Analisis Agribisnis Ayam Buras Melalui Pendekatan Fungsi Keuntungan Multi Output Kasus Jawa Timur

Abstract
Description
EnglishThe native chicken population in Indonesia was about 250 million which are mainly managed as a minor business of households. The native chicken industry developed slowly compared to the industry using advanced breeds of chicken. However, native chicken farming is economically resourceful and has good prospect, to be developed as an agribusiness for employement creation and profitable income. In some areas native chicken farms are managed intensively. The key issues in this research are whether intensive native chicken businesses are profitable and whether they are a part of an integrated agribusiness system. The general objective of this study is to provide insight on agribusiness of the native chicken. The study focused upon factors affecting profitability of intensive and semi-intensive business. The 95 respondents were selected among the population of the native chicken businesses in East Java. Regression function analysis of multi-output profit was applied. The results of this study indicated that the intensive native chicken business was significantly more profitable than the semi-intensive one. Factors affecting the profitability of this business included price of egg, meat, day old chick, feed, level of investment for layers, and for broilers, and each having regression coefficients of 1.2344, 0.3413, -0,0470, -0,0529, 1,6563 and 0,9735 respectively. The native chicken business can be recommended as a profitable business. In order to meet this purpose some improvements are needed: The producers must make a clear choice whether to produce layers or broilers, and decide to increase firm business scale to integrate in a business system.IndonesianIndonesia mempunyai populasi ayam buras yang diperkirakan 250 juta ekor, yang sebagian besar tidak dikelola sebagai suatu agribisnis. Namun demikian ternak ayam buras ini sangat lambat berkembang menjadi industri agribisnis seperti ayam ras. Ternak ayam buras merupakan sumberdaya ekonomi yang mungkin dapat dikembangkan menjadi agribisnis untuk menampung kesempatan kerja dan sumber pendapatan yang menguntungkan. Pada kenyataannya, pada beberapa daerah sudah terdapat peternak-peternak yang mengusahakan ayam buras secara intensif. Pertanyaan kunci dalam penelitian ini adalah apakah pemeliharaan ayam buras secara intensif menguntungkan dan seberapa jauh keterpaduan sistem agribisnis dalam pengusahaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari masalah agribisnis ayam buras dengan titik fokus permasalahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan agribisnis ayam buras. lvletode yang digunakan adalah pendekatan fungsi regresi Keuntungan Multi output. Pemilihan peternak sebagai responden dilakukan secara acak sederhana. Penelitian dilakukan di Jawa Timur dengan sampel peternak sebanyak 95 orang. Hasil penelitian memperlihatkan tingkat keuntungan agribinis ayam buras sistem pemeliharaan intensif lebih tinggi dibandingkan sistem pemeliharaan semi intensif. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan agribisnis ayam buras adalah harga telur, harga daging, harga bibit, harga pakan, investasi petelur dan investasi pedaging masing-masing dengan nilai koefisien -1,2344, 0,3413, -0,0470, -0,0529, 1,6563, dan 0,9735. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah agrisbinis ayam buras dapat disarankan sebagai satu usaha yang menguntungkan. Perubahan-perubahan yang perlu dilakukan adalah peternak harus memilih tujuan usaha antara telur dan daging secara terpisah, meningkatkan skala usaha dan terintegrasi.
Keywords
Citation