Virulensi Phytophthora capsici Asal Lada terhadap Piper spp.

Abstract
Description
Black Pepper (Piper nigrum) is Widely Cultivated in Indonesia by Smallholder. Foot rot disease caused by Phytophthora capsici is the main constraint in pepper cultivation in Indonesia. Developing a resistant variety is considered the most effective means to reduce the foot rot disease impact. However, the genetic variability of cultivated pepper in Indonesia is narrow. Therefore, attempt to find new gene source from other Piper spp. is an alternative method to get resistant genes against foot rot disease. Six Piper spp. i.e. Piper betle, P. colubrinum, P. cubeba, P. hispidum, and P. retrofractum were tested, while P. nigrum used as control. To find the resistance of those Piper spp. against P. capsici, artificial inoculation experiment was conducted in laboratory. Third and fourth leaves of Piper spp. were inoculated by placing a piece mycelial colony of tested Phytophthora isolates, 5 mm in diameter on abaxial leaf surface. Fifty isolates of P. capsici obtained from various pepper areas in Indonesia were used in the experiment. Width of necrotic area on each inoculated leaves were measured after incubated for 72 hours. Results of statistical analyses showed that P. betle, P. cubeba, P. retrofractum existed in the same group with P. nigrum; while P. colubrinum and P. hispidum presented in another group. Those 50 isolates P. capsici were grouped into 3 groups, the first was a big dominant group that infected all Piper spp., second group consisted of isolates infected P. betle, P. cubeba, P. retrofractum and P. nigrum; and the last one was isolates that infected P. colubrinum and P. hispidum. Hence, virulence of P. capsici was wide and not all Piper spp. were resistant against P. capsici. AbstrakLada telah dibudidayakan secara luas di Indonesia dan sebagian besar diusahakan oleh petani bermodal kecil. Salah satu kendala dalam budi daya lada di Indonesia ialah penyakit busuk pangkal batang lada yang disebabkan oleh Phytophthora capsici. Salah satu usaha pengendalian yang dianggap efektif ialah menggunakan varietas tahan, tetapi keragaman genetik lada budi daya sempit. Hal ini merupakan kendala dalam program perbaikan varietas. Untuk itu perlu dicari sumber gen ketahanan dari spesies lainnya, yaitu Piper betle, P. colubrinum, P. cubeba, P. hispidum, dan P. retrofractum; sedang P. nigrum digunakan sebagai pembanding. Inokulasi dilakukan dengan cara meletakkan potongan hifa P. capsici pada permukaan bawah daun ketiga dan keempat dari masing-masing Piper spp. Sebanyak 50 isolat P. capsici asal lada yang diperoleh dari berbagai lokasi digunakan dalam penelitian. Daun yang telah diinokulasi diinkubasi pada kotak yang dijaga kelembabannya pada suhu kamar. Luas nekrosa yang terbentuk diukur 72 jam setelah inokulasi. Data luas nekrosa dianalisis secara statitistik untuk melihat ketahanan masing-masing Piper spp. terhadap isolat P. capsici yang digunakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa P. betle, P. cubeba, dan P. retrofractum terdapat dalam kelompok yang sama dengan P. nigrum, sedangkan P. colubrinum dan P. hispidum terdapat pada kelompok yang lain. Hasil analisis menunjukkan, 50 isolat P. capsici yang digunakan terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok yang dapat menyerang semua Piper spp., kelompok yang efektif menyerang P. betle, P. cubeba, P. retrofractum, dan P. nigrum; serta kelompok yang efektif menyerang P. colubrinum dan P. hispidum. Data pengujian menunjukkan adanya variasi virulensi yang luas pada P. capsici dan tidak semua Piper spp. berpotensi digunakan sebagai sumber ketahanan.
Keywords
Citation