Swasembada Kedelai: Antara Harapan dan Kenyataan

No Thumbnail Available
Date
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Abstract
Description
EnglishThis paper aims to describe the state of production and consumption of soybean, the use of technology by farmers, and the factors supporting self-sufficiency in soybean. The main problem of the soybean economy is the difficulty to boost production to meet the fast growing consumption.  Stagnation of soybean production is due to incompletely technology applications and the use of low quality seeds leaving a low level of productivity.  The current price of the locally produced soybean  is not able to compete with the imported soybean.  The factors supporting self-sufficiency are the invention of high yield seed variety and better cultivation technology which necessary to transfer to the farmers to achieve the same level of productivity as that in research level.  However, invention of high yield seed needs an improvement of seeds supply system, both in terms of production and distribution.  In this context, Indonesia has huge marginal land for extensification to increase soybean production, although technology engineering for this purpose is required.  The other important supporting factor is the import tariff application for soybean with bound rate of 27 percent, although this is not currently applicable. Indonesia has a potential crop to substitute soybean.  However, efforts to promote the consumption of this alternative crop substitution are required to gradually replace soybean in the Indonesian diet.IndonesianTulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan produksi dan konsumsi  komoditas kedelai, penggunaan teknologi oleh petani, serta faktor-faktor pendukung swasembada.  Permasalahan utama dalam ekonomi kedelai adalah sulitnya memacu produksi untuk memenuhi konsumsi yang meningkat dengan pesat.  Terhambatnya produksi kedelai disebabkan antara lain karena teknologi tidak digunakan sepenuhnya dan kurangnya penggunaan benih bermutu, yang menyebabkan produktivitasnya tetap rendah.  Dengan harga yang berlaku saat ini, kedelai produksi lokal tidak mampu bersaing dengan kedelai impor. Faktor-faktor yang mendukung swasembada adalah dihasilkannya varietas kedelai yang memiliki produktivitas tinggi dan teknologi budidaya yang lebih baik, untuk ditransfer ke petani agar dapat menyamai produktivitas di tingkat penelitian.  Namun demikian ditemukannya varietas unggul perlu didukung oleh perbaikan sistem penyediaan benih bermutu, baik dari sisi produksi maupun distribusinya.  Indonesia juga memiliki lahan yang cukup luas untuk meningkatkan produksi kedelai di lahan marjinal, walaupun memerlukan rekayasa teknologi.  Faktor berikutnya yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung swasembada kedelai adalah penerapan bea masuk impor yang saat ini masih diperkenankan sampai batas 27 persen, namun saat ini tidak dimanfaatkan.  Selain itu, Indonesia juga memiliki komoditas substitusi yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pengganti kedelai.  Diperlukan promosi diversifikasi substitusi kedelai agar secara bertahap komoditas alternatif tersebut dapat menggantikan kedelai dalam konsumsi rakyat Indonesia.
Keywords
soybean; self-sufficiency; technology; farming; land; kedelai; swasembada; teknologi; usahatani; lahan
Citation