Peluang Pengembangan Agave Sebagai Sumber Serat Alam

No Thumbnail Available
Date
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Puslitbang Perkebunan
Abstract
Description
ABSTRAKAgave   merupakan   tanaman   penghasil   serat  alam potensial   dengan   keunggulan   serat   kuat,   tahan terhadap kadar garam tinggi, dapat diperbaharui dan ramah   lingkungan.   Serat   alam   agave   banyak dimanfaatkan   antara   lain   dalam   industri   rumah tangga, bahan interior mobil dan tali-temali. Produksi serat agave dunia pernah mencapai 300.000 ton yang dihasilkan dari Brazil, China, Kenya, Tanzania, Mada-gaskar,  Indonesia  dan  Thailand.  Agave  masuk  di Indonesia pada awal abad ke-19, yaitu sebelum perang dunia ke II.  Pada tahun 1939, salah satu perkebunan besar di Indonesia telah menanam agave seluas 10.000 hektar dengan produksi serat sebesar 23.000 ton, dan Indonesia pernah menghasilkan serat agave sebanyak 80.000 ton. Namun, dalam perkembangan selanjutnya pertanaman agave  semakin menurun.    Pada  tahun 2007 kebutuhan serat agave internasional 319.000 ton, namun produksi serat hanya mencapai 281.800 ton sehingga masih kekurangan pasokan sebanyak 37.200 ton.  Kebutuhan serat agave dalam  negeri periode 2006-2009 mencapai 1.982 ton/tahun; sebagian besar, yaitu 1.340 ton dipasok dari luar negeri, sisanya 642 ton diperoleh dari dalam negeri.  Rendahnya harga serat    agave    merupakan    salah    satu    kendala pengembangan  di  dalam  negeri; harga  serat agave dalam   negeri   hanya   Rp. 5.000,-/kg   dibandingkan dengan harga serat impor mencapai Rp. 9.000,-/kg. Input teknologi untuk mengembangkan industri serat agave sebenarnya sudah cukup memadai dan apabila tanaman  ini  diusahakan  dengan  asupan  teknologi yang   ada   maka   usahatani   agave memberikan keuntungan yang cukup signifikan dengan B/C ratio 1,29.  Dengan demikian pengembangan tanaman agave di dalam negeri masih prospektif, terutama di daerah yang secara tradisional sudah mengembangkan agave, seperti  di  Jawa  Timur  yang  memiliki    agroklimat, kesuburan tanah dan jenis tanah yang sesuai, seperti di Kabupaten Pamekasan, Sumenep, Sampang, Banyu-wangi,  Jember,  Lumajang,  Malang,  Blitar,  Tulung-agung, Trenggalek, Pacitan, Ngawi, Tuban, Bojonegoro dan Lamongan.Kata kunci: Agave cantala, A. sisalana, serat alam, lahan batu kapur, industri kelengkapan mobil.ABSTRACT Prospect of Agave Development as A Source of Natural FiberAgave is a prospective natural fiber-producing crop with superior fiber strength, resistant to high salinity, can   be   renewable,   and   environmentally   friendly. Agave natural fiber is widely used among others in household industry, interior materials and rigging. The world production of agave fiber had reached 300,000 tons  produced  by  Brazil,  China,  Kenya,  Tanzania, Madagaskar, Indonesia, and Thailand.  Agave was first introduced to Indonesia in the early 19th century that is before the World War II.  In 1939, one of the big estates in Indonesia planted 10,000 acres of agave with fiber production of 23,000 tons, and Indonesia had produced agave fiber as much as 80,000 tons. However, in the further  development  the  cultivation  of  agave  was declined. In 2007, the international demand of agave fiber   was            319,000   tons;   nevertheless,   the   fiber production  was  only  reached  281,800  tons,  so  still shortages of 37,200 tons.  In 2006-2009, the domestic demand of agave fiber reached 1,982 tons/year; most of 1,340 tons were supplied from abroad, the rest (642 tons)  was  supplied  from  the  country.  One  of  the constraints in the national development of agave fiber was the low of price. The domestic price of agave fiber was only Rp. 5,000/kg compared to the price of fiber import (Rp. 9, 000,-/kg). In fact, technological input to improve  the  fiber  industry  of  agave  was  quite sufficient,  if  this  crop  is  cultivated  with  existing technology  input;  thus,  the  agave  farming  system provides significant benefit with the B/C ratio of 1:29. Hence,  the  domestic  development  of  agave  is  still prospective especially in areas that traditionally had developed agave as in East Java that has suitable agro-climate,   soil   fertility,   and   soil   type   such   as   in Pamekasan, Sumenep, Sampang, Banyuwangi, Jember, Lumajang, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Pacitan, Ngawi, Tuban, Bojonegoro, and Lamongan districts.Key word: Agave cantala, A. sisalana, natural fiber, lime  stones area, car assesories industries.
Keywords
Citation