RATIO OPTIMUM GALUR MANDUL JANTAN (A line) DAN GALUR PEMULIH KESUBURAN (R line) PADA PRODUKSI BENIH HIBRIDA KAPAS

Abstract
Description
ABSTRAKTeknologi kapas hibrida merupakan salah satu upaya untukmeningkatkan produksi kapas nasional. Sampai saat ini belum tersediavarietas kapas hibrida nasional untuk program pengembangan kapasnasional. Penelitian ini bertujuan mengetahui ratio galur (A line) manduljantan dan galur pemulih kesuburan (R line) yang optimum untukmenghasilkan benih hibrida kapas paling tinggi dengan cara persilanganalami. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasirian-Lumajang,Jawa Timur mulai Januari sampai Desember 2011. Percobaan ini terdiridari satu pembanding T1 dengan penyerbukan manual dan 5 perbandinganratio (A line : R line) yang berbeda, yaitu T2 (3:2), T3 (4:2), T4 (5:2), T5(6:2), dan T6 (7:2) dengan penyerbukan alami. Perlakuan disusun dalamRancangan Acak Kelompok (RAK) diulang 3 kali dengan luas petakmasing-masing perlakuan 25 m x 5 m. Benih kapas ditanam dengan jarak125 cm x 25 cm. Pupuk yang diberikan sebanyak 300 kg pupuk majemuk(15 N:15 P 2 O 5 :15 K 2 O) dan 100 kg pupuk Urea/ha. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa perlakuan penyerbukan manual (T1) menghasilkankapas berbiji sebanyak 1023 kg/ha, nyata paling tinggi dibandingkanperlakuan dengan penyerbukan alami. Terdapat korelasi positif yangsangat nyata antara hasil kapas berbiji dengan jumlah populasi (r =0.75967). Hasil kapas berbiji tidak berbeda pada perlakuan T2 sampai T6yang bervariasi antara 377- 452 kg kapas berbiji/ha, dengan efisiensipenyerbukan alami sebesar 37–45%. Untuk produksi benih hibrida denganpersilangan alami dapat digunakan ratio 7 baris tetua betina dan 2 baristetua jantan (perlakuan T6). Harga benih hibrida kapas yang dihasilkandengan cara penyerbukan alami sebesar Rp. 98.571,-/kg sedangkan dengancara penyerbukan manual sebesar Rp. 101.826,-/kg.Kata kunci: Gossypium hirsutum, mandul jantan, pemulih kesuburan,penyerbukan manual, penyerbukan alamiABSTRACTHybrid cotton technology is an attempt to increase the nationalcotton production. Hybrid cotton varieties is not yet available for thenational cotton development program. This study was aimed atdetermining optimum ratio of male sterile lines (A line) and restorers (Rline) lines for producing high hybrid cotton seed yield. The experimentwas conducted in the Experimental Garden Pasirian-Lumajang, East Javafrom January to December 2011. This experiment consisted of T1 withmanual pollination (control), and 5 different ratios (A line : R line) withnatural pollination namely T2 (3:2), T3 (4:2), T4 (5:2 ), T5 (6:2) and T6(7:2). Treatments were arranged in a randomized block design (RBD) with3 replications, plot size was 25 m x 5 m of each. Seeds were sown witha distance of 125 cm x 25 cm. Fertilizers given were 300 kg of compoundfertilizer (15 N: 15 P 2 O 5 : 15 K 2 O) and 100 kg Urea /ha. From this researchit was found out that the T1 treatment by manual pollination produced asmuch 1023 kg seed cotton yield / ha, was the highest compared to naturalpollination treatments. There was high correlation between seed cottonyield and plant population (r = 0.75967). Seed cotton yield of T2 to T6treatments was not significantly different, which varies between 377-452kg/ha, with natural pollination efficiency of 37-45%. Therefore, for cottonhybrid seed production based male sterility by natural crossing, 7 rows offemale lines and 2 rows of male lines ratio (treatment T6) can be used.Price of cotton hybrid seed by natural pollination as much as Rp. 98,571, -/kg while by manual pollination as much as Rp. 101, 826, - /kg.Key words: Gossypium hirsutum, male sterile, restorer, manual pollination,natural pollination
Keywords
Citation