Prosiding Seminar dan Kongres Sumber Daya Genetik

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 5 of 66
  • Item
    Kajian pengendalian hama spodoptera exigua pada tanaman bawang merah dengan agensia hayati
    (BB Biogen, 2013-12) Winarto, Loso; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
    Kajian pengendalian hama spodoptera exigua pada tanaman bawang merah dengan agensia hayati di Kebun fisitor BPTP Sumatera Utara. Agensia hayati yang digunakan adalah: 1) Beauveria bassiana kerapatan konidia 108, 2). Metarrhizium anisopliae kerparatan konidia 108, 3).Ekstrak daun mimba 200 g/l air, 4).Ekstrak daun mindi 200 g/l air 5). Ekstrak daun tembakau 50 g/l air. 6). Kontrol (tanpa perlakuan) dan disusun pada rancangan acak kelompok (RAK).sertiap perlakuan di ulang 4 kali. Bawang merah yang di tanam varietas kuning yang di tanam pada bedengan berukuran 1,2 x 4 cm, jarak tanam 20 x 20 cmjarak antar perlakuan 50 cm, jarak antar ulangan 100 cm, tinggi bedengan 40 cm. Untuk pemeliharaan tanaman di berikan pupuk kadang 20 t/ha, pupuk 400 kg TSP/ha, 200 kg Urea/ha, 200 kg KCl/ha. Urea diberikan 2 kali pemebrian pertama 10 hst, yang kedua 25 hst. Parameter yang diamati 1).Presentase serangan Spodoptera exigua dan 2) Produksi. Hasil dari pengkajian ini adalah. Agensia hayati entomopatogen Jamur Beauvaria bassiana dan M. anisopliae efektif untuk mengendalikan hama spoptera exiguan pada bawang merah. Sedangkan agensia hayati yang berasal dari ekstrak Nabati yang efektif adalah Daun Mimba kemudian disusul oleh daun mindi. Produksi tertinggi terdapat pada perlakuan jamur Beauveria bassiana dan M. Anisopliae.
  • Item
    Pengaruh waktu penyambungan dan diameter batang bawah terhadap pertumbuhan bibit batang atas asal sambung pucuk tanaman durian (durio zibethinus l.) varietas namlung petaling
    (BB Biogen, 2013-12) Dalimunthe ...[at al], Sri Romaito; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
    Pengaruh waktu penyambungan dan diameter batang atas asal sambung pucuk tanaman durian (Durio zibhetinus L.) varietas Namlung Petaling. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh waktu penyambungan dan diameter batang bawah terhadap pertumbuhan bibit batang atas asal sambung pucuk tanaman durian. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Petaling Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Sejak Bulan Mei 2006 sampai dengan Bulan Agustus 2006. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan 9 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan dari 2 faktor perlakuan. Adapun faktor pertama adalah perlakuan waktu penyambungan (W) terdiri dari 3 level yaitu W1 (pagi hari dari jam 07.00- 09.00 WIB), W2 (waktu siang hari dari jam 11.00-13.00 WIB) dan W3 (waktu sore dari jam 15.00-17.00 WIB) dan faktor kedua adalah diameter batang bawah (D) terdiri dari 3 level yaitu D1 (0,3 cm), D2 (0,5 cm), dan D3 (0,7 cm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan waktu penyambungan berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah yang diamati. Sedangkan perlakuan diameter batang bawah berpengaruh sangat nyata pada peubah jumlah daun saja, tapi berpengaruh tidak nyata pada peubah lainnya. Perlakuan interaksinya berpengauh nyata pada peubah jumlah daun, pada peubah lainnya berpengaruh tidak nyata.
