KAJIAN STRUKTUR BIAYA DAN ALOKASI CURAHAN TENAGA KERJA PADA SISTEM USAHATANI PADI SAWAH (Studi Kasus di Kabupaten Konawe)

Abstract
Description
The purpose of this research was to know the cost structure and labor distribution on rice farming system between farmer's technology and repaired technology, and was carried out in Langgomea Village, Uepai Sub District, Konawe District, South east Sulawesi from January to July 2006. The repaired technology included the use of fertilizers, qualified seed, and planting time at once. The results showed that farmer's technology produced 4.650 kg/ha yield which equivalent to an income of Rp.3.684.500,- while the repaired technology produced 5.500 kg/ha yield with an income of Rp.4.479.300.- The extra cost needed on repaired technology was Rp.395.200,- which in turn gives the farmer an extra income of Rp.794.800 with MBCR 2.01. The result regression analysis of labor distribution on both technologies was significant on 99%. Labor distribution on repaired technology was greater 15.51 manpower than farmer's technology. The farmer will of course need extra labors if they widen the area use more seeds fertilizers and pesticides. Key words: rice farming system, cost structure, labor distribution   Pengkajian struktur biaya dan alokasi curahan tenaga kerja pada sistem usahatani padi sawah dilakukan dengan memperbaiki teknologi petani yang mencakup teknologi pemupukan dan penggunaan benih bermutu telah dilaksanakan di lahan petani di Desa Langgomea, Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe dari bulan Januari — Juli 2006 (MH 2006). Pengkajian bertujuan untuk mengetahui struktur pembiayaan dan alokasi curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah antara pola teknologi petani dengan pola perbaikan. Hasil kajian menunjukkan bahwa teknologi pola petani memberikan produksi gabah kering panen (GKP) sebanyak 4.650 kg/ha dengan pendapatan Rp.3.684.500 dan produksi pada pola perbaikan sebanyak 5.500 kg/ha dengan pendapatan Rp.4.479.300. Perubahan teknologi dari teknologi petani ke teknologi perbaikan memerlukan tambahan biaya sebesar Rp.395.200, namun dengan tambahan biaya tersebut petani memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp.794.800 sehingga nilai MBCR yang diperoleh 2,01 artinya setiap penambahan biaya sebesar Rp.1.000 petani akan memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp.2.010. Hasil analisis regresi curahan tenaga pada kedua teknologi berbeda sangat nyata pada tingkat kepercayaan 99% dimana alokasi curahan tenaga kerja pola perbaikan lebih banyak 15,51 HKP daripada teknologi petani. Petani akan memerlukan tambahan tenaga kerja apabila memperluas lahan garapan, meningkatkan jumlah benih, pupuk dan pestisida. Kata kunci: usahatani padi sawah, struktur biaya, curahan tenaga kerja
Keywords
Citation