Kajian Ekologi dan Potensi Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) di Kelompok Hutan Sungai Manna-Sungai Nasal, Bengkulu

Abstract
Description
The study indicated that 88 species found belonged to 29 families. The predominant species was Shorea parvifolia (meranti) and Dipterocarpus costulatus (keruing). The highest dominance value belonged to second transect (0,0998) and the lowest dominant value was the fourth transect (0,0526). The highest diversity index value belonged to fifth transect (2,28) and the lowest of diversity index value was fourth transect (1,41). The abundance of pasak bumi was different in transect, for trees level it was 2 individuals/ha (first transect and third transect), however, in the second, fourth and fifth transect were none. For belta level, it was 10 individuals/ha (the first transect), 20 individuals/ha (the third transect) and 20 individuals/ ha (the fifth transect), while in the second and fourth transect were none. For seedling level it was 280 individuals/ ha (the third transect), 60 individuals/ha (the fourth transect) and 100 individuals/ha (the fifth transect), while in the first and the second were none. This intolerant species was adapted in slope and dry areas. The rarity of pasak bumi was not affecting local people because they were seldom used for traditional medicine. AbstrakDari hasil penelitian dijumpai 88 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 29 famili. Jenis tumbuhan yang mendominasi tegakan adalah Shorea parvifolia (meranti) dan Dipterocarpus costulatus (keruing). Nilai dominansi tertinggi tingkat pohon dimiliki oleh jalur II (0,0998) dan terendah pada jalur IV (0,0526). Nilai indeks keanekaragaman jenis tertinggi di tingkat ini dimiliki oleh jalur V (2,28) dan terendah pada jalur IV (1,41). Kelimpahan pasak bumi pada setiap jalur berbeda-beda, untuk tingkat pohon adalah 2 pohon/ha pada jalur I dan jalur III. Pada jalur II, IV, dan V tidak dijumpai jenis pohon pasak bumi. Pada tingkat belta dijumpai 10 individu/ha pada jalur I, 20 individu/ha pada jalur III, dan 20 individu/ha pada jalur V. Pada jalur II dan IV tidak dijumpai jenis pasak bumi. Pada tingkat semai dijumpai 280 individu/ha pada jalur III, 60 individu/ ha pada jalur IV, dan jalur V memiliki kelimpahan 100 individu/ha. Pada jalur I dan II tidak dijumpai jenis pasak bumi. Tempat tumbuh yang disukai oleh pasak bumi adalah tanah miring dan tidak pernah tergenang air. Tumbuhan muda tidak toleran pada cahaya langsung. Ancaman terhadap kelangkaan pasak bumi di Bengkulu tidak terlalu merisaukan karena masyarakat setempat jarang yang memanfaatkannya untuk obat tradisional. 
Keywords
Citation