THE CASHEW CLUSTER INDUSTRY DEVELOPMENT IN EAST JAVA

Abstract
Description
Industrial cluster approach as an development strategy has been adopted nationally and continues to be strengthened in recent years. National Development Programme of 2003 mandated the cluster approach in the development of small and medium industries. Presidential Regulation No. 07 of 2005 states that national industrial development focused on strengthening and growth of the ten priority industrial clusters. The research is aimed to formulated strategy of cashew ind ustry cluster development in East Java. The data used are primary and secondary data, analyzed using Porter's Diamond. The research was conducted in S umenep, Sampang, and Bangkalan, using the survey in March - April 2011. Data analysis was conducted descriptively using Porter's Diamond Model. The results showed that the cashew industry cluster in East Java has not been going well as expected. The linkage between upstream and downstream industries are still weak, so is the quality of the products produced. Classical problems which have obstructed the development of the cashew industry in this region are crop productivity, product quality, regulatory and policy difficult to implement, still can not fully overcome. Determinant factor is the key to successful development of industrial clusters is the availability of raw cashew nuts, infrastructure, government policy, the interaction between players in the industry, the availability of supporting institutions, upstream and downstream industries, product demand conditions and the availability of foreign investors. Therefore, the handling can not be done spatially, must be supported by all sides and done in an integrated way. Cashew cluster industry development strategy needs to be done by improving government policy (regulation of markets for industrial products cashew, cashew export tax implementation, mandatory SNI nut products, improvement of the domestic market); strengthening the upstream and downstream industries (productivity and quality of cashew, increase the ability of the cashew processing industry); and optimization of the interaction between the core industry by supporting industry and other related institutions (farmers' cashew, cashew industry, food industry and beverage, industrial equipment & machinery, exporters, traders, government agencies, research and development institutes, associations industry, transportation and financial services/banking). 
Pendekatan klaster sebagai strategi pengembangan industri telah diadopsi secara nasional dan terus diperkuat dalam beberapa tahun terakhir ini. Program Pembangunan Nasional tahun 2003 mengamanatkan pendekatan klaster dalam pengembangan industri kecil dan menengah. Peraturan Presiden Nomor 07 tahun 2005 menyebutkan bahwa pengembangan industri nasional difokuskan pada penguatan dan penumbuhan sepuluh industri klaster prioritas. Tujuan penelitian adalah menyusun strategi pengembangan industri klaster jambu mete di Jawa Timur. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Kabupaten Sumenep, Sampang, dan Bangkalan, menggunakan metode survei pada bulan Maret – April 2011. Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan Model Diamond Porter. Hasil analisis memperlihatkan bahwa industri klaster jambu mete di Jawa Timur belum berjalan dengan baik seperti yang diharapkan. Keterkaitan antara industri hulu dengan hilir masih sangat lemah, begitu juga kualitas produk yang dihasilkan. Masalah klasik yang menjadi penghambat berkembangnya industri jambu mete di wilayah ini adalah produktifitas tanaman, kualitas produk, regulasi dan kebijakan yang sulit diimplementasikan, masih belum dapat diatasi sepenuhnya. Faktor determinan yang menjadi kunci keberhasilan pengembangan industri klaster jambu mete adalah ketersediaan bahan baku jambu mete, infrastruktur, kebijakan pemerintah, interaksi antar pelaku industri, ketersediaan institusi penunjang, industri hulu dan hilir, kondisi permintaan produk dan ketersediaan investor asing. Oleh karena itu, penanganannya tidak dapat dilakukan secara spasial, perlu didukung oleh semua pihak dan dilakukan secara terintegrasi. Strategi pengembangan industri klaster jambu mete perlu dilakukan dengan cara memperbaiki kebijakan pemerintah (regulasi pasar untuk produk hasil industri jambu mete, penerapan pungutan pajak ekspor jambu mete, wajib SNI produk jambu mete, perbaikan sistem pasar dalam negeri); penguatan industri hulu dan hilir (produktivitas dan kualitas jambu mete, peningkatan kemampuan industri pengolahan jambu mete); serta optimasi interaksi antara industri inti dengan industri pendukung dan lembaga terkait lainnya (petani jambu mete, industri jambu mete, industri makanan dan minuman, industri peralatan & mesin, eksportir, pedagang, lembaga pemerintah, lembaga penelitian dan pengembangan, assosiasi, industri jasa transportasi dan keuangan/perbankan). 
Keywords
Citation