Kelayakan Usahatani dan Pengolahan Garut di Jawa Timur

No Thumbnail Available
Date
2002
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Abstract
Description
Sentra produksi garut di Jawa Timur terbesar di Kabupaten Malang, Blitar dan Ngawi, diusahakan dengan penambangan dan jika dibudidayakan dilakukan secara sederhana.Garut bukan merupakan penghasil utama petani, diusahakan oleh angkatan kerja muda untuk mengisi lapangan kerja. Luasan pengusahaan tanaman garut rata-rata 0,86 ha, sebagian besar diusahakan di pekarangan dan lahan Perhutani. Panen rimpang untuk keperluan pembuatan tepung dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober, pada saat tanaman berumur 9 sampai 10 bulan dengan cara digarpu. Pada tingkat produktivitas sebesar 10 ton, diperoleh pendapatan bersih Rp. 731.000,- dan B/C rasion 1, 57 per o,5 ha, dari kriteria ini usahatani garut layak secara finansial untuk diusahakan. Rimpang garut yang digunakkan untuk bahan baku emping dipanen pada saat umur 6 sampai 7 bulan, dipanen pada saat musim kemarau antar bulan Maret sampai Mei. Setiap 50 kg bahan baku diperoleh pendapatan kotor sebesar Rp. 56.250,- dengan B/C rasio 1,19. Setiap kluarga tani mampu mengolah sebanyak 200 kg rimpang per bulan, sehingga industri ini mampu menyumabngkan Rp.142.112,-/bulan setara dengan 56 kg beras. Penciptaan teknologi budidaya, penyimpangan rimpang dan penyimpangan emping yang baik perlu dilakukan, sehingga rimpang sebagai bahan baku emping dan pati, serta pemasaran emping dan pati garut dapat dilakukan sepanjang tahu.
Keywords
Citation