Pengelolaan Lahan Kering Masam untuk Budi Daya Kedelai

No Thumbnail Available
Date
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Puslitbang Tanaman Pangan
Abstract
Description
Lahan kering masam Ultisol yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Papua menjadi tumpuan pengembangan kedelai. Kondisi lahan kering Ultisol harus diperbaiki agar memiliki tingkat kesesuaian dan kesuburan yang layak untuk pengembangan kedelai. Inti masalah pada tanah Ultisol adalah: (1) Al yang dapat dipertukarkan (Aldd) dan kejenuhan Al tanah tinggi sehingga menjadi racun dan menghambat ketersediaan P karena fiksasi (Al-P) sehingga P tidak tersedia untuk tanaman; (2) kadar besi (Fe) tinggi, potensial menjadi racun dan memfiksasi P (Fe-P) sehingga ketersediaan P rendah tersedia; (3) kadar bahan organik umumnya rendah, menyebabkan daya sangga (buffering capacity) tanah rendah. Tanaman kedelai tidak dapat tumbuh optimal pada Ultisol yang memiliki kemasaman tinggi (pH tanah < 4,5) dan kejenuhan Aldd > 20%. Untuk pemecahan masalah keracunan Al dan Fe pada Ultisol umumnya memakai amelioran tanah dengan bahan baku mineral seperti kapur pertanian (kalsit atau CaCO3, kapur tohor atau CaOH), dolomit maupun zeolit. Detoksifikasi Al dan Fe pada Ultisol dengan pupuk organik belum banyak dikerjakan sehingga membuka topik penelitian selanjutnya. Penggunaan pupuk organik, khususnya limbah pabrik tapioka dan pupuk kandang terfermentasi, memiliki arti penting untuk budi daya kedelai di lahan kering masam. Kesuburan tanah ideal untuk lahan kering masam dapat diwujudkan melalui tindakan manipulatif pengelolaan lahan, baik bersifat fisik-mekanik, maupun kimia, hayati, dan konservasi. Tindakan praktis yang disarankan adalah (1) perbaikan kesuburan fisik melalui penyiapan lahan untuk mencapai kondisi solum tanah cukup dalam (40-50 cm), struktur tanah gembur, daya simpan lengas meningkat, (2) perbaikan kesuburan kimia melalui ameliorasi tanah (zeolit, dolomit, kapur, amelioran organik), pemupukan organik dan anorganik (NPK, dan hara mikro), (3) perbaikan kesuburan hayati dengan pupuk hayati yang mengandung mikroba tanah terutama bakteri pelarut fosfat, mikoriza,dan bakteri penambat N nonsimbiotik, dan (4) pengaturan pola tanam atau rotasi tanaman yang lebih produktif.
Keywords
Citation