PENGELOLAAN LAHAN PASANG SURUT UNTUK TANAMAN JERUK PENGETAHUAN LOKAL PETANI

Abstract
Secara tradisional tanaman jeruk di lahan rawa pasang surut telah diusahakan petani sejak ratusan tahun yang lalu. Pola tradisonal yang telah lama dikembangkan petani terse but perlu dipelajari untuk membuka wawasan yang dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mendayagunakan lahan rawa pasang surut sacara baik dan lestari. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan lokal petani dalam mengelola lahan pasang surut untuk pertanaman jeruk. Penelitian dilaksanakan pada 5 desa sentra produksi jeruk (Karang Buah, Simpang Arja, Sungai Kambat, Gudang Hirar.g dan Tandipah) di Kalimantan Selatan pad a tahun 2005. Pengumpulan data dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara mendalam serta survei terhadap 20 orang petani perdesa. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan mendiskripsikan secara fungsional kemudian melakukan penafsiran terhadap fenomena-fenomena yang ditemukan, serta menggunakan rataan untuk data survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara tradisonal pemilihan lokasi untuk penanaman jeruk ditentukan oleh jarak dari sungai besar, kondisi air baik (layak diminum), tanah (berliat dengan ciri ada tanah kepala/mata cacingan) dan vegetasi (pipisangan berduri dan kelapa). Penataan lahan dimulai dengan pencetakan sawah baru setelah 3-5 tahun terjadi suksesi dengan sistem surjan dengan okupasi areal yang bervariasi antara lokasi penelitian. Pola tanam umumnya padi+jeruk, padi+jeruk+sayuran, padi+jeruk+pisang dan jeruk monokultur. Bibit jeruk yang ditanam berasal dari cangkokan dan okulasi dengan umur bibit 1,5-2 bulan. Pemeliharaan dilakukan dengan pemberian pupuk urea dan TSP, penyiangan serta peliburan (pembubunan) yang dilakukan 2-3 kali setahun. Umur tanaman berproduksi setelah berumur 4-5 tahun, musim panen (raya) pada bulan Agustus-September. Peliburan pada sebelum atau menjelang buah matang dipohon, dapat menunda waktu panen sampai I bulan, agar panennya tidak bersamaan dengan yang lainnya. Rasa manis buah sangat di pengaruhi oleh ketersedian dan kualitas air dan juga pemberian gula aren pada saat tanaman berbunga. Tanggapan petani terhadap teknologi budidaya jeruk dari segi penataan lahan adalah dengan komposisi sawah/tabukan dan guludan adalah 2:2, jarak tanam jeruk 5 m, melakukan peliburan 2-3 kali setahun, memupuk 2 kali setahun, pemangkasan cabang 2 kali setahun, perlunya melakukan penjarangan buah agar kualitas/ besarnya buah didapat dengan ukuran klas A dan B. Ada kepercayaan dan fenomena alam yang berkaitan dengan pengelolaan jeruk seperti melakukan perhitungan hari pada waktu bertanam, melukai batang pohonnya pada tanaman yang tidak berbuah agar berbuah dan jika tahun ini kemarau panjang, maka pertanda pertanaman jeruk pad a tahun berikutnya akan berbuah lebat.
Description
Keywords
PENGELOLAAN LAHAN PASANG SURUT UNTUK TANAMAN JERUK PENGETAHUAN LOKAL PETANI
Citation
Collections