Penerapan SOP Budidaya Untuk Mendukung Temulawak Sebagai Bahan Baku Obat Potensial

No Thumbnail Available
Date
2015-11-18
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Puslitbang Perkebunan
Abstract
Description
ABSTRAKTemulawak  (Curcuma xanthorrhiza  Roxb)  merupakan tanaman asli  Indonesia, banyak ditemukan terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Jakarta, Yogyakarta, Bali, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalimantan  Barat  dan  Kalimantan  Timur,  Sulawesi Utara  dan Sulawesi Selatan. Rimpang temulawak mengandung bahan aktif yang potensial untuk kesehatan antara lain xanthorrizol, kurkuminoid dan minyak atsiri. Rimpang temulawak banyak dipergunakan  sebagai  bahan  baku  obat  tradisional sebagai jamu, herbal terstandar dan obat fitofarmaka. Teknologi yang mengacu pada SOP budidaya dengan penggunaan  varietas  unggul,    lingkungan  tumbuh yang  cocok,  benih  bermutu,  persiapan  lahan,  cara tanam dan pasca panen yang tepat akan menghasilkan produksi dan mutu rimpang yang tinggi. Pada umumnya  temulawak diperbanyak dengan menggunakan  stek  rimpang    berasal  dari  rimpang induk dan rimpang cabang.  Benih harus berasal dari tanaman yang sehat berumur 10 - 12 bulan, bersih, kulitnya licin   mengkilap, bebas  dari hama dan  penyakit.  Rimpang induk untuk benih dapat dibagi menjadi 2 - 4 bagian,  ukurannya sekitar 20 - 40 g/benih yang mempunyai 2 -3 mata tunas.  Tingkat pemupukan pupuk organik dan anorganik (N, P dan K)   mempengaruhi   produksi   rimpang   dan   mutu. Kebutuhan pupuk N (Urea), P (SP36) dan K (KCl) harus disesuaikan dengan kondisi kesuburan tanah. Pada status kesuburan tanah  dengan kandungan N rendah, P  cukup dan K cukup pada iklim tipe B, produksi rimpang tertinggi (25,46 t/ha) dicapai pada pemupukan pupuk kandang 20 t/ha, urea 300 kg/ha, SP36 200   kg/ha, dan KCl 200 kg/ha. Tanaman temulawak siap dipanen pada umur 10 12 bulan, dengan dicirikan tanaman sudah senescen (mengering batang dan daunnya). Temulawak berkhasiat untuk meningkatkan nafsu makan, memperbaiki fungsi pencernaan, fungsi hati, pereda nyeri sendi dan tulang, menurunkan lemak darah, antioksidan dan menghambat penggumpalan darah.Kata kunci : Curcuma xanthorrhiza  Roxb,  teknologi budidaya, khasiat ABSTRACTApplication of Standard Operational Procedure to Support Java Turmeric as Potential Drug IngredientsJava turmeric (Curcuma xanthorrhiza  Roxb) is one of Indonesian native plants  cultivated  in West, Central and, East Java, Yogyakarta, Bali, North Sumatera, Riau, Jambi,  West  and  East  Kalimantan,  and  North  and South Sulawesi. Since rhizomes contain xanthorrizol, curcuminoid and essential oils, this plant has been widely   used   as   traditional   medicine                                                                                       (jamu), standardized  herbal  and  phytopharmaca  medicines. Applying standard operational procedure consisting of the  usage  of  a  good  variety,  selection  of  suitable environmental  condition,  soil  preparation,  seedling and planting techniques, and post harvest technology will produce high both yield and quality of rhizomes. Turmeric propagates via main or branch rhizomes. Seed should be chosen from the healthy plants age 10-12 months after planting. Rhizomes should have shiny skin and free from pests and diseases. Rhizomes may be divided into 2 - 4 pieces, which is 20-40 g/slice and have 2-3  shoots.  Organic  and  inorganic  fertilizers  ascertain quantity and quality of rhizomes. The need of inorganic  fertilizers  such  as  Urea,  SP36  and  KCl depends on soil fertility condition. Field in Type B climate having low N status, enough P and K status will produce 25.46 tones/ha rhizomes since it is applied with 20 ton/ha of dung manure, 300 kg/ha of Urea, 200 kg/ha of SP36 and 200 kg/ha of KCL.  Plant will ready to be harvested on 10 to 12 months after planting, indicated by senescent condition. Java turmeric can be used to enhance eating appetite, cure digesting and liver malfunctions, lower blood fat, antioxidants and inhibit blood clotting.Key words: Curcuma xanthorrhiza  Roxb,  cultivation tecnology,  medicinal uses
Keywords
Citation