  • Item
    Potensi jeruk borneo prima untuk pengembangan kawasan hortikultura di Kalimantan Timur
    (BB Biogen, 2013-12) Hidayanto, Muhamad; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
    Pada tahun 2007, petani jeruk di Kalimantan Timur dikenalkan dengan varietas baru jeruk keprok lokal yang dapat tumbuh dan menghasilkan buah dengan warna orange (tidak seperti biasanya jeruk keprok dataran rendah yang berwarna hijau) di dataran rendah pada ketinggian ± 50 m di atas permukaan laut. Daerah asal jeruk keprok lokal yang diberi nama Jeruk Borneo Prima adalah Kecamatan Rantau Pulung, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Jeruk Keprok Borneo Prima ini merupakan buah-buahan endemik yang hanya terdapat di Kabupaten Kutai Timur, sehingga jika tidak dilestarikan, tanaman ini akan cepat punah, padahal potensi tanaman ini cukup besar untuk bisa mendukung program pengembangan buah-buahan nasional. Ciri khas jeruk ini adalah warnanya kuning, tekstur daging buahnya yang empuk, dan rasanya sedikit lebih asam sehingga menimbulkan kesegaran yang lebih dibandingkan jeruk siam atau jenis jeruk lainnya. Kesesuaian lahan di Kecamatan Rantau Pulung untuk tanaman jeruk termasuk kurang sampai cukup sesuai. Jeruk Borneo Prima sampai saai ini telah dikembangkan di berbagai wilayah, terutama dalam rangka mendukung program pengembangan kawasan hortikultura di Kalimantan Timur. Jeruk Borneo Prima juga telah dikembangkan dalam areal cukup luas di Kabupaten Paser, di lokasi pengembangan Kawasan Hortikultura. Untuk mendukung pengembangan tanaman kawasan hortikultura terutama tanaman jeruk borneo prima di Kalimantan Timur, juga dilakukan pendampingan oleh oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur melalui kegiatan model Pengembangan Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI).
  • Item
    Pembenahan obyek wisata stanum menuju kompleks agrowisata berwawasan ilmiah sebagai upaya pelestarian sumber daya genetik lokal di kabupaten Kampar provinsi Riau
    (BB Biogen, 2013-12) Jamil ...[at al], Ali; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
    Provinsi Riau dengan kondisi agroekosistem yang meliputi daratan, perairan dan pantai serta kondisi alamnya, memungkinkan untuk tumbuh dan berkembangnya keanekaragaman genetik. Eksploitasi hutan menyebabkan berkurang bahkan mengakibatkan punahnya keanekaragaman genetik. Keprihatinan tersebut, direspons secara positif oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar dalam rencana kegiatan Pembenahan Obyek Wisata Stanum, Lokasi Wisata Stanum berada di Kota Bangkinang Kabupaten Kampar seluas 17,8 ha. Survey lokasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal lokasi, bentuk, dan karakteristik biofisiknya. Pada saat survey, didata semua jenis tanaman yang ada di lokasi, topografi lingkungan, jenis tanah dan kesuburannya, ketinggian, iklim tahunan, ketersediaan air dan salurannya, semua infrastruktur yang tersedia.
  • Item
    Status sumber daya genetik tanaman pemanis dan serat di Balittas Malang
    (BB Biogen, 2013-12) Heliyanto, Bambang; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
    Telah diketahui bahwa keberhasilan dan kemajuan usaha pemuliaan tanaman untuk mendapatkan varietas/klon/hibrida unggul sangat tergantung pada ketersediaan kekayaan plasma nutfah sebagai sumber gen yang terkelola secara optimal. Sesuai dengan tupoksi dan mandatnya, saat ini Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Malang mempunyai koleksi plasmanutfah yang cukup luas sampai luas untuk tanaman tembakau, serat dan minyak industri namun masih sangat terbatas untuk tanaman mandat baru seperti tebu, stevia dan gula bit. Pelestarian plasma nutfah tanaman pemanis dan serat dilakukan secara ex situ dalam bentuk bank gen di lapang (field collection), bank gen koleksi benih di cold storage maupun kultur invitro (abaca dan rami) di laboratorium kultur jaringan. Program pengelolaan plasma nutfah ke depan diarahkan untuk lebih mengefisiensikan pengelolaan dan pemanfaatan plasma nutfah pemanis dan serat seperti upaya penyederhanaan aksesi, karakterisasi menggunakan marka molekuler, pengembangan “core collection” dan penyusunan buku katalog untuk masing-masing komoditas. Untuk komoditas mandat baru, khususnya tebu, program difokuskan untuk peningkatan keragaman sumber genetik plasma nutfah tanaman melalui kegiatan eksplorasi, tukar menukar plasma nutfah, introduksi, maupun koordinasi dan sinergi antar Satker di lingkungan Kementerian Pertanian. Peningkatan keragaman sumber genetik tanaman tebu diharapkan dapat dimanfaatkan untuk perakitan varietas unggul tebu rendemen tinggi dan tahan lingkungan sub-optimal yang pada akhirnya diharapkan dapat mendukung program swa sembada gula nasional yang ditargetkan oleh Kementerian Pertanian.