Perbenihan Tanaman Pangan
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Now showing 1 - 5 of 56
- ItemPENGELOLAAN TANAMAN DALAM MODEL SIMULASI UNTUK PENGEMBANGAN PADI GOGO (Oryza sativa) DI SISTEM AGROFORESTRI(BPTP Jatim, 2007) YUNIASTUTI, SriPengkajian lapangan untuk mendapatkan wilayah pengembangan padi gogo di sistem agroforestri dan mengetahui interaksi antara tanaman pohon dengan padi gogo, membutuhkan biaya banyak dan waktu lama. Program WaNuLCAS merupakan model simulasi yang dapat memprediksi pertumbuhan dan hasil tanaman pada sistem agroforestri, sehingga pengembangan varietas unggul baru dapat diprediksi secara cepat. Dalam rangka pengembangan padi gogo di sistem agroforestri diperlukan skenario pengelolaan tanaman melalui model simulasi untuk mengurangi interaksi negatif yang ditimbulkan. Padi gogo yang akan dikembangkan di sistem agroforestri adalah Jatiluhur. Ada empat skenario pengelolaan tanaman yang dibuat untuk simulasi kelayakan pengembangan padi gogo di sistem agroforestri yaitu: (a). Pengaturan jarak tanam jati: 5 x 1 m; 5 x 2 m (standar); 5 x 3 m; 5 x 4 m. (b). Pemangkasan kanopi: 0%; 10%; 30% (standar); 50%. (c). Pemangkasan akar yang berhubungan dengan pemulihan akar setelah dipangkas: 50%; 100% (standar); 150%; 200%. (d). Pemupukan: 0,5 dosis, 1 dosis (standar), 1,5 dosis, 2 dosis. Dosis pupuk standar per ha yang digunakan petani adalah 40 kg Urea + 40 kg ZA (15 hst), 40 kg Urea + 40 kg ZA (25 hst), 20 kg ZA (45 hst), 70 kg SP-36 dan 6 t pupuk kandang (saat tanam). Variabel masukan model WaNuLCAS menggunakan data di sistem agroforestri jati + padi gogo toleran naungan yang sudah teruji dan lama waktu simulasi dibuat 10 tahun (3650 hari). Beberapa aspek yang berhubungan dengan pengembangan padi gogo di sistem agroforestri yaitu pertumbuhan dan produksi tanaman; dampak lingkungan; serta faktor pembatas pertumbuhan dan produksi dapat diprediksi dengan model WaNuLCAS. Berdasarkan hasil simulasi pertumbuhan dan produksi tanaman, maka pengembangan padi gogo di sistem agroforestri pengelolaan jarak tanam jati 5 x 2 m, pemangkasan akar jati dengan pemulihan akar minimal 100%, pemangkasan kanopi jati sebesar 30% dan pemupukan padi gogo per ha sebanyak 80 kg Urea + 100 kg ZA + 70 kg SP-36 + 6 t pupuk kandang. Hasil simulasi produksi padi gogo Jatiluhur pada 4 tahun pertama adalah 3,1 t/ha-1 dan pada tahun ke 10 masih mampu menghasilkan 1,8 t/ha-1 gabah kering serta biomassa jati 50 t/ha-1.
