Browsing by Author "Sudirman Umar, Trip Alihamsyah (Balittra)"
Now showing 1 - 12 of 12
Results Per Page
Sort Options
- ItemMEKANISASI PERTANIAN DI LAHAN RAWA PASANG SURUT(IAARD Press, 2014-11) Sudirman Umar, Trip Alihamsyah (Balittra)Mekanisasi pertanian telah diintroduksikan secara intensif sejak tahun 1980~an, namun pengembangannya masih sangat lamb an (Akbar et al., 2007). Hambatan utama pengembangan mekanisasi pertanian di Indonesia adalah kesesuaian alat dan kondisi masyarakat yang masih belum siap menerima teknologi, baik aspek teknis, sosial ekonomi dan budaya. Mekanisasi pertanian bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian, efisiensi (waktu, tenaga dan biaya), dan kesempatan kerja. Kebutuhan tenaga kerja dalam usaha pertanian sangat besar terutama pada kegiatan pengolahan tanah, tanam dan panen. Penggunaan alsintan dalam kegiatan di atas dapat diselesaikan dengan efisien dan efektif sehingga tenaga kerja manusia dapat dialokasikan untuk pekerjaan lain. Pada kondisi dimana sumber tenaga kerja manusia di sektor pertanian makin berkurang dan tenaga hewan sangat terbatas, maka peran alsintan sangat membantu, misalnya dalam pengolahan tanah.
- ItemMEKANISASI PERTANIAN UNTUK PRODUKSI PADI DI LAHAN RAWA PASANG SURUT(IAARD Press, 2014-11) Sudirman Umar, Trip Alihamsyah (Balittra)Lahan rawa pasang surut memiliki potensi cukup besar sebagai sumber pertumbuhan produksi padi nasional. Namun berbeda dengan agroekosistem lahan basah lainnya, seperti sawah irigasi atau tadah hujan, pengembangan budi daya di lahan pasang surut, khususnya dalam aspek mekanisasi pertanian menghadapi berbagai kendala baik teknis, sosial ekonomi, maupun budaya sehingga memerlukan penyesuaian baik bentuk alat dan mesin yang sesuai maupun cara operasionalnya di lapangan. Buku ini merupakan rangkuman hasil penelitian dan pengalaman dalam aspek mekanisasi pertanian di lahan rawa pasang surut yang menunjukkan bahwa penggunaan alsintan telah mampu berperan bukan hanya untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani, tetapi juga dapat menekan kehilangan hasil dan memperbaiki mutu hasil sekaligus meningkatkan nilai tambah. Buku ini mengemukakan mekanisasi pertanian melalui penerapan alat dan mesin pertanian dalam budidaya dan pengolahan hasil padi di lahan rawa pasang surut yang disusun dalam dua belas bab.
- ItemPEMANENAN(IAARD Press, 2014-11) Sudirman Umar, Trip Alihamsyah (Balittra)Waktu panen merupakan waktu kritis karena apabila dilakukan terlambat maka kualitas maupun kuantitas hasil akan berkurang. Padi sebagai tanaman yang dibudidayakan dengan sistim tanam serentak, apabila tiba waktu panen, akan membutuhkan tenaga kerja yang sangat banyak agar panen dapat diselesaikan tepat waktu. Kebutuhan tenaga kerja yang besar pada saat panen inimenjadi masalah pada daerah-daerah seperti di wilayah pasang surut. Oleh karena itu, diperlukan cara dan kapasitas kerja yang tinggi sehingga efisien dengan menggunakan mesin panen. Keuntungan penggunaan mesin panen antara lain lebih efisien dan biaya panen dapat lebih rendah dibanding cara tradisional.
