Lecanicillium lecanii sebagai Bioinsektisida untuk Pengendalian Telur Hama Kepik Coklat pada Kedelai

Abstract
Description
Kepik coklat (Riptortus linearis) merupakan salah satu hama pengisap polong kedelai yang sangat penting karena mampu menurunkan hasil hingga 80%. Aplikasi pestisida hanya dapat membunuh stadia nimfa dan imago, sedangkan stadia telur masih bertahan dan berkembang sehingga populasi kepik coklat di lapangan masih sulit dikendalikan. Lecanicillium lecanii merupakan salah satu jenis cendawan entomopatogen yang bersifat ovisidal terhadap telur kepik coklat dan cukup efektif untuk mengendalikan hama ini pada stadia telur. Kelebihan cendawan tersebut adalah mampu menginfeksi seluruh stadia kepik coklat, mulai dari telur, nimfa, hingga imago. Telur kepik coklat merupakan stadia yang prospektif jika dikendalikan dengan cendawan L. lecanii dibandingkan dengan stadia nimfa maupun imago, karena telur tidak bergerak sehingga suspensi konidia yang diaplikasikan mudah mengenai sasaran. Cara memperoleh isolat L. lecanii virulen dapat dilakukan melalui isolasi dari serangga yang terinfeksi, dari dalam tanah, dan menggunakan metode pengumpanan serangga (insect baiting). Efikasi L. lecanii dipengaruhi oleh virulensi isolat, kerapatan konidia yang diaplikasikan, umur telur setelah diletakkan imago, dan sumber isolat cendawan. Cendawan L. lecanii mudah ditumbuhkan pada berbagai jenis media alami seperti beras, jagung, biji kacang-kacangan termasuk kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah. Pada umur 21 hari setelah ditumbuhkan pada media alami, koloni cendawan sudah cukup untuk memproduksi konidia yang dapat digunakan sebagai organ infektif pengendalian hama sasaran. Biakan cendawan harus dicampur dengan air untuk merontokkan konidia yang terbentuk, selanjutnya ditambahkan bahan perekat untuk melindungi viabilitas cendawan di lapangan. Pengendalian telur kepik coklat dianjurkan pada telur yang baru diletakkan imago (0-2 hari) menggunakan kerapatan konidia L. lecanii 108/ml. Pada varietas Wilis, kondisi tersebut di lapangan umumnya terjadi pada tanaman yang berumur di atas 35 hari setelah tanam (HST). Aplikasi cendawan L. lecanii tidak berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup serangga predator di pertanaman kedelai, khususnya Oxyopes javanus Thorell. Fakta ini ditunjukkan oleh aplikasi suspensi konidia L. lecanii yang diaplikasikan tidak mematikan imago predator hingga 30 hari setelah aplikasi. O. javanus merupakan salah satu predator yang mempunyai kemampuan predasi cukup tinggi dalam memangsa beberapa jenis hama utama kedelai, terutama kepik coklat. Ditinjau dari beberapa kelebihan dan keunggulan, L. lecanii prospektif dikembangkan sebagai bioinsektisida dalam komponen pengelolaan hama terpadu (PHT), khususnya kepik coklat pada kedelai.
Keywords
Citation