Jurnal AgroSainta

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 5 of 65
  • Item
    Kajian Adopsi Inovasi Teknologi Budidaya Padi di Kabupaten Batanghari
    (Jurnal AgroSainTa, 2021-07-26) Irwanto, Irwanto; Kementerian Pertanian Republik Indonesia
    Pengkajian ini berkaitan dengan masalah seberapa besar persentase tingkat penerapan teknologi budidaya berkaitan dengan peningkatan produksi padi. Penelitian ini bertujuan untuk 1). Mengetahui tingkat adopsi inovasi teknologi budidaya padi, dan 2). Menganalisis hubungan adopsi inovasi teknologi budidaya dengan peningkatan produksi padi. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Batang Hari. Daerah penelitian diambil dengan mempertimbangkan bahwa Kabupaten Batang Hari merupakan salah satu kabupaten penghasil padi di Provinsi Jambi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dari petani dan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Batang Hari dan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Batang Hari. Untuk mengetahui penerapan teknologi budidaya padi menggunakan analisis deskriptif. Untuk menganalisis hubungan penerapan teknologi budidaya dengan peningkatan produksi padi digunakan uji statistik nonparametrik Pearson Correlation. Hasil penelitian menunjukkan penerapan teknologi budidaya rata-rata dengan kategori cukup baik. Pada hubungan penerapan teknologi budidaya dengan peningkatan produksi padi terdapat hubungan positif. Parameter yang perlu ditingkatkan dari penerapan teknologi yaitu penerapan pupuk organic, penerapan pupuk SP 36, Pupuk KCl, pengairan, dan penerapan panen. Demikian hasil analisis penerapan teknologi budidaya untuk menunjang peningkatan produksi padi.
  • Item
    Potensi Bakteri Enterobacter cloacaesebagai Biodegradator Herbisida Glifosat pada Media Tanah
    (Jurnal AgroSainTa, 2021-07-26) Tri Andriani, Lutfi; Kementerian Pertanian Republik Indonesia
    Bakteri pemacu pertumbuhan tanaman telah dikenal luas di kalangan masyarakat. Bakteri tersebut memiliki sebagai biostimulan, bioprotektan dan biofertilizer. Beberapa jenis dari bakteri pemacu pertumbuhan tanaman, memiliki kemampuan untuk tumbuh pada lingkungan ekstrim. Penggunaan herbisida kimiasangat tinggi. Penguraiannya dapat terjadi dengan cara penjerapan oleh partikel tanah, penguraian juga dapat dibantu oleh cahaya, air, dan mikroorganisme. Oleh karena itu, perlu pengujian tentang potensi bakteri pemacu pertumbuhan tanaman dalam mendegradasi herbisida kimia. Pangkajian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri Enterobacter cloacaedalam mendegradasi glifosat. Pengujian dilakukan pada sampel tanah yang ditambahkan glifosat dan isolat bakteri Enterobacter cloacaae yang merupakan anggota dari bakteri pemacu pertumbuhan tanaman yang dibandingkan dengan kontrol Selanjutnya, residu glifosat setelah perlakuan, diukur dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Hasil menunjukkan bahwa bakteri Enterobacter cloacae dapat mendegradasi glifosat. Hasil pengujian konsentrasi residu glifosat pada medium tanah yang telah diberikan perlakuan dengan penambahan bakteri Enterobacter cloacae dan Tanpa penambahan bakteri Enterobacter cloacae, yaitu pada perlakuan tanpa penambahan bakteri Enterobacter cloacae, kadar glyfosat yang diperoleh sebanyak 51, 4 ppm dan kadar Aminomethylphosponate (AMPA) sebanyak 4,66 ppm sampel. Sedangkan pada medium tanah dengan penambahan bakteri Enterobacter cloacae, yaitu pada kadar glyfosat sebanyak 0 ppmdan kadar Aminomethylphosponate (AMPA) sebanyak 12,8 ppm sampel.