- ItemANALISIS MODEL DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI JAWA TIMUR TAHUN 2007(BPTP Jatim, 2007) SANTOSO, Pudji; Sudarmadi PurnamaProgram peningkatan produksi padi nasional tahun 2007, Jawa Timur mengambil kontribusi 1 juta ton beras atau setara 1,58 juta ton GKG. Strategi untuk mencapai 1 juta ton beras telah direncanakan oleh Pemerintah daerah Propinsi Jawa Timur antara lain dalam bentuk bantuan benih serta dukungan program aksi dari BPTP Jawa Timur. Tujuan analisis kebijakan mendukung program peningkatan produksi padi ini adalah (1) memperoleh informasi penerapan teknologi padi pada MK I tahun 2007, (2) memperkirakan tambahan produksi padi Jawa Timur tahun 2007 dan (3) memperoleh model peningkatan produktivitas padi guna perbaikan program. Pengkajian ini dilakukan di dua lokasi Prima Tani, yaitu Kabupaten Nganjuk dan Blitar pada bulan Juli dan Agustus 2007 dengan metode survei. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan teknologi melalui pendekatan pengendalian tanaman terpadu (PTT) padi dengan kawalan teknologi di wilayah Prima Tani dapat meningkatkan produksi padi. Untuk padi hibrida pada MK I 2007 di wilayah Prima Tani Kabupaten Nganjuk dapat meningkatan produktivitas sekitar 29 % dan di Blitar sekitar 21 %. Sedangkan padi inhibrida di wilayah Prima Tani Blitar dapat meningkatkan produktivitas sekitara 12 %. Diseminasi PTT padi dengan kawalan teknologi di wilayah Prima Tani Kabupaten Nganjuk dan Blitar antara lain bertujuan untuk mendukung program peningkatan produksi padi di Jawa Timur. Program bantuan benih di Jawa Timur yang direncanakan untuk MK I dan MK II tahun 2007, ternyata realisasinya hanya untuk MK II 2007, yaitu seluas 182.352 ha terdiri 100.251 ha padi hibrida dan 82.101 ha padi inhibrida. Program bantuan benih seluas ini, jika penerapan teknologi seperti model Prima Tani (Model 1) diperkirakan ada tambahan produksi padi Jawa Timur dalam tahun 2007 sebesar 386.788 ton GKG atau setara 240.817 ton beras atau 24 % dari target 1 juta ton beras. Sedangkan tambahan produksi padi Jawa Timur untuk model di luar non Prima Tani (Model 2) adalah sebesar 158.382 ton GKG atau setara 98.672 ton beras yang berarti 9,9 % dari target 1 juta ton beras. Pendekatan PTT padi di wilayah Prima Tani di dua Kabupaten tersebut dapat digunakan sebagai model dalam mendukung program peningkatan produksi padi di Jawa Timur. Beberapa saran sebagai bahan kebijakan adalah (1) sebelum pelaksanaan kegiatan PTT padi perlu diadakan sosialisasi dan pelatihan bagi kelompok tani dan petugas lapang, (2) untuk padi hibrida dipilih lahan hamparan dengan jaringan irigasi terjamin, bukan daerah endemi hama penyakit utama (wereng coklat, hawar daun bakteri dan tungro) serta petani respon terhadap inovasi teknologi dan (3) tersedianya sarana produksi tepat waktu, tepata mutu, tepat jenis dan tepat harga.
- ItemPENGARUH PUPUK “NUTRISI SAPUTRA” TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH(BPTP Jatim, 2007) SUWONO; Ono SutrisnoUntuk mengetahui pengaruh pupuk “Nutrisi Saputra” terhadap pertumbuhan dan peningkatan hasil padi sawah, telah dilaksanakan percobaan pemupukan “Nutrisi Saputra” di Lowokwaru Kota Malang (Inceptisol) pada MK 2006. Percobaan dirancang menggunakan rancangan acak kelompok 5 ulangan. Perlakuan yang dicoba adalah dosis pemupukan anorganik terdiri atas 4 tingkat, (1) Tanpa pupuk anorganik (0%); (2) 120 kg urea + 40 kg ZA + 30 kg SP36 + 30 kg KCl/ha (33,3%); (3) 240 kg urea + 80 kg ZA + 60 kg SP36 + 60 kg KCl/ha (66,6%); dan (4) 360 kg urea + 120 kg ZA + 90 kg SP36 + 90 kg KCl/ha (100,0%) dikombinasikan dengan pemberian ”Nutrisi Saputra”. Sebagai pembanding adalah tanpa pupuk (kontrol) dan pemupukan 360 kg urea + 120 kg ZA + 90 kg SP36 + 90 kg KCl/ha (100,0%) tanpa diberi ”Nutrisi Saputra”. Pemberian pupuk “Nutrisi Saputra” yang dibarengi dengan pemupukan N, P, K maupun tanpa pupuk N, P, K tidak berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan maupun hasil tanaman padi sawah di Malang. Tanpa pupuk (kontrol) menghasilkan gabah 5,98 t/ha, selanjutnya bila dipupuk “Nutrisi Saputra” tanpa pupuk N, P, K menghasilkan gabah 6,14 t/ha. Pemupukan 120 kg ZA + 360 kg urea + 90 kg SP36 + 90 kg KCl/ha baik yang diberi maupun tanpa aplikasi “Nutrisi Saputra” menghasilkan gabah yang setara dan tidak berbeda, yakni rata-rata 8,29 t/ha. Pemberian “Nutrisi Saputra” menambah biaya pupuk dan aplikasinya sebesar Rp 910 000/ha, tetapi tingkat hasil yang dicapai adalah sama. Pemupukan 120 kg ZA + 360 kg urea + 90 kg SP36 + 90 kg KCl/ha mampu meningkatkan hasil sebesar 30,0% dibandingkan dengan hasil tanpa pupuk.
