Permintaan Ekspor dan Daya Saing Panili di Provinsi Sulawesi Utara

Abstract
Description
EnglishThe objective of the study is to analyze vanilla market structure and export demand markets of vanilla, and the competitiveness of vanilla. Primary data were collected from vanilla production centers in Minahasa District, North Celebes, in April 2002. The respondents consisted of farmers, traders, processors, exporters and related institutions. Time series secondary data from CBS and FAO were also collected. A model of market demand and integration are applied to estimate export demand, while competitiveness is measured using Policy Analysis Matrix (PAM). The results shows that the nature of Indonesian vanilla in US market is just a substitution for Madagaskar and Komoro vanilla. Price integration between farm gate price and exporter price was weak and asymmetric. This findings were confirmed by marketing margin analysis indicating that vanilla farmers only gained 67 percent of fob prices. In the mean time, competitiveness analysis shows that vanilla farms in North Celebes have comparative and competitive advantages, with DRCR dan PCR less than one. To increase both production and productivity of Indonesian vanilla, price incentive policy for inputs especially for fertilizers is required because the financial prices of fertilizers are higher than its social prices.  IndonesianPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur dan permintaan pasar ekspor, serta daya saing komoditas panili. Data primer dikumpulkan dari daerah sentra produksi panili di Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara pada bulan April 2002. Responden penelitian terdiri atas petani, pedagang, pengolah, eksportir dan instansi terkait. Disamping itu, juga digunakan data berkala (time series) yang bersumber dari BPS dan FAO. Untuk mengestimasi pemintaan ekspor digunakan model analisis permintaan dan integrasi pasar, sementara pengukuran daya saing dilakukan dengan Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas ekspor panili Indonesia bersifat substitusi terhadap panili dari Madagaskar dan Komoro di pasar Amerika Serikat. Disamping itu, integrasi harga antara harga di tingkat petani dengan harga di tingkat eksportir sangat lemah dan bersifat asimetrik. Penemuan ini diperkuat dengan hasil analisis marjin pemasaran, di mana petani panili hanya menerima bagian sebesar 67 persen dari harga fob.  Sementara itu, hasil analisis daya saing menunjukkan bahwa usahatani panili di Provinsi Sulawesi Utara memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, dengan nilai DRCR dan PCR lebih kecil dari satu. Untuk mendorong peningkatan produksi dan produktivitas panili di Indonesia, diperlukan kebijakan insentif terhadap harga input, khususnya harga pupuk yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga sosialnya.
Keywords
Citation