  • Item
    Dampak Human Capital terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik di Kabupaten Bandung Barat
    (Jurnal AgroSainTa, 2021-07-26) Dewi Padmisari Suryaningrum, Rosros Rosdiantini; Kementerian Pertanian Republik Indonesia
    Petani berpendidikan formal rendah mampu meningkatkan modal manusianya (human capital)melalui pelatihan. Tujuan penelitian adalah membandingkan produksi, pendapatan usahatani antara petani alumni pelatihan dan petani non pelatihan, dan mengetahui pengaruhvariabel human capitaldan variabel lain terhadap produksi juga pendapatan usahatani petani paprika hidroponik. Responden penelitian terdiri dari 12 orang petani yang pernah mengikuti pelatihan (alumni) dan 72 orang petani non pelatihan sebagai pembanding. Analisis yang digunakan adalah Human Capital Analisisyang meliputi perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap dan penerapan materi pelatihan; Analisis Usahatani untuk membandingkan usahatani antara petani alumni pelatihan dan petani non pelatihan; R/CRatioAnalisis; dan Analisis Regresi Berganda (OLS)untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan usahatani paprika hidroponik. Hasil menunjukkan: (1) Human capital petani alumni pelatihan berkriteria tinggi, artinya human capitalpetani dapat ditingkatkan melalui pelatihan. Pelatihan dapat meningkatkan kompetensi petani dan materi yang dilatihkan secara umum dapat diterapkan oleh petani, (2) Produksi dan pendapatan petani alumni pelatihan lebih besar dan berbeda nyata daripada petani non pelatihan, (3) Usahatani paprika hidroponik layak diusahatanikan oleh kedua fihak petani, (4) R/C ratiopetani alumni pelatihan lebih besar dan berbeda nyata daripada petani non pelatihan, (5) Human capitalberpengaruh nyata terhadap produksi danpendapatan usahatani, (6) Human capitalpelatihan dan pengalaman; luasan green housedan jumlah pestisida, berpengaruh positif terhadap produksi, sedangkan umur petani berpengaruh negatif, (7) Human capitalpelatihan dan pengalaman; pendapatan dan luasan green house berpengaruh positif sedangkan umur petani; harga benih; harga pestisida, dan warna hasil panen paprika (hijau+merah+kuning) berpengaruh negatif terhadap pendapatan usahatani
  • Item
    Karakteristik Kimia dan Organoleptik Kerupuk Daging dengan Penambahan Tepung Tapioka dan Waktu Pengukusan Berbeda
    (Jurnal AgroSainTa, 2021-07-26) Wiwiek Yuniarti Costa, Fitri M Manihuruk; Kementerian Pertanian Republik Indonesia
    Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik kimia dan organoleptik kerupuk daging dengan interaksi perlakuan penambahan tepung tapioka dan waktu pengukusan yang berbeda. Penambahan tepung tapioka dengan komposisi berbeda (800 g, 1000 g dan 1200 g) dan lama waktu pengukusan berbeda (90 menit dan 120 menit) dilakukan pada pembuatan kerupuk daging. Kerupuk daging yang dihasilkan diamati karakteristik kimia (kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan karbohidrat) dan organoleptik (uji mutu hedonik pada warna dan kerenyahan serta uji hedonik pada rasa). Hasil analisis menunjukkan bahwa variasi penambahan tepung tapioka dan waktu pengukusan berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar abu, karbohidrat, rasa, warna dan kerenyahan kerupuk daging, namun tidak berpengaruh nyata pada kadar protein dan lemak kerupuk daging. Penambahan tepung tapioka mampu meningkatkan kadar air, kadar abu, kadar lemak, karbohidrat, rasa, warna dan kerenyahan kerupuk daging, sedangkan kadar protein kerupuk cenderung menurun. Waktu pengukusan yang semakin lama mampu meningkatkan kadar air, kadar lemak, rasa dan kerenyahan kerupuk daging, sedangkan kadar protein, kadar abu, karbohidrat dan warna cenderung menurun. Kerupuk daging dengan penambahan tepung tapioka 1200 g dan lama pengukusan 120 menit menghasilkan kerupuk dengan kandungan protein dan karbohidrat tertinggi serta rasa dengan nilai sangat suka, warna putih kekuningan dan nilai kerenyahan yang baik.
  • Item
    Penyembuhan Luka Pasca Kastrasi pada Kucing Jantan dengan Menggunakan Sediaan Propolis Cair
    (Jurnal AgroSainTa, 2021-07-26) Fera Aryanti, Farissa Romadhiyati; Kementerian Pertanian Republik Indonesia
    Propolis sejak jaman dahulu sudah digunakan untuk menyembuhkan luka karena mengandung arginin dan asam ferulat dimana kedua senyawa ini memacu pembentukan kolagen. Penelitian ini bertujuan untukmengidentifikasi tingkat keefektifan penyembuhan luka sayatan kastrasi pada kucing dengan menggunakan sediaan propolis cair yang banyak beredar di pasaran. Sebanyak 16 ekor kucing jantan dikastrasi dengan metode terbuka. Setelah itu kucing dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 sebanyak 12 ekor diberi pengobatan propolis cair 1 tetes sebanyak 2 kali pemberian yaitu sesaat setelah kastrasi dan hari ke-2 (H.2) setelah kastrasi. Kelompok 2 sebanyak 4 ekor kucing hanya diberi 1 kali propolis cair dengan jumlah yang sama sesaat setelah kastrasi. Proses persembuhan luka sayat kastrasi diamati selama 5 hari. Data yang telah didapat kemudian dianalisis secara deskriptif denganmembandingkan gambaran proses persembuhan luka sayatan operasi serta waktu proses kesembuhan. Dari kedua kelompok perlakuan ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan sampel menunjukkan penyembuhan luka sempurna pada hari ketiga (H.3) pasca kastrasi. Pemberian propolis cair yang dilakukan 1 kali sesaat setelah kastrasi ternyata mampu menunjukkan waktu persembuhan luka sayatan kastrasi yang sama dengan pemberian propolis cair yang dilakukan sebanyak 2 kali