- ItemEFISIENSI N MENGGUNAKAN PUPUK LEPAS LAMBAT PADA PADI SAWAH DI JAWA TIMUR(BPTP Jatim, 2007) SUWONO; Ono SutrisnoEfisiensi pemupukan urea (N) pada pertanaman padi dirasa masih rendah (30-40%), penggunaan pupuk N lepas lambat dapat meningkatkan efisiensi pemupukan N. Untuk mengetahui pengaruh pupuk N lepas lambat (SRF) pada padi sawah telah dilakukan pengkajian pemupukan SRF untuk padi di Jawa Timur pada MH 2006/2007 dan MK 2007. Pengkajian berupa demontrasi plot seluas + 1000 m2, dengan perlakuan pemupukan SRF-D (23% N), SRF-H (33% N) dan pemupukan NPK yang dibandingkan dengan hasil gabah pemupukan petani. Dosis N pada pemupukan SRF adalah setara dengan 75% dari dosis N petani. Pemupukan SRF-H maupun SRF-D, N dapat menghemat penggunaan pupuk N sebesar 25%, dan menghasilkan gabah yang setara dan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan hasil gabah petani. Pemupukan SRF-D mampu meningkatkan hasil gabah sebesar 6,1 hingga 13,2%. Pada kondisi agak kekeringan pemupukan SRF-D maupun SRF-H menghasilkan gabah lebih rendah dari cara petani; aplikasi pupuk SRF dua kali menghasilkan gabah lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan hasil gabah pada pemupukan yang diaplikasikan sekali, sedang pada kondisi pengairan cukup aplikasi pupuk sekali dinilai menguntungkan. Pemupukan SRF-D atau SRF-H mampu menghemat 25% kebutuhan N, dinilai menguntungkan baik dari produktivitas, pendapatan dan kemudahan aplikasinya.
- ItemPENGENALAN VARIETAS UNGGUL PADI DI WILAYAH PRIMA TANI KABUPATEN BLITAR(BPTP Jatim, 2007) SUTRISNO, OnoPengenalan varietas padi dilaksanakan di wilayah Prima Tani yaitu di desa Plumbangan, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar di lahan sawah irigasi (LSI) pada MK I, 2007. Diuji 6 varietas unggul hibrida (VUH) dan 6 varietas unggul baru (VUB). Masing-masing varietas ditanam seluas 0,1 ha, dengan cara tanam PTT (pengelolaan tanaman terpadu) yakni, umur bibit ditanam < 20 hari, 1-2 bibit /rumpun, sistem tanam jajar legowo (40 cm x 20 cm x 12,5 cm), pemberian pupuk organik (pupuk kandang) 2 t/ha, pemupukan N berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD), pupuk SP-36 dan KCl masing-masing 50 kg/ha dan 30 kg/ha. Varietas hibrida Hibrindo R-1 mampu memberikan hasil tertinggi (10,83 t/ha) diantara 6 varietas hibrida yang diuji, disusul oleh Intani 2 (10,21 t/ha), sedangkan hasil tertinggi pada varietas inbrida yaitu dicapai oleh Ciherang, Cibogo, dan Sarinah (7,5 t/ha). Dilihat dari hasil yang diperoleh Hibrindo R-1 menunjukan adanya peningkatkan hasil secara nyata (44,4 %) terhadap Ciherang, Cibogo, dan Sarinah diantara varietas inbrida yang dicoba. Sedangkan dari rata-rata 6 varietas hibrida menujukan adanya peningkatan 11,00 % terhadap rata-rata 6 varietas inbrida yang dicoba. Dengan cara pengelolaan yang sama padi hibrida dapat memberikan hasil yang lebih tinggi daripada padi inbrida (VUB). Dengan demikian varietas unggul hibrida (VUH) dapat dijadikan salah satu komponen alternatif dalam peningkatan hasil padi/beras nasional dan menambah pendapatan petani.