Bioetika dalam Penanganan Kasus Flu Burung dan Kaitannya dengan Pelestarian Sumber Daya Genetik Ayam Lokal

No Thumbnail Available
Date
2009-12
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
BB Biogen
Abstract
Bioetika dalam Penanganan Kasus Flu Burung dan Kaitannya dengan Pelestarian Sumber Daya Genetik Ayam Lokal. Flu burung yang merebak di Indonesia sejak tahun 2003 berasal dari industri peternakan besar ayam ras. Virusnya menular ke unggas lokal, karena pemeliharaannya yang kurang baik. Kasus flu burung ini merupakan era bangkitnya peternakan unggas rakyat, khususnya ayam kampung sektor IV, yang pada awalnya sebagian besar (70%) pola pemeliharaannya diumbar (scavenging). Saat ini pemeliharaan ayam telah menuju semi intensif dengan menerapkan pola good farming practices, memperhatikan vaksinasi dan biosekuriti untuk mencegah penyebaran virus flu burung. Dalam penanganan kasus flu burung, beberapa tindakan yang dilakukan telah mendiskreditkan keberadaan ayam kampung atau ayam lokal, di antaranya: (1) ayam kampung dianggap sebagai “biang keladi” menyebarnya virus flu burung, sehingga upaya pemusnahannya dengan dibakar hidup-hidup merupakan tindakan yang kurang bijaksana dan tidak memperhatikan prinsip bioetika; (2) di dalam kampanye anti flu burung, yang diperlihatkan sebagai contoh untuk dibakar adalah ayam kampung, seolah-olah sumber virus flu burung hanya ayam kampung; (3) PERDA melarang keberadaan unggas di sekitar rumah penduduk di mana sebagian besar adalah ayam kampung, sehingga pelarangan ini hanya menunjukkan kepanikan. Banyak sekali keunggulan kompetitif dari ayam kampung. Ayam kampung merupakan penyangga ekonomi masyarakat desa, sehingga dengan dilarangnya memelihara unggas di sekitar rumah, maka kondisi ekonomi masyarakat kecil semakin terpuruk dan kasus gizi buruk terjadi dimana-mana. Hasil riset membuktikan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari tiga pusat domestikasi ayam di dunia setelah Cina dan India, sehingga perlu bangga untuk melestarikan dan memanfaatkan ayam kampung. Pemusnahan ayam kampung dapat mengakibatkan erosi genetik yang berlebihan. Secara genetik, sebagian besar ayam kampung (63%) mempunyai ketahanan terhadap virus flu burung, karena di dalam tubuhnya ayam dapat terdapat gen Mx+ yang dapat menangkal virus, sehingga pertumbuhan virus tidak sempurna dan tidak dapat bereplikasi. Dengan kata lain, antivirus protein Mx dapat melawan infeksi VSV (Vesicular Stomatitis Virus), termasuk virus flu burung. Dengan demikian, kebijakan pemusnahan ayam Kampung dapat memusnahkan sumber ketahanan genetik ayam terdadap flu burung. Ayam kampung juga mempunyai segmen pasar tersendiri, karena daging ayam kampung mempunyai rasa dan tekstur yang khas, sehingga harga ayam kampung lebih tinggi dibandingkan dengan harga ayam pedaging ras (broiller). Harga ayam kampung yang tinggi, seringkali mengakibatkan terjadinya pemalsuan daging ayam kampung. Ayam jantan petelur dijual sebagai ayam kampung. Baru-baru ini, perusahaan besar, seperti Pokphan, mengeluarkan bibit ayam “Kampung Super” yang sebenarnya hasil persilangan antara pejantan ayam lokal dengan ayam ras dari Perancis. Dalam hal ini, pedagang hanya mementingkan keuntungan dengan memanfaatkan keunggulan ayam kampung, tetapi tidak memperhatikan pelanggaran bioetika. Oleh karena itu, isu bioetika yang berkaitan dengan pelestarian unggas lokal perlu diangkat.
Description
Keywords
Bioetika, ayam Kampung, flu burung, pelestarian.
Citation