation