Tumpangsari Jagung (Zea mays L.) dan Kedelai (Glycine max L. Merrill) untuk Efisiensi Penggunaan dan Peningkatan Produksi Lahan Pasang Surut

Abstract
Description
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola tanam optimal melalui pengaturan jarak tanam dengan pemberian pupuk hayati pada tumpangsari jagung dan kedelai. Penelitian lapangan dilaksanakan di lahan pasang surut Desa Banyuurip, Sumatera Selatan dalam dua Musim Tanam (MT) pada bulan Mei-November 2012 dan 2013. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (split plot design) dengan petak utama adalah komposisi jarak tanam Jagung (J)-Kedelai (K) yaitu JK 1:3, 1:2, 1:1, dengan anak petak berupa pemberian pupuk hayati (0, BioP, Azospirillum, dan BioP + Azospirillum) dengan tiga ulangan. Sistem monokultur jagung dan kedelai dijadikan sebagai kontrol. Selama dua MT terjadi peningkatan hasil pipilan jagung pada perlakuan JK 1:3 hingga 140%, sedangkan kedelai terjadi peningkatan 16%. Pemberian pupuk hayati pada perlakuan JK 1:3 mampu meningkatkan NKL hingga 14%. NKL berbeda tidak nyata pada MT 2012 dan MT 2013, sedangkan pada perlakuan JK 1:1 terjadi penurunan hasil pipilan yang sangat nyata hingga 35,3% dengan CR (rasio kompetisi) tertinggi yaitu 7,25. Serapan hara N, P, dan K berbeda sangat nyata hanya pada tanaman jagung dan berbeda nyata pada tumpangsari kedelai. Abstract. This study aims to determine the optimum cropping system by plant spacing arrangement, and bio-fertilizer application in a maize and soybean intercropping. The field research has been conducted in tidal swamp of Banyuurip in South Sumatra in two Plant Seasons (MT) in May - November 2012 and 2013. This study used a Split plot design with the composition of maize(J) and Soybean (K), JK 1:3, 1:2, 1:1 as the main plot and biological fertilizer (0, BioP, Azospirillum, and BioP + Azospirillum) as the sub-plots with 3 replications. Monoculture maize and soybeans were used as the control. During the two planting seasons the maize grain yield increased for JK 1: 3 treatment up to 140%, while for soybean it increased 16%. Biological fertilizer application in treatment of JK 1:3 increase LER up 14%. Land Equivalent Ratio (LER) were not signifiantly different between MT 2012 and MT 2013, while for treatment JK 1: 1 it decreased 35.3% with the highest CR (ratio of competition) of 7.25. Nutrient uptake for N, P, and K was highly significantly different for the maize system and significantly different for soybean intercropping system.
Keywords
Citation