Kelembagaan Pemasaran Kakao Biji di Tingkat Petani Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah

Abstract
Description
EnglishObjectives of this study are: (i) ) to identify and to analyze characteristics of farmers and their cocoa farms; (ii) to identify and to analyze market structure and conduct of cocoa beans at farm level; and (iii) to analyze the factors affecting farmers in selecting the principal–agent institution. This study uses a descriptive analysis and a logit model using primary data.  The average trained farmers’ age is older than those untrained.  Involvement of trained farmers in the principal-agent institution is less than the untrained farmers.  Farmers’ characteristics are the important factor in determining their opportunity in selecting principal-agent institution. Cocoa yields are relatively low and tend to be constant. Relatively low cocoa yields make the farmers’ income low and they have to select a principal-agent institution requiring a high-cost contract. Farm size is elastic and has a negative sign indicating an increase in farm area will reduce an opportunity in selecting a principal-agent institution. Many farmers as cocoa bean producers are risk avert and the cocoa traders are double-rent seekers and, thus, the market structure is oligopsony. The factors significantly affecting farmers in selecting a principal-agent institution are farmers’ land area size, credit value from the bank, farmers’ experiences,  total of farmers’ households members, farmers perception on price information and cocoa beans quality, banks’ credit procedures, land tax, production factors’ values (except urea value), cocoa farm-business income, and  other farm incomes. Some programs to revitalize cocoa beans marketing at farm level are: farmers’ land legalization; farmers’ cooperation improvement within groups and federations; motivating cocoa farmers to develop other farm business, banks’ credit procedure socialization, and improving farmers’ access to market information.IndonesianTujuan penelitian ini ialah (i) mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik petani dan  usahatani kakao; (ii) mengidentifikasi dan menganalisis struktur dan perilaku pasar kakao biji di tingkat petani; dan (iii) mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih kelembagaan prinsipal–agen. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan model logit. Data yang digunakan adalah data primer yang diambil dengan teknik purposive dan un-proportional stratified random sampling.  Ada sebanyak 120 petani kakao dan 24 pedagang di berbagai tingkatan telah diwawancarai. Rata-rata petani kakao responden memiliki umur produktif di mana rata-rata petani PSL lebih tua daripada rata-rata petani PBSL, namun keterlibatan kelompok petani PSL dalam kelembagaan prinsipal–agen  kurang dibandingkan dengan kelompok petani PBSL. Karakteristik petani merupakan faktor penting yang menentukan peluang petani dalam memilih kelembagaan prinsipal–agen. Produktivitas usahatani kakao tergolong rendah dan cenderung konstan. Rendahnya produktivitas usahatani kakao berdampak pada rendahnya pendapatan usahatani, sehingga dalam rangka mendapatkan dana untuk usahatani, petani terlibat dalam kelembagaan prinsipal–agen yang memiliki biaya kontrak yang tinggi.  Luas lahan UTK adalah elastis dan bertanda negatif, sehingga penambahan luas areal tanam mengurangi peluang petani dalam memilih kelembagaan prinsipal–agen. Petani dengan perilaku aji mumpung (pasrah dan menghindari risiko) sebagai pemasok kakao biji tergolong banyak, sementara pedagang pengumpul dengan perilaku double-rent seeking sebagai pembeli kakao biji tergolong sedikit dan bermitra dengan pedagang di atasnya secara vertikal, sehingga struktur pasar kakao biji di tingkat petani adalah oligopsoni.  Faktor-faktor yang berpengaruh nyata dalam pilihan petani terhadap kelembagaan prinsipal–agen adalah luas lahan usahatani, jumlah kredit bank, lama pengalaman petani dalam berusahatani, jumlah anggota keluarga petani, persepsi petani tentang informasi harga dan kualitas kakao biji yang dikehendaki pasar dunia; persepsi petani tentang prosedur peminjaman kredit bank, nilah pajak lahan usahatani, nilai-nilai faktor produksi (kecuali nilai pupuk urea), pendapatan usahatani kakao, dan pendapatan usahatani lainnya. Beberapa program yang perlu dilakukan dalam revitalisasi kelembagaan pemasaran kakao biji di tingkat petani, yaitu legalisasi aset lahan, peningkatan kerja sama petani dalam kelompok tani dan gapoktan, motivasi petani dalam mengembangkan cabang usahatani lain, sosialisasi prosedur peminjaman kredit bank, dan pemberdayaan petani dalam aspek informasi pasar.
Keywords
Citation