Peningkatan Adopsi Teknologi dan Mutu Kakao di Provinsi Sumatera Barat

Abstract
Description
Sumatera Barat merupakan salah satu kawasan pengembangan kakao di wilayah barat Indonesia yang luasnya mencapai 150.319 ha, namun produktivitas dan mutunya masih rendah karena belum diadopsinya inovasi teknologi budi daya dan pascapanen kakao oleh petani. Salah satu strategi untuk meningkatkan adopsi teknologi inovasi teknologi budi daya dan pascapanen dapat dilakukan melalui berbagai media dan saluran komunikasi yang dikenal dengan spectrum diseminasi multi channel (SDMC). Tujuan penelitian adalah meningkatkan adopsi inovasi teknologi kakao dan mutu kakao oleh petani di Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan di dua kabupaten sentra produksi kakao, yaitu  Padang Pariaman dan Pasaman, Sumatera Barat, mulai bulan Maret sampai Desember 2013. Tahapan penelitian meliputi (1) survei awal (base line survey) untuk mengetahui tingkat adopsi inovasi dan kebutuhan inovasi teknologi budi daya, serta pascapanen kakao; (2) diseminasi inovasi teknologi menggunakan pola/model SDMC yang diawali dengan advokasi, pelatihan, penyebaran media cetak, demplot inovasi teknologi, dan temu lapang; serta (3) survei akhir untuk mengetahui peningkatan adopsi inovasi teknologi budi daya dan pascapanen kakao. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya adopsi teknologi petani kakao karena tingkat pendidikan dan pengalaman masih kurang. Inovasi teknologi budi daya dan mutu yang dibutuhkan oleh petani di kedua sentra produksi kakao di Sumatera Barat adalah pemangkasan, pemupukan, sambung samping, sanitasi kebun, pembuatan rorak, pengendalian hama penyakit, fermentasi, dan pengeringan biji kakao. Rata-rata peningkatan adopsi inovasi teknologi setelah diseminasi di Kabupaten Padang Pariaman dan Pasaman, masing-masing sebesar  45,54% dan 53,31%. Adopsi inovasi teknologi mutu kakao melalui fermentasi berdampak pada perbaikan mutu biji menjadi mutu kelas III-A dan memenuhi Standar Nasional Indonesia.
West Sumatra is one of the cacao plantation development areas in the western region of Indonesia coverages 150,319 ha.  However, its productivity and quality are low due to a little adoption of cacao culture techniques and quality by farmers. One of the strategies to accelerate and expand the adoption technology is utilization of multi-channel dissemination spectrum (MCDS). This research aimed to improve the adoption of cacao technology innovations and cacao quality by cacao farmers in West Sumatra.  The research was conducted at two centre cocoa areas, i.e. Padang Pariaman and Pasaman, from March until December 2013. The research activities consisted of (1) a base line survey to determine the adoption level of innovation and the need for cacao cultivation and post-harvest technology, (2) the dissemination of technology based on the MCDS model, initiated with advocacy, field school, distribution of printed media, setting up of demonstration plots of technology innovation, and a field day; and (3) the final survey to determine the effect of technology adoption on improvement of cacao quality. The results showed that a low technology adoption was associated with farmers’s education levels and experiences. The technology needed by cocoa farmers at both locations were pruning, fertilizing, side-grafting technology, developing small canals for plantation sanitation and water conservation, pest and disease control technology, fermentation and drying of cocoa beans. The average increase in the adoption of technology innovations in Padang Pariaman and Pasaman districts was 45.54% and 53.31%, respectively. The adoption of fermented cocoa beans technology increased cocoa quality tobecome a class III-A and complied with the Indonesian National Standard.
Keywords
Adopsi inovasi; kakao; sprectrum diseminasi multi channel, Cacao; innovation adoption; multi channel dissemination spectrum
Citation