Pengendalian Terpadu Busuk Pangkal Batang Lada
No Thumbnail Available
Date
2015-11-19
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Puslitbang Perkebunan
Abstract
Description
ABSTRAKLada (Piper nigrum L) merupakan komoditi rempah yang penting untuk meningkatkan pendapatan petani di Indonesia. Daerah pusat pengembangan lada, banyak terdapat di Lampung, Bangka dan akhir-akhir ini berkembang di Kalimantan. Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora capsici merupakan kendala dalam budidaya lada di Indonesia. Penyakit ini telah tersebar luas hampir di semua pertanaman lada di Indonesia. Naskah ini menguraikan kemajuan penelitian dan pengalaman di lapang terhadap usaha pengendalian BPB. Pengendalian yang lazim dilakukan oleh petani adalah menggunakan fungisida sintetik. Pengendalian dengan cara kimia sering dilakukan saat harga lada tinggi, dan sebaliknya petani tidak memelihara kebunnya dengan baik saat harga lada turun. Akibatnya, BPB menjadi masalah yang serius pada banyak pertanaman lada untuk saat ini. P. capsici mempunyai spora yang dapat bergerak dan berenang secara aktif pada lapisan air yang terdapat pada tanah. Hal tersebut membuat Phytophthora mudah tersebar melalui tanah yang terkontaminasi, bagian tanaman yang terserang atau terbawa oleh aliran air yang ada dipermukaan tanah. Phytophthora asal lada mempunyai dua tipe kawin, yaitu A1 dan A2 yang memungkinkan mereka untuk melakukan reproduksi secara seksual di daerah-daerah dimana kedua tipe kawin tersebut ada. Hasil perkawinan seksual memungkinkan Phytophthora lada menghasilkan turunan yang lebih ganas daripada induknya yang sudah ada. Usaha untuk mengembangkan komponen teknologi pengendalian telah dilakukan dengan mengedepankan pengendalian BPB yang ramah lingkungan, murah dan dapat dilakukan oleh petani lada. Komponen teknologi yang telah dikembangkan meliputi kultur teknis, aplikasi agen hayati dan kimia apabila terjadi ledakan serangan, serta usaha untuk menciptakan tanaman tahan. Memadukan komponen teknologi tersebut tidak dapat memusnahkan semua P. capsici yang ada di dalam tanah, tetapi mampu menekan perkembangan dan penyebarannya apabila dilakukan secara baik dan benar, sehingga kehilangan hasil dapat ditekan dan penggunaan fungisida dapat diminimalkan. Saran implementasi IPM meliputi peningkatan keragaan vigor tanaman dengan menerapkan budidaya anjuran,menekan perkembangan populasi P. capsici melalui aplikasi agen hayati, seperti Trichoderma; sedangkan pemakaian fungisida hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir kalau perkembangan penyakit semakin serius, serta peningkatan pengetahuan petani melalui berbagai pelatihan teknis, Untuk memaksimalkan implementasi IPM memerlukan keterlibatan secara aktif semua pihak terkait, termasuk petani, departemen terkait, dan peneliti.Kata kunci: Busuk pangkal batang, lada, IPM, Phytophthora, Piper nigrum ABSTRACTIntegrated Control of Foot Rot Disease of Black PepperBlack pepper (Piper nigrum) is important crop for increasing farmer income in Indonesia. Traditional pepper planting areas are Lampung and Bangka-Belitung provinces, as well as new planting areas in Kalimantan provinces. Foot rot disease caused by Phytophthora capsici is the main constraint in pepper cultivations in these areas. The disease is widely distributed in almost all pepper cultivations. This paper describes information on the research progresses on foot rot disease control methods and field experiences on controlling the disease on black pepper. Control method of the foot rot disease by farmers is commonly using synthetic fungicides. This practice was only applied when the price of pepper is high. Otherwise, farmers only applied minimal cultivation practices. As the result, the foot rot disease becomes more serious problem on pepper plantations throughout Indonesia. Spores of P. capsici is actively swiming on water film, therefore, the fungus is easily disseminates through contaminated soil, diseased planting materials or running water of soil surface. The fungus has two mating types, A1 and A2 that makes sexual reproduction possible in some areas where both mating types exist. The sexual reproduction may produce progenies that are more virulent than their parents. Therefore, it is important to minimize distribution of planting materials contaminated with the different matting types into a certain location to prevent new strain of P. capsici. Attempts to control the disease have been conducted with focusing on technologies that is eco-friendly, cheap and simple (easy to be handled and adopted by farmers). The eco-friendly technologies included improving cultural practices, application of biological control agents, and fungicide is applied when necessary. An initial effort to find resistant or tolerant black pepper varieties had also been studied. Integrated pest management (IPM) by combining those available technologies will not eradicate P. capsici totally, but it will reduce the population of the fungus to a certain level that lessens the damage or yield lost. Implementation of the IPM includes increasing plants vigor through conducting proper planting activities followed by suppressing of fungal population through incorporating of biological control agent, such as Trichoderma; while fungicide application is the last resort, as well as improving farmers knowledge various technical trainings. To maximize the IPM implementation by farmers, it requires active participation from all involved stakeholders, government official services and researchers.Keywords: Foot rot disease, black pepper, Phytophthora, Piper nigrum, IPM