KAJIAN ADOPSI PAKET TEKNOLOGI SISTEM USAHA PERTANIAN KEDELAI DI JAWA TIMUR

Abstract
Description
This study was conducted on irrigated lowland in Bojonegoro district and on dryland in Pasuruandistrict in 1999/2000. Data collection was done through survey method and consisted of farmers’ characteristics,technology applied, productivity and farms’ incomes. The study aimed to get information on (1) adoption anddiffusion levels of the recommended technology, (2) impacts of recommended technology on productivity andfarms’ incomes. Adoption level of recommended technology was higher in lowland in Bojonegoro (67%) thanthat in dry land in Pasuruan (44%). Diffusion level of technology to the non participating farmers in Bojonegorowas higher (55%) than that to the non participating farmers in Pasuruan. Productivity and income of soybeanfarms in Bojonegoro increased by 21and 104 percents, respectively. In Pasuruan, productivity and farms incomesincreased by 11 and 89 percents, respectively. To sustain adoption of recommended technology on soybeanfarming system, it requires (1) on time inputs provision, (2) extension workers’ guidance since planting to postharvest, (3) feasible and stable floor price, (4) farmers’ participation and awareness, and (5) local governments’supports.Key words : farming system pattern, technology, lowland, adoption, diffusionKajian adopsi paket teknologi ini dilakukan di Kabupaten Bojonegoro untuk lahan sawah dan diKabupaten Pasuruan untuk lahan tegal, tahun 1999/2000. Pengumpulan data yang meliputi karakteristik petani,penerapan teknologi serta produktivitas dan pendapatan usahatani kedelai dilakukan dengan metode survai.Kajian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang (1) tingkat adopsi dan difusi paket teknologi anjurandan (2) dampak teknologi anjuran terhadap produktivitas dan pendapatan usahatani. Hasil kajian menunjukkanbahwa tingkat adopsi paket teknologi anjuran untuk lahan sawah di Bojonegoro (67%) lebih tinggidibandingkan paket teknologi anjuran lahan tegal di Pasuruan (44%). Demikian pula paket teknologi anjuranyang terdifusi oleh petani non-peserta di Bojonegoro lebih tinggi dibandingkan di Pasuruan (42%). Produktivitasdan pendapatan usahatani kedelai lahan sawah di Bojonegoro masing-masing meningkat sebesar 21 dan 104persen, sedangkan lahan tegal di Pasuruan meningkat sebesar 11 dan 89 persen. Agar adopsi teknologi budidayakedelai dapat berlanjut, maka diperlukan; (1) penyediaan sarana produksi tepat waktu, (2) bimbingan olehpetugas secara terus menerus, sejak tanam hingga pasca panen, (3) jaminan harga yang layak dan stabil, (4)kesadaran dan partisipasi petani dan (5) dorongan pemerintah daerah.Kata kunci : pola usahatani, teknologi, lahan sawah, adopsi dan difusi
Keywords
Citation