- ItemPEMBERSIHAN DAN PENGERINGAN PADI(IAARD Press, 2014-11) Sudirman Umar, Trip Alihamsyah (Balittra)Pembersihan hasil padi (winnowing) adalah proses pemisahan gabah dari kotoran berupa potongan jerami, gabah hampa dan benda asing ringan lainnya yang akan mengganggu benih/gabah saat disimpan. Pembersihan gabah selain bertujuan untuk menghilangkan butir hampa, kotoran dan benda asing lainnya juga mempertinggi nilai jual per satuan bobot, mempertinggi efisiensi pengeringan dan pengolahan hasil serta akan memperpanjang daya simpan (menekan serangan hama gudang). Berbagai kotoran yang biasanya terikut pada hasil perontokan antara lain potongan tangkai padi (merang), gabah hampa, tanah, pasir, potongan malai, potongan daun atau bagian tanaman lainnya. Proses pembersihan padi dapat dilakukan sebelum atau sesudah proses pengeringan. Proses pembersihan gabah dilakukan bila proses perontokan padi menggunakan thresher atau gebot. Pembersihan juga akan meningkatkan mutu beras dari penggilingan. Pembersihan gabah dari kotoran/ limbah dapat dilakukan dengan cara menghembuskan angin ke tumpukan gabah, ditampi, diayak dengan menggunakan blower manual (blower yang digerakkan dengan tangan) atau dengan "seed cleaner" (mesin pembersih). Butir gabah bersih dapat dihargai lebih tinggi dibandingkan gabah kotor. Agar gabah kering yang siap dipacking (dikemas) kualitasnya lebih baik, maka gabah hasil pengeringan sebaiknya dibersihkan lagi. Saat pengeringan terjadi pengelupasan kulit atau limbah yang masih ada ikut terbawa. Pembersihan lanjutan sebaiknya dilakukan dengan cara ditampi (kalau jumlah gabah tidak terlalu banyak), atau menggunakan "Winnower" (alat pembersih gabah yang dijalankan tenaga manusia) jika jumlah gabah banyak.
- ItemPEMELIHARAAN TANAMAN(IAARD Press, 2014-11) Sudirman Umar, Trip Alihamsyah (Balittra)Penurunan produksi padi seeara nasional sebagai akibat gangguan gulma berkisar 15%-42% (Pitoyo, 2006). Pengendalian gulma masih banyak dilakukan dengan eara tradisional sehingga banyak memerlukan tenaga kerja dan biaya tinggi. Penyiangan tanaman padi di lahan rawa pasang surut dengan tenaga manusia memerlukan 20-25 HOKlha dan ditambah 2 HOK*) untuk penyemprotan herbisida (Umar dan Noor, 2006; Umar dan Indrayati, 2013). Penyiangan seeara mekanis dengan alat bantu seperti gasrok dan landak di beberapa daerah di lahan rawa pasang surut tidak banyak digunakan, selain itu kapasitasnya masih rendah, yaitu 40-50 HOKlha (Pitoyo, 2006)
- ItemPENANAMAN(IAARD Press, 2014-11) Sudirman Umar, Trip Alihamsyah (Balittra)Penanaman padi di lahan rawa pasang surut bisa dilakukan dengan tiga cara, yaitu : (1) penanaman benih langsung kondisi lahan kering, (2) penanaman benih langsung kondisi lahan basah, dan (3) penanaman bibit padi dengan sistem tanam pindah. Sistem tanam benih langsung kondisi kering adalah penanaman benih yang dilakukan secara tugal di lahan tegalan atau larik tidak melalui proses pembibitan (persemaian). Sistem tanam ini dapat menggunakan tugal ataupun dengan alsin seperti rolling injection planter atau alat tanam benih larik. Penanaman benih langsung kondisi kering adalah sistem penanaman secara sebar (sonor) atau larik yang menggunakan alat seperti atabela. Sedangkan sistem tanam pindah mrupakan sistem tanam yang menggunakan bibit padi melalui proses persemaian.
- ItemPENGELOLAAN AIR(IAARD Press, 2014-11) Sudirman Umar, Trip Alihamsyah (Balittra)Lahan rawa pasang surut sebagaimana dikemukakan pada uraian sebelumnya sangat dipengaruhi oleh rezim air. Berbeda dengan lahan sawah irigasi yang genangan aimya dapat diatur, maka di lahan sawah pasang surut tinggi muka air sangat dipengaruhi oleh gerakan pasang sehingga usaha budidaya padi atau tanaman lainnya menyesuaikan atau mengikuti pola luapan air pasang karena saat ini pengaturan muka air belum sepenuhnya dapat dikuasai. Namun demikian, gerakan pasang surut tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengairan, pencucian zat-zat beracun yang terakumulasi ill zona perakaran tanaman, pencegahan oksidasi terhadap lapisan pirit (Suryadi et al., 2010).
- ItemPenggilingan Padi(IAARD Press, 2014-11) Sudirman Umar, Trip Alihamsyah (Balittra)Gabah yang telah matang dipanen pada tingkat kadar air sekitar 22% sampai 25% basis basah. Gabah dengan kadar air diatas 22% tidak dapat langsung digiling karena kulitnya masih belum kering benar dan apabila dilakukan penggilingan kulit gabah sulit pecah dan terkupas. Oleh karena itu gabah perlu dikeringkan hingga kadar aimya berkisar 14% basis basah, yang biasanya dilakukan melalui proses penjemuran (GambarlO.5). Pengeringan juga dapat dilakukan menggunakan berbagai tipe alat pengering mekanis yang biasanya dioperasikan oleh penggilingan padi berskala besar.
