Transformasi Sistem Produksi Pertanian dan Struktur Agraria Serta Implikasinya terhadap Diferensiasi Sosial dalam Komunitas Petani (Studi Kasus Pada Empat Komunitas Petani Kakao di Provinsi Sulawesi Tengah dan Nangroe Aceh Darussalam)

Abstract
Description
EnglishThis research analyses about how and how far the transformation of agricultural production system and agrarian structure within cacao-base peasant community imply to social differentiation. The research uses a “multiple case study” approach in four cocoa peasant communities, i.e.: two communities in Central Sulawesi and the other two in Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). The result shows that capitalism enters the communities by ‘permeating’ (not eliminating) through various new activities, and then produced  a ‘transitional’ agricultural production system.. Nevertheless, a persistence of moral-traditional social relation of production (particularly takes form as ‘temporary holding’), has resulted in a social differentiation in peasant community called as ‘unequal-stratification’ of social structure of peasant community. This social structure is differentiated in many layers from a single status layer (land owners, tillers, and labor) to combination of layers (of those three statuses). Moreover, this emerging social structure is also accompanied by a further inequality in agrarian resource ownership.   IndonesianPenelitian ini bertujuan untuk “menganalisis bagaimana dan sejauh mana trans-formasi sistem produksi pertanian dan struktur agraria terjadi dalam komunitas petani yang mengusahakan tanaman “komersial” kakao serta sejauh mana implikasinya terhadap struktur sosial komunitas petani tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam komunitas petani kakao telah terjadi transformasi sistem produksi pertanian dari perladangan berpindah ke pertanian menetap dan proses tersebut telah mempercepat transformasi struktur agraria. Namun demikian, masih kuatnya hubungan sosial produksi yang berpijak pada ikatan moral tradisional (terutama ikatan kekerabatan, pola pewarisan, dan solidaritas lokal untuk menjaga kebutuhan minimum warga se-komunitas) turut mempertahankan penerapan pola “penguasaan sementara”, khsusnya melalui pola “bagi hasil”. Oleh sebab itu, meskipun mekanisme penguasaan sumberdaya agraria yang memberi jalan pada proses polarisasi dan stratifikasi berlangsung secara bersamaan, tetapi bentuk struktur sosial komunitas petani kakao yang muncul memiliki tipe “stratifikasi” yang disertai dengan luas pemilikan sumberdaya agraria yang mulai timpang.
Keywords
Citation