Analysis of Anthropometry and Biomechanics Use of Tea Leaf Harvester Machine Type GT 120 Ochiai
No Thumbnail Available
Date
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Abstract
Description
Application of tea harvest mechanization can increase work productivity, cost efficiency, and reduce the amount of starch loss in tea leaves. The problem is that the harvester machines that are operated in most tea plantations in Indonesia are imported. The harvester machine operators have the potential to experience skeletal, muscular, and peripheral nerve disorders called Musculoskeletal Disorders (MSDs). This study aims to evaluate the design of the type GT 120 Ochiai tea leaf harvester machine based on operator anthropometry and to find the operator's working posture during the tea picking process that needs immediate improvement. Anthropometric data were collected through measurements of the operator's body dimensions, while biomechanical data were collected through video recordings of the work-movements of all operators in operating the machine with a land slope of 5o – 10oand a land slope of 35o–40o at a plant height of 75 cm to 110 cm. Data analysis was performed using the REBA (Rapid Entire Body Assessment) and OWAS (Ovako Working Posture Analysis) methods. The results showed that the design of the type GT 120 Ochiai engine was in accordance with the operator's anthropometry. The results of REBA analysis show that there is a high work risk when operating the harvester machine, namely in the land conditions with a slope of 35o – 40o with a plant height above 100 cm and when moving the sacks of the harvest to a temporary shelter. Meanwhile, according to the results of the OWAS analysis, it is necessary to take corrective action as soon as possible, namely the position of operator 3 and operator 4 and it is necessary to change the position of operator 1 and operator 2. Based on the results of the REBA and OWAS analysis, it is better if the operator’s work shift changes in machine operation with the slope of the land 35o – 40o.
Penerapan mekanisasi panen teh dapat meningkatkan produktivitas kerja, efisiensi biaya dan menekan jumlah kehilangan zat pati pada daun teh. Permasalahannya adalah mesin pemanen yang dioperasikan pada sebagian besar perkebunan teh di Indonesia merupakan produk impor. Operator mesin pemanen berpotensi mengalami gangguan kerangka, otot, dan saraf perifer yang disebut Musculoskeletal Disorders (MSDs). Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi desain mesin pemanen daun teh tipe GT 120 Ochiai berdasarkan antropometri operator dan menemukan postur kerja operator pada saat proses pemanenan daun teh yang perlu segera diperbaiki. Data antropometri dikumpulkan melalui pengukuran dimensi tubuh operator sedangkan data biomekanik dikumpulkan melalui rekaman video pergerakan kerja seluruh operator dalam mengoperasikan mesin dengan kemiringan lahan 5o – 10o dan kemiringan lahan 35o–40o pada tinggi tanaman 75 cm hingga 110 cm. Analisis data dilakukan menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment) dan OWAS (Ovako Working Posture Analysis). Hasil penelitian menunjukkan desain mesin pemanen daun the tipe GT 120 Ochiai telah sesuai dengan antropometri operator. Hasil analisis REBA menunjukkan bahwa terdapat resiko kerja yang tinggi saat mengoperasikan mesin pemetik yaitu pada kondisi lahan dengan kemiringan 35o – 40o dengan tinggi tanaman diatas 100 cm dan pada saat memindahkan karung hasil panen ke tempat penampungan sementara. Sedangkan hasil analisis OWAS menunjukkan bahwa perlu dilakukan tindakan korektif sesegera mungkin yaitu posisi operator 3 dan operator 4 serta perlu dilakukan perubahan pada posisi operator 1 dan operator 2. Berdasarkan hasil analisis REBA dan OWAS, sebaiknya dilakukan pergantian shift kerja operator pada pengoperasian mesin dengan kemiringan lahan 35o – 40o.
Penerapan mekanisasi panen teh dapat meningkatkan produktivitas kerja, efisiensi biaya dan menekan jumlah kehilangan zat pati pada daun teh. Permasalahannya adalah mesin pemanen yang dioperasikan pada sebagian besar perkebunan teh di Indonesia merupakan produk impor. Operator mesin pemanen berpotensi mengalami gangguan kerangka, otot, dan saraf perifer yang disebut Musculoskeletal Disorders (MSDs). Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi desain mesin pemanen daun teh tipe GT 120 Ochiai berdasarkan antropometri operator dan menemukan postur kerja operator pada saat proses pemanenan daun teh yang perlu segera diperbaiki. Data antropometri dikumpulkan melalui pengukuran dimensi tubuh operator sedangkan data biomekanik dikumpulkan melalui rekaman video pergerakan kerja seluruh operator dalam mengoperasikan mesin dengan kemiringan lahan 5o – 10o dan kemiringan lahan 35o–40o pada tinggi tanaman 75 cm hingga 110 cm. Analisis data dilakukan menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment) dan OWAS (Ovako Working Posture Analysis). Hasil penelitian menunjukkan desain mesin pemanen daun the tipe GT 120 Ochiai telah sesuai dengan antropometri operator. Hasil analisis REBA menunjukkan bahwa terdapat resiko kerja yang tinggi saat mengoperasikan mesin pemetik yaitu pada kondisi lahan dengan kemiringan 35o – 40o dengan tinggi tanaman diatas 100 cm dan pada saat memindahkan karung hasil panen ke tempat penampungan sementara. Sedangkan hasil analisis OWAS menunjukkan bahwa perlu dilakukan tindakan korektif sesegera mungkin yaitu posisi operator 3 dan operator 4 serta perlu dilakukan perubahan pada posisi operator 1 dan operator 2. Berdasarkan hasil analisis REBA dan OWAS, sebaiknya dilakukan pergantian shift kerja operator pada pengoperasian mesin dengan kemiringan lahan 35o – 40o.
Keywords
Anthropometry; biomechanics; tea leaf harvester machine; work posture, , Antropometri; biomekanik; mesin pemanen daun teh; postur kerja,