- ItemPENYIAPAN LAHAN(IAARD Press, 2014-11) Sudirman Umar, Trip Alihamsyah (Balittra)Pernyiapan lahan merupakan kegiatan untuk mengondisikan lahan agar menjadi lebih cocok untuk pertumbuhan tanaman yang baik. Tujuannya adalah untuk menjadikan lahan usaha tani menjadi lahan yang kondusifuntuk budidaya tanaman. Seringkali penyiapan lahan diawali dengan membabat tanaman kemudian membakar vegetasi yang ada pada lahan kosong bertujuan mengusir binatang buas atau ular. Selain membersihkan tanaman perdu! rumput-rumputan, penyiapan lahan diikuti pembakaran. Penyiapan dengan sistem bakar ini dapat merusak tanah khususnya bahan-bahan organik tanah serta mengurangi potensi lahan.
- ItemPENYIMPANAN GABAH(IAARD Press, 2014-11) Sudirman Umar, Trip Alihamsyah (Balittra)Penyimpanan gabah atau beras harus memperhatikan beberapa hal, yakni mencegah gabah atau beras dari pengaruh sinar matahari langsung, hujan dan kelembaban serta suhu ruang yang stabil. Apabila terjadi perubahan suhu yang ekstrim dalam ruang penyimpanan maka mikro-organisme akan tumbuh sehingga menurunkan kualitas gabah atau beras. Suhu, kelembaban relatif udara, kadar air dan kebersihan bahan adalah faktor yang sangat menentukan keberhasilan penyimpanan. Kadar air yang aman untuk menyimpan gabah sekitar 13%-14%, karena pada keadaan tersebut pertumbuhan serangga dan mikroorganisme dapat ditekan sehingga gabah dapat bertahan sampai 6 bulan. Apabila terjadi perubahan suhu ruang secara tiba-tiba akan menyebabkan kerusakan fisiologis yang berpengaruh terhadap fisik gabah. Gabah yang disimpan dengan kadar air >14% mudah terserang jamur dan bakteri sedangkan gabah yang disimpan dengan kondisi kurang bersih akan mudah diserang hama gudang.
- ItemPerontokan(IAARD Press, 2014-11) Sudirman Umar, Trip Alihamsyah (Balittra)Perontokan adalah salah satu tahap dalam kegiatan pascapanen, yaitu berupa pemisahan gabah dari tangkai malainya. Pada dasamya tahap perontokan perlu dilakukan untuk menghindari penurunan kualitas. Jangan menunda perontokan padi setelah dipanen, karena perontokan lebih dari satu malam akan mengakibatkan gabah akan berwama hitam. Keterlambatan perontokan berpotensi menyebabkan tingginya kehilangan hasil dan menurunnya kualitas gabah yang dihasilkan.
- ItemPOTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN LAHAN RAWA PASANG SURUT(IAARD Press, 2014-11) Sudirman Umar, Trip Alihamsyah (Balittra)Lahan rawa pasang surut merupakan salah satu agro-ekosistem yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian. Akhirakhir ini lahan rawa pasang surut menjadi sorotan publik untuk mendukung swasembada pangan di Indonesia dan sebagai pengganti lahan-lahan sawah di pulau Jawa yang mengalami konversi dan fragmentasi. Menurut Alihamsyah danAnanto (1998) lahan rawa pasang surut sangat strategis untuk mengimbangi penciutan lahan produktifyang telah menjadi lahan-Iahan nonpertanian dalam meraih swasembada pangan khususnya beras dan diversifikasi produksi. Berdasarkan hasil perhitungan secara spasial menggunakan peta tanah tinjau dengan kriteria lahan rawa seperti disebutkan sebelurnnya, luas lahan rawa di Indonesia adalah ± 34,93 juta hektar atau 18,28% dari luas total daratan Indonesia, tersebar di Sumatera ± 12,93 juta hektar, Jawa ± 0,90 juta hektar, Kalimantan ±10,02 juta hektar, Sulawesi ± 1,05 juta hektar, Maluku dan Maluku Utara ± 0,16 juta hektar, dan Papua ± 9,87 juta hektar. Lahan rawa lebak seluruhnya 11,64 juta hektar yang sebagian besar di dataran rendah, kecuali di Sumatera sekitar 0,03 juta hektar. Sedangkan lahan rawa gambut adalah sekitar 14,93 juta hektar (BBSDLP, 2014).