ANALISIS KEBIJAKAN STRATEGIS DALAM MENDUKUNG SISTEM USAHATANI BERKELANJUTAN DI LAHAN PASANG SURUT SEBAKUNG KALIMANTAN TIMUR

Abstract
Description
Despite some existing problems, swampy areas in East Kalimantan are potential agricultural land. Oneof the problems is conflicting interest between the food crops farmers in the upstream and the brackish water fishgrowers in the downstream. The fish growers suspect that the water flows from upstream is contaminated withpesticides and sulfidic acid and it will be toxic to their ponds. Thus, they closed the primary canal flowing intothe ponds in the downstream. The results are destructive to both parties, namely flooding in the food crops fieldsin the upstream during the wet season and excessive inflow of salty water from the sea into the fish ponds in thedownstream. This assessment is aimed at investigating whether the food crops farming has negative impacts onthe brackish water fish growing. The results showed that closing of the drainage canal (Primer II) did not affectthe water acidity in the downstream. The negative impacts of the closing were bad drainage of the food cropsfields in the upstream and high salinity of the downstream fish ponds. Technically, if the Primer II canal wasopened it would function normally as a drainage canal and the supply of fresh water to the ponds. However,opening of the Primer II canal would raise protest of the fish growers because they kept assuming that water flowfrom the canal would be risky to the fish in the pond. The best option to take is widening and deepening bothbuilt alternative canals.Key words: policy analysis, sustainable agriculture, swampy areaMeskipun mempunyai banyak permasalahan, lahan pasang surut di Kalimantan Timur dapat dipandangsebagai sumberdaya pertanian yang potensial. Salah satu permasalahan yang memerlukan pemecahan segeraadalah konflik kepentingan antara petani tanaman pangan dengan petani tambak. Petani tambak menduga bahwalimpahan air dari usahatani pangan membawa racun pestisida dan pirit sehingga air bereaksi masam dan akanmeracuni ikan dalam tambak. Dugaan ini menyebabkan petani tambak menutup saluran primer (sungaiMaruwat) yang menuju ke areal tambak. Akibatnya, pada musim hujan terjadi banjir pada areal tanaman pangan,dan pada musim kemarau terjadi pemasukan air laut yang berlebihan di lahan tambak. Kondisi ini merugikankedua belah pihak, baik petani pangan maupun petani tambak. Pengkajian ini dilakukan untuk mengidentifikasiapakah benar usahatani tanaman pangan mempunyai dampak yang negatif terhadap budidaya ikan tambak. Hasilkajian menunjukkan bahwa penutupan saluran Primer-II tidak berpengaruh terhadap kemasaman air di bagianhilir. Dampak negatif dari penutupan saluran tersebut adalah buruknya sistem drainase pada lahan pangan dibagian hulu dan tingginya salinitas air tambak di bagian hilir. Secara teknis, saluran Primer-II akan berfungsisecara normal sebagai saluran drainase dan pemasok air tawar untuk tambak, apabila saluran tersebut dibukakembali. Namun langkah ini dapat menimbulkan gejolak di kalangan petani tambak, karena mereka masihberpendapat bahwa aliran air dari saluran Primer-II membahayakan ikan di tambak. Oleh karena itu, langkahyang paling strategis adalah memperlebar dan memperdalam dua saluran alternatif yang sudah dibangun.Kata kunci : analisis kebijakan, usahatani berkelanjutan, lahan pasang surut
Keywords
Citation