Analysis of Agroecology and The Requirement of Supplemental Irrigation on Cacao Plants in Lampung

Abstract
Description
One of the factors that affect the productivity of cacao plants is water availability. Water deficit will negatively affect the development of cacao flowers and beans. Water stress is reported as one of the causes of low productivity on plantation crops in Lampung Province. The study was aimed to analyze the characteristics of agroecology and supplemental irrigation required for growth and production of cacao in Lampung. The research was carried out in the District of Pesawaran, Tanggamus, East Lampung, and South Lampung, Lampung Province, from 2012 to 2015. The study was conducted with the survey method and literature study for the collection of the primary and secondary data, related to the characteristics of the land agroecology. Geographically, the main cacao growing areas in this region is divided into two regions, western region consist of Pesawaran and Tanggamus District and east region comprise of East Lampung and South Lampung District. Based on agroecological zones, the planting of cacao in both regions is in accordance with the recommendations of land use. However, land suitability analysis showed that some of the agroecological characteristics of land becomes a limiting factor for the growth and production of cacao, including soil pH < 5.5, low cations exchange capacity (CEC) (< 16 cmol(+)/kg), air humidity > 75%, and in some areas there is an erosion hazard. Another obstacle is the water deficit that occurs during 140 days within 1 year of cacao growth cycle that occurred in July until mid-November. There are two factors that can be applied  to increase cacao productivity in Lampung province, i.e. (1)  an improvement of cacao cultivation technology that can address the characteristics of agroecology as a limiting factor of growth, and (2) an application of a supplemental irrigation technology to avoid cacao from water stress. The requirement of supplemental irrigation is 340.5 mm in western region and 209.7 mm in eastern region of Lampung.
Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman kakao ialah ketersediaan air. Defisit air berpengaruh negatif terhadap perkembangan bunga dan biji. Cekaman air dilaporkan sebagai salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman perkebunan di Provinsi Lampung. Tujuan penelitian adalah menganalisis karakteristik agroekologi dan kebutuhan irigasi suplemen untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Pesawaran, Tanggamus, Lampung Timur, dan Lampung Selatan, Provinsi Lampung, mulai tahun 2012 sampai 2015. Metode penelitian adalah survei dan studi literatur untuk pengumpulan data primer dan data sekunder. Secara geografis areal penanaman kakao utama di daerah Lampung dibagi atas dua wilayah, yaitu wilayah barat yang terdiri atas Kabupaten Pesawaran dan Tanggamus dan wilayah timur yang terdiri atas Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Selatan. Secara zona agroekologi penanaman kakao di kedua wilayah tersebut sesuai dengan rekomendasi penggunaan. Akan tetapi analisis kesesuaian lahan menunjukkan beberapa karakteristik agroekologi lahan menjadi faktor pembatas untuk pertumbuhan dan produksi kakao, antara lain pH tanah masam (≤ 5,5), kapasitas tukar kation (KTK) tanah rendah (< 16 cmol(+)/kg), kelembapan udara > 75%, dan di sebagian tempat ada bahaya erosi. Kendala lain ialah defisit air yang terjadi hampir selama 140 hari dalam waktu 1 tahun siklus pertumbuhan kakao yang terjadi pada bulan Juli sampai dengan pertengahan November. Agar produksi kakao di Provinsi Lampung meningkat, selain perlu perbaikan teknologi budi daya untuk mengatasi karakteristik agroekologi sebagai faktor pembatas pertumbuhan kakao, juga perlu aplikasi irigasi suplemen untuk menghindari kakao dari cekaman air, masing-masing di wilayah barat 340,5 mm dan di wilayah timur 209,7 mm.
Keywords
Citation