Pengaruh Kondisi Ketinggian Tempat Terhadap Produksi dan Mutu Tembakau Temanggung

Abstract
Description
Tembakau temanggung banyak dibudidayakan pada daerah pegunungan, terutama di lereng Gunung Sum-bing dan Gunung Sindoro. Untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap produksi dan mutu tem-bakau temanggung maka dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap pro-duksi dan mutu tembakau temanggung. Percobaan pot dilakukan di Kabupaten Temanggung-Jawa Tengah, pada bulan Maret–Agustus 2008 dengan 3 perlakuan lokasi tumbuh yang mempunyai perbedaan elevasi tempat, yakni (1) Desa Tlilir berelevasi 1395 m dpl, (2) Desa Wonotirto berelevasi 1245 m dpl, dan (3) Desa Sunggingsari berelevasi 880 m dpl dengan media tanah yang sama (seri Wonotirto). Perlakuan disusun da-lam rancangan tersarang dengan 9 ulangan, dimana ulangan tersarang dalam perlakuan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa lokasi tumbuh mempengaruhi produksi dan kadar nikotin tembakau yang dihasilkan. Produksi rajangan kering tertinggi (28,3 g/tanaman) diperoleh dari tembakau yang ditanam di Desa Wono-tirto sedangkan kadar nikotin tertinggi (6,24%) diperoleh Desa Tlilir. Perbedaan lokasi tumbuh diikuti oleh perbedaan unsur-unsur lingkungan (temperatur udara, kelembapan udara relatif, curah hujan, dan jumlah hari hujan) selama masa hidup tanaman. Unsur lingkungan yang mempengaruhi produksi adalah temperatur udara, kelembapan relatif, curah hujan, dan jumlah hari hujan. Adapun unsur lingkungan yang mempenga-ruhi kadar nikotin adalah elevasi tempat, temperatur udara, dan kelembapan relatif. Temanggung tobacco is cultivated in highly areas, especially at Sumbing and Sindoro mountainside. To de-termine the effect of land elevation on yield and quality of temanggung tobacco, experiment had been con-ducted at different land elevation. Pot experiment was conducted in the Temanggung Regency-Central Java, on March–August 2008 with 3 treatments of growth location which has different site altitude, that is (1) Tlilir with site altitude 1395 m above sea level (asl), (2) Wonotirto with site altitude 1245 m asl, and (3) Sung-gingsari with site altitude 880 m asl with the same soil (Wonotirto series). The treatments were arranged in nested design with nine replications, which the replications were nested in the treatment. Result showed that growth location affect on yield and nicotine content. The highest production of dried sliced (28.3 g/ plant) was obtained in Wonotirto while the highest nicotine content (6.24%) was obtained in Tlilir. Differences in growth location followed by the difference of the environmental elements (air temperature, relative humi-dity, rainfall, and number of rainy days) during the lifetime of the plant. Environmental element that affect the production is the air temperature, relative humidity, rainfall, and number of rainy days. The environmen-tal elements that affect the nicotine content is the site altitude, air temperature, and relative humidity.
Keywords
Tembakau, Nicotiana tabacum; ketinggian tempat; produksi; mutu , Tobacco, Nicotiana tabacum; land elevation; production; quality
Citation